Pesisir Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

keberhasilan suatu usahatani, hal yang sama digunakan untuk analisis pendapatan usaha tambak. Soekartawi et al 1986, menyatakan bahwa besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan hasil kali harga jual produk dengan jumlah produksi total, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi antara lain: skala usaha, ketersediaan modal, tingkat harga output, ketersediaan tenaga kerja keluarga, sarana transportasi, sistem pemasaran, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Biaya usahatani terdiri dari biaya tetap dan variabel baik yang bersifat tunai maupun non tunai. Biaya tetap fixed cost adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output berubah. Biaya ini akan tetap ada walaupun perusahaan tidak melakukan produksi. Salah satu contoh biaya tetap adalah penyusutan mesin-mesin atau alat produksi yang dipakai. Biaya variabel variable cost adalah biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi berubah. Salah satu contohnya adalah biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk produksi. Biaya total total cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli berbagai input untuk keperluan produksi. Biaya total dihitung dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai, contohnya biaya untuk pembelian input, upah tenaga kerja dari luar keluarga, dan lain-lain. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan untuk menghitung pengeluaran petani jika modal, sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga, biaya benih milik sendiri diperhitungkan Suratiyah 2008. Soekartawi 1995 menjelaskan pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Secara matematis pendapatan usahatani diformulasikan sebagai berikut : I = TR - TC …................................... 2.1 Keterangan: I = Pendapatan Rp TR = Total Penerimaan Rp TC = Total Pengeluaran Rp Ketika total penerimaan lebih besar dari total pengeluaran maka usaha menguntungkan. Sebaliknya jika total penerimaan lebih kecil dari total pengeluaran maka usaha dapat dikatakan rugi. Namun, jika total penerimaan dan total pengeluaran seimbang usaha dikatakan impas yaitu tidak untung dan tidak rugi.

2.6 Model Regresi Logistik

Rosadi 2011 menjelaskan regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe kategoris atau kualitatif. Kategori dari variabel dependen dapat terdiri atas dua kemungkinan nilai dichotomous, seperti yatidak, suksesgagal, dan lain-lain, atau lebih dari dua nilai polychotomous, seperti sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Menurut Firdaus dan Afendi 2008, pemodelan peluang kejadian tertentu dalam analisis regresi logistik dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi dari regresi linear ke logit: Logit P i = log e � 1−� . Pi merupakan peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan log e adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. P i Logit P i Logit transform Predictor Predictor Gambar 1 Gambar transformasi logit Gambar 1 mengilustrasikan proses transformasi logit Firdaus dan Afendi 2008. Logit L i merupakan logaritma dari rasio sebelumnya dan linier dalam variabel independen dan parameter. Estimasi parameter dari metode regresi logistik dapat dilakukan dengan metode maximum likelihood estimator mle, dimana parameter optimal dapat diperoleh dengan metode numerik. Persamaan model logit atau model regresi logistik: L i = L n � 1−� = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + ... + β j X j ............... 2.2 Interpretasi model logistik sama seperti model OLS yaitu dengan koefisien slope dari parameter. Koefisien slope diinterpretasikan sebagai perubahan pada logit p akibat suatu perubahan satu unit pada variabel bebas. Cara yang paling umum digunakan dalam menginterpretasikan koefisien model regresi logistik adalah dengan melibatkan odds ratio. Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Apabila pengamatan Y ke-i merupakan setujubersedia untuk membayar maka dilambangkan Y i = 1, peluangnya adalah P i , sedangkan peluang untuk Y i = 0 tidak setuju adalah 1 – P i . Makin besar nilai odds maka makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis Odds ratio dapat dituliskan sebagai berikut Juanda 2009: � 1−� .................................................... 2.3 Keterangan: P i = peluang kejadian yang terjadi 1-P i = peluang kejadian yang tidak terjadi Pengujian parameter model dilakukan dengan menguji semua parameter secara keseluruhan simultan dan menguji masing-masing parameter secara terpisah individual. a Uji G Hasil pengujian signifikansi regresi secara simultan didasarkan pada statistik uji G. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum likelihood ratio test yang dapat digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara bersamaan Hosmer dan Lemeshow 2000. Untuk menguji apakah variabel bebas memberikan pengaruh terhadap kebaikan dari model dengan uji rasio likelihood, mula-mula dicari nilai statistik G. = − ln [ ] ................................................................................................... 2.4 Keterangan: l o = Likelihood pada model tanpa variabel bebas l i = Likelihood pada model dengan variabel bebas