Perumusan Masalah Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, untuk meningkatkan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan untuk dipraktikan dilapangan. 2. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi tambahan atau bahan rujukan untuk menambah khasanah ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi pemerintah Kabupaten Bekasi, sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk menghitung kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir rob serta untuk menetapkan kebijakan yang tepat terkait strategi adaptasi terhadap banjir rob. 4. Bagi masyarakat, sebagai informasi mengenai besarnya kerugian ekonomi langsung direct dan tidak langsung indirect yang diderita dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob. 7 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesisir

Wilayah pesisir coastal zone secara teknis didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara daratan dan lautan; batas ke arah darat mencakup kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, seperti gaya pasang surut, interusi air laut dan percikan gelombang; dan batas ke arah laut meliputi perairan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah di darat seperti aliran di darat seperti aliran air sungai dan dampak kegiatan manusia di darat seperti bahan pencemar dan sedimentasi Dahuri 2000. Sedangkan secara administrasi kebijakan, batas wilayah pesisir ke arah darat yang termasuk dalam desa pantai; dan batas ke arah laut meliputi daerah perairan laut meliputi perairan laut dangkal paparan benua continental shelf atau 12 mil dari garis pasang-surut terendah Dahuri et al. 2008. Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem laut dan daratan, di mana segenap faktor yang bekerja di ekosistem laut dan daratan bertemu serta membentuk ekosistem yang unik. Berdasarkan kesepakatan internasional wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara darat dan laut, ke arah daratan didefinisikan sebagai daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi paparan dunia. Apabila ditinjau dari garis pantai coastline, maka suatu wilayah pesisir memiliki dua batas boundaries, yaitu: batas yang sejajar garis pantai longshore dan batas yang tegak lurus pantai crossshore Dahuri et al. 2008. Definisi wilayah pesisir yang disepakati pada pembakuan teknis wilayah pesisir untuk Indonesia, yaitu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, mempunyai ciri geosfer secara khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut, dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan darat. Dahuri et al 2008 mendefinisikan konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan, dimana keterpaduan dalam konsep ini mengandung tiga dimensi, yaitu sektoral, bidang ilmu dan keterkaitan ekologis. Keterpaduan secara sektoral diartikan sebagai suatu keadaan, dimana proses koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat tertentu horizontal integration dan pada semua level pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi sampai tingkat pusat vertical integration dijalankan secara terpadu. Keterpaduan keilmuan diartikan sebagai suatu keterpaduan dalam sudut pandang pengelolaan wilayah pesisir yang dilaksanakan atas dasar pendekatan interdispilin ilmu yang melibatkan bidang ilmu ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum dan lain sebagainya yang relevan dan keterkaitan ekologis sebagai sesuatu yang diperlukan dan diperhatikan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, karena jika suatu ekosistem mengalami perubahan atau kerusakan maka akan terjadi pula pada ekosistem yang lainnya. 2.2 Banjir Rob Rob adalah kejadianfenomena alam dimana air laut masuk ke wilayah daratan, pada waktu permukaan air laut mengalami pasang. Rob dapat terjadi karena dinamika alam atau karena kegiatan manusia. Dinamika alam yang dapat menyebabkan rob adalah adanya perubahan elevasi pasang surut air laut. Sedangkan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia misalnya karena pemompaan air yang berlebihan, penggerukan alur pelayaran, reklamasi pantai dan lain-lain Wahyudi 2007. Air pasang laut akan memperlambat aliran sungai yang menuju ke laut. Pada waktu banjir yang bersamaan dengan air pasang tinggi maka akan mempengaruhi tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik backwater. Banjir akibat pasang air laut merupakan pola fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi oleh gaya tarik gravitasi bulan dan matahari terhadap massa air laut bumi Sunarto 2003. Tinggi rendahnya kenaikan air pasang itu ditentukan oleh dua faktor: posisi relatif bulan dan matahari terhadap bumi, serta jarak bulan pada orbitnya dengan titik pusat inti bumi. Tarikan itu akan menyebabkan permukaan air laut bergerak vertikal dan horizontal. Saidja 1988 yang diacu dalam Pratiwi 2012 menjelaskan bahwa air laut akan terjadi pasang naik dan pasang surut secara harian dan bulanan. Pasang harian terjadi siang dan malam, masing-masing dua kali pasang naik dan surut. Pasang bulanan akan terjadi dua kali pasang naik, yaitu: 1 pada bulan purnama tanggal 14 atau 15 komariah, dan 2 pada bulan baru dan bulan mati tanggal 1 dan 30 komariah, serta dua kali pasang surut, yaitu: 1 pada minggu pertamakwarter pertama tanggal 7 atau 8, dan 2 pada pekan terakhirkwarter terakhir tanggal 21 atau 22. Pada pasang harian akan terjadi dua kali pasang naik dan dua kali pasang surut. Pasang naik dan pasang surut harian akan terlambat kira-kira 50 menit untuk hari berikutnya.

2.3 Kerugian Ekonomi akibat Banjir Rob

Dampak banjir rob adalah timbulnya biaya kerusakan yang ditanggung oleh masyarakat wilayah Pesisir Kampung Pondok. Menurut Marfai 2013, penilaian akibat banjir terdiri dari dua tipe kerusakan yang berdasarkan ada atau tidaknya nilai moneter. Tipe kerusakan tersebut dapat diaplikasikan untuk nilai konsekuensi dari banjir, contohnya nilai tangible yang dapat dihitung dan intangible tidak dapat dihitung. Stres, depresi dan ketidaknyamanan adalah contoh kerusakan intangible. Kerusakan tangible dapat dibagi menjadi langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung berkaitan dengan properti rumah, mobil, alat rumah tangga, dan sebagainya. Kerusakan tidak langsung adalah kerugian yang disebabkan oleh perbedaan antara hubungan ekonomi dan fisik berdasarkan nilai ekonomi. Ketika terjadi banjir, menyebabkan kemacetan pada aktifitas pasar dan bisnis, orang tidak dapat bekerja dan akan kehilangan pendapatan, dan sebagainya dapat dimasukkan dalam definisi kerusakan tidak langsung. Menurut Kodoatie dan Sugiyanto 2002, kerugian akibat banjir pada umumnya sulit diidentifikasi secara jelas, dimana terdiri dari kerugian banjir akibat banjir langsung dan tak langsung. Kerugian akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik akibat banjir yang terjadi, antara lain robohnya gedung sekolah, industri, rusaknya sarana transportasi, hilangnya nyawa, hilangnya harta benda, kerusakan di pemukiman, kerusakan daerah pertanian dan peternakan, kerusakan sistem irigasi, sistem air bersih, sistem drainase, sistem kelistrikan, sistem pengendali banjir termasuk bangunannya, kerusakan sungai, dsb. Sedangkan kerugian akibat banjir tak langsung berupa kerugian kesulitan yang timbul secara