105 normal masih layak untuk dijalankan. Nilai IRR 13 persen lebih tinggi dari nilai
discount rate sebesar 12 persen, sehingga usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar pada kondisi normal masih layak untuk dijalankan. Sedangkan nilai Net BC
mempunyai nilai sebesar 1,04 lebih besar sama dengan satu, hal tersebut menunjukan usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan.
Sedangkan waktu pengembalian investasi yang dilakukan mencapai 10 tahun 6 bulan dengan berasumsi dalam satu tahun waktu berproduksi penggilingan padi
hanya 8,8 bulan, maka waktu pengembalian mencapai 14tahun 3 bulan. Kondisi terburuk pada risiko harga menunjukan ketidaklayakan usaha
penggilingan padi Sinar Ginanjar. Nilai NPV, IRR, dan Net BC yang diperoleh sebagai berikut NPV Rp. 68.430.593, IRR sebesar 6 persen, dan Net BC
sebesar 0,83. Waktu pengembalian untuk investasi pun sudah mencapai 43 tahun dengan berasumsi dalam satu tahun waktu berproduksi penggilingan padi hanya
8,8 bulan. Ketidaklayakan yang terjadi di kondisi terburuk pada risiko harga disebabkan rendahnya harga yang diterima oleh penggilingan padi Sinar Ginanjar,
sehingga rendahnya penerimaan tersebut tidak dapat menutupi pengeluaran dari usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar.
6.3.3. Perhitungan Tingkat Risiko
Berdasarkan data risiko produksi dan data risiko harga, dari kedua data risiko tersebut dapat diketahui tingkat risiko keduanya manakah risiko yang
tertinggi dan mana risiko yang terendah. Untuk mengetahui tingkat risiko tersebut maka diperlukan nilai probabilitas atau peluang kejadian pada setiap kondisi yang
dihasilkan dari perhitungan risiko produksi dan risiko harga. Nilai probabilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 . Probabilitas Dari Ketiga Kondisi Pada Risiko Produksi
Kondisi Peluang
NPVi Rp Terbaik
0,08 1.138.014.178
Normal Dasar 0,28
630.318.189
Terburuk 0,64
16.059.645
106 Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa probabilitas dari risiko
produksi pada kondisi terbaik adalah 0,08. Sementara itu pada kondisi normal, probabilitasnya sebesar 0,33 dan pada kondisi terburuk probabilitasnya adalah
0,58. Sedangkan pada risiko harga, probabilitas untuk kondisi terbaik sebesar 0,50,kondisi normal sebesar 0,14 dan kondisi terburuk 0,36, hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 24. Probabilitas untuk kedua risiko yaitu risiko produksi dan risiko harga dihitung berdasarkan data selama periode satu tahun yakni tahun
2009.
Tabel 24 . Probabilitas Dari Ketiga Kondisi Pada Risiko Harga
Kondisi Peluang
NPVi Rp Terbaik
0,50 164.377.817
Normal Dasar 0,14
14.128.016 Terburuk
0,36 68.430.593
Komponen lain yang perlu diketahui untuk dapat menghitung tingkat risiko yang dihasilkan adalah NPV yang diharapkan E NPV, dimana nilai ini
akan menunjukan harapan dari pelaku usaha terhadap manfaat bersih atau keuntungan yang ingin diterima selama usaha yang dijalankan. Setelah nilai NPV
yang diharapkan diketahui, komponen lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko adalah penentuan nilai standar deviasi. Nilai rasio standar deviasi
dan NPV yang diharapkan akan menghasilkan nilai koefisien variasi, yang digunkan untuk menetukan tingkat risiko dari risiko produksi dan risiko harga
pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar.
Tabel 25
. Tingkat Risiko yang Terjadi Pada Ketiga Skenario dalam Risiko Produksi dan Risiko Harga
Jenis Risiko NPV Yang
Diharapkan Rp
Standar Deviasi Koefisien
Variasi Tingkat
Risiko Produksi
259.662.572 388.618.762
1,50 Rendah
Harga 59.440.085
108.146.306 1,82
Tinggi
107 Nilai NPV yang diharapkan E NPV pada risiko produksi mencapai
Rp.343.602.143, sementara NPV yang diharapkan E NPV dari risiko harga sebesar Rp. 100.617.022. Semakin besar nilai NPV yang diharapkan, maka
tingkat risiko yang dihadapai semakin rendah. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai standar deviasi untuk risiko produksi sebesar 350.588.589
dan nilai standar deviasi risiko harga sebesar 119.046.176. Nilai standar deviasi dari risiko produksi jauh lebih tinggi dari pada nilai standar deviasi risiko harga.
Namun risiko yang diterima oleh pemilik usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar, pada komponen produksi jauh lebih rendah dibandingkan dengan komponen
harga. Nilai standar deviasi tidak dapat menentukan serta membandingkan tingkat risiko secara keseluruhan, karena terdapat perbedaan nilai NPV yang diharapkan
dari masing-masing risiko. Pada koefisien variasi risiko produksi, nilai yang diperoleh sebesar 1,02, sedangkan koefisien variasi pada risiko harga diperoleh
hasil sebesar 1,18. Berdasarkan nilai koefisien variasi masing-masing risiko, dapat disimpulkan dari dua risiko tersebut yakni risiko harga memiliki tingkat risiko
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat risiko produksi. Jadi,ketika kegiatan pengusahaan penggilingan padi Sinar Ginanjar dihadapkan pada risiko harga,
maka tingkat risiko atau peluang kejadian kerugian yang ditimbulkan akan tinggi. Untuk meminimalkan risiko yang terjadi, penggilingan padi Sinar
Ginanjar sejauh ini telah melakukan manajemen risiko secara sederhana. Manajemen risiko tersebut dengan menjaga kualitas beras yang dihasilkan,bahan
baku gabah yang diperoleh dan selalu mengikuti perkembangan harga beras dan gabah yang berlaku dipasaran. Selain itu, manajemen risiko yang dilakukan
adalah dengan selalu melakukan perawatan secara rutin,yaitu terhadap mesin- mesin penggilingan dan komponen pendukung lainnya,sehingga kerugian yang
ditimbulkan akibat mesin penggilingan dapat dikurangi.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN