menekankan   keadilan   bagi   semua   pelaku   pasar,   mengusahakan   kebaikan   kesejahteraan bersama, menjunjung tinggi martabat manusia dan mengutamakan perhatian kepada kaum
miskin.
IV. Ekonomi Rumah Tangga
Ekonomi   rumah   tangga   merupakan   suatu   segi   kehidupan   umat,   suatu   upaya   untuk mengembangkan pribadi para anggotanya, yang harus menunaikan panggilannya.  Ekonomi
rumah tangga bukanlah tujuan melainkan sarana yang harus menunjang dan memungkinkan penghayatan iman.  Bahwa tugas mengembangkan umat manusia menjadi umat Allah yang
bahagia dan sejahtera dilaksanakan oleh Roh kudus dengan dan melalui usaha kita sendiri. Ini   berarti   kita   tidak   boleh   melarikan   diri   dari   penderitaan   ekonomi,   atau   hanya
mengharapkan suatu mukzijat saja tanpa berkerja keras, tetapi kita harus menyadari bakat- bakat serta kemampuan talenta kita dan sanggup mengembangkannya untuk meningkatkan
kehidupan kita, dengan mencurahkan pikiran serta tenaga, dengan memanfaatkan kesempatan dan menggunakan kemampuan material yang ada pada kita. Dan kita harus menjalankan ini
semua   dalam   penghayatan   iman.   Inilah   jawaban   kita   terhadap   karya   penciptaan   Tuhan. Demikianlah kita mengembangkan pribadi sepenuhnya, untuk memuliakan nama Tuhan.
Salah satu upaya pokok untuk membangun ekonomi rumah tangga adalah usaha untuk menghasilkan sesuatu, dengan kata lain usaha-usaha yang sungguh produktif. Ini tidak berarti
hanya sekedar memanfaatkan ciptaan Tuhan melainkan juga melanjutkan, mengolahnya, serta menyempurnakannya. Dari usaha itu sekaligus orang mendapatkan penghasilan yang layak
dan masyarakat pada umumnya pun menerima manfaat bagi kemajuannya.
64
Bab 12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
I. Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan Katolik
Meskipun   sejumlah   orang   berpandangan   bahwa   Gereja   adalah   anti   sains,   namun faktanya   tidak   demikian.   Sejarah   mencatat   betapa   banyak   ahli   sains   Katolik   yang
menyumbangkan penelitian mereka yang memberikan dasar bagi ilmu pengetahuan sampai sekarang. Sebut saja, tokoh-tokoh sains seperti Rene Descartes dalam geometrik analit,
Blaise Pascal penemu mesin hidrolik, teori probabilitas dalam matematika, Gregor Mendel seorang   imam   Agustinian   penemu   teori   modern   genetika,   Louis   Pasteur   penemu
mikrobiologi, vaksin untuk rabies dan anthrax, Copernicus yang mempelopori penelitian tentang kemungkinan bumi mengelilingi matahari dst, termasuk banyaknya para imam Jesuit
yang   secara   khusus   terlibat   dalam   pencapaian   pengembangan   ilmu   sains   dalam   berbagai bidang.   Kebanyakan   orang   yang   berpandangan   bahwa   Gereja   Katolik   anti-sains,   adalah
karena mereka hanya berfokus pada kasus Galileo. Namun sejujurnya, dalam kasus ini pun, sesungguhnya   Gereja   Katolik   tidak   anti   sains,   dan   karena   itu   meminta   Galileo   untuk
membuktikan argumennya dengan standar sains pada saat itu. Beberapa kutipan pengajaran para Paus tentang ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
Paus Leo XIII 1810-1903
“Gereja dan para pastornya tidak menentang ilmu pengetahuan yang sejati dan solid, entah itu ilmu   pengetahuan   manusiawi   ataupun   ilahi,   tetapi   bahwa   mereka   merangkulnya,
mendorongnya   dan   memajukannya   dengan   dedikasi   sepenuh   mungkin.” Ut   Mysticam
, March 14, 1891, dalam pendirian kembali
Vatican Observatory .
Paus Pius XII 1939-1958
“Ilmu   pengetahuan   sejati   menemukan  Allah   dalam   derajat   yang   terus   bertambah-   seperti seakan-akan  Allah   sedang   menanti   di   belakang   setiap   pintu   yang   dibukakan   oleh   ilmu
pengetahuan” Address to the Pontifical Academy of Sciences, November 22, 1951,
2 “Filosofi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan analogi dan metoda yang kompatibel,
dengan mengambil keuntungan dari elemen-elemen empiris dan masuk akal dengan tolok ukur   yang   berbeda   dan   bekerjasama   bersama   dalam   kesatuan   yang   selaras   menuju
penyingkapan kebenaran.Ilmu pengetahuan, yang menemukan Sang Pencipta dalam jalannya, 65
filosofi, dan lebih lagi, wahyu, dalam kerjasama yang selaras, sebab semua dari ketiganya adalah   alat-alat   kebenaran,   seperti   berkas-berkas   sinar   dari   matahari   yang   sama,
mengkontemplasikan hakekat, menyatakan garis-garis besarnya, menggambarkan detail dari Sang Pencipta yang sama.”
Audience granted to the Plenary Session of the Academy and to the Study Week on “The Question of Microseisms”
St. Paus Yohanes Paulus II 1920-2005
St. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara iman dan akal budi, antara Theologi dan Filosofi.
“Iman   dan   akal   budi   adalah   seperti   dua   sayap   yang   atasnya   roh   manusia   naik   menuju kontemplasi kebenaran; dan Allah telah menempatkan di dalam hati manusia keinginan untuk
mengenali   kebenaran   –   dengan   kata   lain,   mengenali   dirinya   sendiri-   sehingga   dengan mengenali dan mengasihi Allah, baik para pria dan wanita juga dapat mendekati kepenuhan
kebenaran tentang diri mereka sendiri lih. Kel 33:18; Mzm 27:8-9; 63:2-3; Yoh 14:8; 1Yoh 3:2-
Fides et Ratio , 1
“Ilmu   pengetahuan   dapat   memurnikan   agama   dari   kesalahan   dan   tahyul;   agama   dapat memurnikan   ilmu   pengetahuan   dari   pemberhalaan   dan   kemutlakan   yang   salah.   Masing-
masing dapat memperoleh dari yang lain, dunia yang lebih luas, dunia di mana keduanya dapat mencapai puncaknya.” Surat kepada Rev. George V. Coyne., SJ, Direktur dari
the Vatican Observatory
Paus Benediktus XVI 2005-2013
Paus   Benediktus   XVI   lebih   lanjut   juga   menjelaskan   tentang   pandangan   Gereja   Katolik tentang sains:
“Tradisi Katolik selalu menolak prinsip ‘ fideism
‘, yaitu keinginan untuk percaya tanpa akal budi …. Memang, meskipun merupakan sebuah misteri, Tuhan tidak
absurd … Kalau,
dalam mengkontemplasikan misteri, akal budi melihat hanya kegelapan, ini bukan berarti bahwa   misteri   tidak   mengandung   terang,   tetapi   karena  misteri   itu  mengandung   terlalu
banyak terang. Seperti ketika kita menatang mata kita langsung ke matahari, kita hanya dapat melihat   bayangan   -siapa   yang   dapat   berkata   bahwa   matahari   tidak   terang?   Iman
memperbolehkan kita memandang ‘sang matahari’ itu, yaitu Tuhan, sebab iman menyambut wahyu-Nya dalam sejarah…. Tuhan telah mencari manusia dan membuat Diri-Nya dapat
dikenal, dengan membawa Diri-Nya ke dalam keterbatasan akal budi manusia… “Hubungan yang benar antara ilmu pengetahuan dan iman juga adalah berdasarkan interaksi
yang   berdayaguna   antara   pemahaman   dan   kepercayaan.   Penelitian   ilmiah   mengarahkan kepada pengetahuan akan kebenaran-kebenaran baru tentang manusia dan kosmos. Kebaikan
66
sejati manusia, yang dapat dicapai melalui iman, menunjukkan arah yang harus diikuti oleh jalan   penyingkapannya.   Oleh   karena   itu,   adalah   penting   untuk   mendorong,   misalnya,
penelitian yang melayani kehidupan dan yang berusaha memerangi penyakit. Penyelidikan rahasia-rahasia   planet   kita   dan   alam   semesta   juga   penting   untuk   alasan   ini,   dalam
pengetahuan   bahwa   manusia   ditempatkan   di   puncak   penciptaan,   bukan   untuk mengeksploitasinya   tanpa   perasaan,   tetapi   untuk   melindungi   dan   menjadikannya   dapat
dihuni. “Dengan   cara   ini,   iman   tidak   bertentangan   dengan   ilmu   pengetahuan   tetapi   bekerjasama
dengannya,   dengan   menawarkan   kriteria   fundamental   untuk   memastikan   bahwa   ilmu memajukan kebaikan universal, dan hanya meminta bahwa ilmu pengetahuan berhenti dari
inisiatif-inisiatif   itu   yang,   bertentangan   dengan   rencana   awal  Tuhan,   dapat   menghasilkan akibat-akibat yang menentang manusia itu sendiri. Alasan lainnya yang masuk akal untuk
dipercaya adalah ini: jika ilmu pengetahuan adalah rekan pendukung yang bernilai bagi iman dalam pemahaman kita akan  rencana  Tuhan  bagi alam semesta, iman juga  mengarahkan
kemajuan ilmu pengetahuan menuju kebaikan dan kebenaran tentang manusia, yang setia kepada rencana awal itu….”
General Audience , Nov 21, 2012
II. Teknologi dalam Pandangan Katolik