Pengertian Tradisi Suci Tradisi Suci

Bab 6 Tradisi Suci

Sebagai Sumber Nilai Kedua dalam Ajaran Katolik

I. Pengertian Tradisi Suci

Tradisi yang ada dalam gereja dipandang sebagai sumber kebenaran, yang disamakan dengan Kitab Suci. Kekuasaan gereja terbagi menjadi dua macam, yaitupertama, Traditio Dekratative yang artinya gereja merupakan satu-satunya badan yang dapat menerangkan isi kitab tanpa berbuat salah. Kedua, Traditio Konstituve,yaitu gereja mempunyai tradisi yang melengkapi isi kitab Suci.

II. Tradisi Suci

Tradisi Suci adalah: Ajaran yang diajarkan Gereja Katolik melalui Konsili- konsili; Ajaran yang diajarkan oleh Bapa Paus, selaku penerus Rasul Petrus, dan yang juga diajarkan oleh para uskup dalam kesatuan dengan Bapa Paus; Tulisan pengajaran dari para Bapa Gereja dan para orang kudus Santo Santa yang sesuai dengan pengajaran Magisterium; Katekismus Gereja Katolik; 5 Liturgi dan sakramen-sakramen. “Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi lih. 2Kor 1:30; 3:16-4:6, memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-Nya sendiri, mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan demikian dibagi-bagikan karunia-karunia ilahi kepada mereka” DV 7. KGK 75 Penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan “Tradisi”, yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. “Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya” DV 8. “Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran tradisi itu yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa” DV 8. KGK 78 48 Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Tradisitradisi Teologis, Disipliner, Liturgis atau Religius, yang dalamterjadi di Gereja- gereja merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja. KGK 83 “Tradisi Suci dan Kitab Suci merupakan satu Sabda Allah yang dipercayakan kepada Gereja ” DV 10. Kita percaya bahwa Tradisi itu berasal dari para rasul dan merupakan wahyu Tuhan. Sedangkan tradisi-tradisi berarti kebiasaan-kebiasaan Gereja yang manusiawi, dan karenanya bisa diganti dengan kebiasaan lain yang sesuai dengan tuntutan jaman dan kebudayaan. Seperti penggunaan organ dalam ibadat, penggunaan lonceng dan sebagainya adalah tradisi Gereja yang manusiawi, jadi boleh dihapuskan dan diganti dengan hal lain. Tetapi penggunaan roti dan anggur sebagai bahan untuk Misa, misalnya, adalah bagian dari Tradisi yang tidak bisa diubah. Untuk mendukung ajaran Katolik megenai pentingnya Tradisi, ayat-ayat berikut ini: Kis 2:42Dimana dikatakan bahwa jemaah Kristen perdana bertekun dalam pengajaran para rasul, jauh sebelum tulisan-tulisan Perjanjian Baru sendiri lahir. Jadi kehidupan iman gereja tidak terbatas pada buku saja, tatapi juga pada ajaran lisan para pemimpin suci yang ditetapkan oleh Tuhan. 2 Tes 2:15Dimana Paulus menasehati umatnya: “Berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan maupun secara tertulis.” Ajaran-ajaran yang tidak tertulis semacam itulah yang kita sebut tradisi. Yoh 21:25“Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat Yesus, tetapi jikalau semua itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak memuat semua kitab yang harus di tulis itu.” Ayat ini menunjukan bahwa tujuan penulisan injilnya bukanlah untuk mendaftar semua ajaran Kristen atau membuat daftar lengkap dari ucapan dan perbuatan Yesus. Yang dia tulis hanyalah hal- hal yang paling mendasar untuk keselamatan manusia. Hal yang sama kiranya berlaku untuk kitab- kitab Perjanjian Baru lain 49

Bab 7 Magisterium

Sebagai Sumber Nilai Ketiga dalam Ajaran Katolik

I. Pengertian Magisterium