2.7 Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan menurut Dunn 2003 yang diacu dalam Sapanli 2009 adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode
penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang ada hubungannya sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka
memecahkan permasalahan kebijakan yang ada. Ruang lingkup dan metode-metode analisis sebagian bersifat deskriptif dan informasi yang nyata faktual mengenai
sebab akibat kebijakan sangat penting untuk memahami masalah-masalah
kebijakan. Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan atau perumusan
kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan suatu model tertentu. Model kebijakan policy model adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek
terpilih dari situasi problematis yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus. Model yang dipakai untuk merumuskan kebijakan adaptasi untuk tindakan pencegahan
dampak dari banjir rob dalam penelitian ini digunakan model deskriptif melalui analisis pengambilan keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial
MPE.
Menurut Marimin 2004 Metode Perbandingan Eksponensial MPE adalah metode pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau
lebih dalam skala tertentu. MPE digunakan untuk membandingkan beberapa alternatif dengan menggunakan sejumlah kriteria yang ditentukan berdasarkan hasil
survei dengan pakar terkait. Penilaian yang diberikan dalam hal ini telah ditetapkan sebelumnya. Prinsip MPE adalah metode skoring terhadap pilihan-pilihan yang ada.
Dengan perhitungan secara eksponensial, perbedaan nilai kriteria yang satu dengan kriteria yang lainnya dapat dibedakan dengan jelas tergantung tingkat penilaian
tersebut. Marimin 2004 menjelaskan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial yaitu:
1. Menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih
2. Menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk
dievaluasi 3.
Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria
4. Melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria
5. Menghitung skor atau nilai total setiap alternatif
6. Menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total
masing-masing alternatif. Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara
pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif
berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif
berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial.
2.8 Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob
Adaptasi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dapat dibagi terbagi menjadi beberapa cara melalui: 1.
Proses fisiologis, 2. Adaptasi morfologi, 3. Adaptasi kultural atau perilaku yang di dalamnya termasuk penerapan teknologi dan pranata sosial khususnya bagi
makhluk hidup Soemarwoto 1991. Adaptasi dalam konteks menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dapat berupa “penyesuaian” dengan tempat tinggal
modifikasi bentuk rumah atau relokasi tempat tinggal, mata pencaharian atau pekerjaan, dan bentuk adaptasi lainnya Shalih 2012.
Menurut Diposaptono 2007, tiga pola atau strategi yang dapat dilakukan dalam adaptasi terhadap banjir pasang di wilayah pesisir adalah:
1. Pola protektif yaitu dengan membuat bangunan pantai yang mampu mencegah
banjir pasang agar tidak masuk ke darat serta dengan melakukan restorasi melalui peremajaan pantai dan rehabilitasi mangrove.
2. Pola adaptif yaitu menyesuaikan dengan banjir pasang. Rumah-rumah
penduduk dibuat model panggung agar aman dari genangan air laut terutama pada waktu banjir pasang.
3. Pola mundur retreat. Pola ini bertujuan menghindari genangan dengan cara
merelokasi permukiman, industri, daerah pertanian dan lain-lain ke arah darat agar tidak terjangkau air laut akibat banjir pasang.
Adaptasi disusun oleh berbagai tindakan dalam masyarakat yang dilakukan oleh individu, kelompok, dan pemerintah. Adaptasi dilatarbelakangi oleh berbagai
faktor termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan keselamatan Adger et al 2005. Menurut Kusnanto
2011, kriteria pemilihan adaptasi perlu
mempertimbangkan: 1.
Efektivitas teknis: apakah opsi adaptasi efektif dalam memecahkan masalah yang timbul, sementara juga memenuhi tujuan pengembangan atau
manajemen? 2.
Biaya: berapa besar biaya untuk melaksanakan kegiatan adaptasi? 3.
Manfaat: apakah jenis dan besar manfaat yang akan dihasilkan melalui adaptasi dan siapa yang akan memperoleh keuntungan?
4. Pertimbangan implementasi: seberapa mudah atau sulit untuk merancang dan
mengimplementasikan pilihan dalam hal tingkat kemampuan yang diperlukan, informasi yang dibutuhkan, dan skala implementasi.
2.9 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dijadikan referensi antara lain penelitian yang dilakukan oleh Srihuzaimah 2011 tentang kerugian fisik dan non fisik Rumah
tangga Pesisir Akibat Banjir Pasang di Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan Jakarta Utara, hasil penelitian oleh Setyaningrum 2012 mengenai Estimasi Nilai
Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Pasang Studi Kasus: Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara dan penelitian yang dilakukan oleh Berina
2011 mengenai Strategi Adaptasi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim.
Hasil penelitian Srihuzaimah 2011 tentang kerugian fisik dan non fisik Rumah tangga Pesisir Akibat Banjir Pasang di Kelurahan Kamal Muara
menunjukkan bahwa kerugian fisik yang timbul akibat banjir pasang pada tahun 2007-2009 adalah biaya perbaikan dan biaya kehilangan yang ditanggung rumah
tangga. Rata-rata biaya perbaikan akibat banjir selama tahun 2007-2009 sebesar Rp 3.994.125 per rumah tangga sedangkan rata-rata biaya kehilangan akibat banjir
selama tahun 2007-2009 sebesar Rp 526.304 per rumah tangga. Hasil estimasi model menunjukkan bahwa nilai biaya perbaikan dipengaruhi oleh pengeluaran
rumah tangga dan lokasi rumah. Rumah tangga yang pengeluarannya tinggi, rata- rata nilai biaya perbaikannya sebesar Rp 20.683.284, rumah tangga yang