Definisi Kapitalisme Apakah Gereja Katolik menentang Kapitalisme? Apakah Pandangan Gereja Katolik tentang Kapitalisme?

Bab 11 Ekonomi dan Keuangan

I. Definisi Kapitalisme

Kata ‘kapitalisme’ kapital + isme mengacu kepada sistem perekonomian di mana para individu dan bukan pemerintah secara kolektif seperti halnya pada sistem sosialisme dan komunisme diperbolehkan memiliki harta milik dan bisnis. Bahwa sekarang kapitalisme mungkin dapat dikonotasikan negatif, itu karena adanya individu-individu yang serakah dan ingin terus melipat gandakan harta miliknya sampai menginjak pihak yang lemah, dengan mengendalikan mekanisme pasar. Tetapi jika dilihat pengertian awalnya sesungguhnya tidak otomatis negatif. II. Apakah Gereja Katolik menentang Kapitalisme? Jika yang dimaksud adalah sistem perekonomian yang menomorsatukan keuntungan pasar dengan mengabaikan nilai- nilai etika dan moralitas -yang umum dikenal juga dengan istilah liberal kapitalisme neo-liberalisme- maka tentu saja Gereja Katolik menentangnya. Sedangkan kalau maksudnya adalah sistem perekonomian yang berdasarkan keuntungan yang legitim sah tanpa mengabaikan nilai- nilai etika dan moralitas, maka sistem tersebut dapat diterima Gereja Katolik. III. Apakah Pandangan Gereja Katolik tentang Kapitalisme? Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian: KGK 2425 Gereja telah menolak ideologi totaliter dan ateis, yang dalam waktu-waktu akhir ini bergandengan dengan “komunisme” atau dengan “sosialisme”. Di pihak lain ia juga telah menolak individualisme dan keunggulan absolut dari hukum pasar terhadap karya manusia dalam cara kerja “kapitalisme” Bdk. Centesimus Annus CA 10; 13;44. Pengaturan ekonomi secara eksklusif oleh rencana sentral merusak hubungan masyarakat secara radikal; pengaturan yang semata- mata melalui hukum pasar melawan keadilan sosial, karena “ada berbagai kebutuhan manusia yang tidak mendapat tempat di pasar” CA 34. Karena itu harus 62 diusahakan satu pengaturan pasar yang bijaksana dan usaha-usaha perekonomian yang diarahkan kepada tata nilai yang tepat dan kepada kesejahteraan semua orang. Dengan demikian, walaupun nampaknya kapitalisme tidak berkaitan langsung dengan ideologi seperti dalam komunisme, namun penerapannya yang semena- mena mengandalkan mekanisme pasar tanpa prinsip keadilan, akhirnya juga dapat mengakibatkan kepincangan keadaan ekonomi dan sosial dalam masyarakat. Praktek kapitalisme yang sedemikian ditentang oleh Gereja Katolik. Paus Yohanes Paulus II menjawab pertanyaan tentang apakah kapitalisme dapat disarankan oleh orang- orang Katolik, demikian: “… Jawabnya nampaknya kompleks. Jika dengan “kapitalisme” yang dimaksud adalah sistem ekonomi yang mengenal peran bisnis secara mendasar dan positif, peran pasar, hak milik individu dan tanggung jawab bagi cara- cara produksi, seperti juga kreativitas bebas manusia di dalam sektor ekonomi, maka jawabnya tentu positif Ya, meskipun mungkin lebih tepat itu disebut sebagai “ekonomi bisnis”, “ekonomi pasar” atau “ekonomi bebas.” Tetapi jika dengan “kapitalisme yang dimaksud adalah sebuah sistem di mana kebebasan sektor ekonomi tidak dibatasi di dalam kerangka yuridis yang kuat yang menempatkannya di pelayanan terhadap kemerdekaan manusia di dalam keseluruhannya, dan yang melihatnya sebagai aspek khusus dari kemerdekaan itu yang dasarnya bersifat etis dan religius, maka jawabannya tentu adalah negatif Tidak.” Centesimus Annus, 42 Dalam suratnya kepada para Uskup Amerika Latin, Paus Benediktus XVI menulis bahwa baik Kapitalisme maksudnya liberal- kapitalisme maupun Marxisme, yang mengesampingkan nilai- nilai religius- keduanya menciptakan jenjang yang semakin lebar antara kaum miskin dan yang kaya; dan kedua sistem ini menurunkan martabat manusia. Oleh karena itu, perlu dipikirkan sebuah struktur yang adil yang dapat menggabungkan nilai- nilai politik, ekonomi dan sosial, dengan memasukkan nilai- nilai moralitas yang jika diperlukan melibatkan pengorbanan, meskipun hal ini dapat bertentangan dengan kepentingan pribadi. Jika kapitalisme yang dimaksud adalah sistem yang mengutamakan keuntungan profit semata, tak mengherankan bahwa sistem ini dapat menjadi sistem yang tergantung dari kontrol absolut para kapitalis pemilik modal. Dalam keadaan demikian dapat terjadi hal- hal yang negatif, seperti: 1 para kapitalis menjadi penentu segalanya me- monopoli, dan ini dapat merusak persaingan yang bebas dan memperburuk kondisi buruh; 2 negara menjadi pelayan bagi para kapitalis pemilik modal, 3 kebijakan nasional dapat diarahkan untuk menguntungkan orang- orang kaya, daripada mengusahakan kebaikan bersama. Ketiga hal ini secara mendasar menentang prinsip ajaran sosial Gereja Katolik, yang 63 menekankan keadilan bagi semua pelaku pasar, mengusahakan kebaikan kesejahteraan bersama, menjunjung tinggi martabat manusia dan mengutamakan perhatian kepada kaum miskin.

IV. Ekonomi Rumah Tangga