buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan atau disebut juga juragan. Nelayan buruh adalah orang yang bekerja sebagai kru
atau anak buah kapal ABK. Juragan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1 Juragan laut adalah pemilik armada atau perahu yang ikut dalam operasi
penangkapan ikan. 2 Juragan perahu adalah pemilik armada atau perahu penangkapan tetapi tidak
ikut dalam operasi penangkapan ikan.
2.1.4 Hasil tangkapan
Ikan yang tertangkap di Perairan Teluk Palabuhanratu didominasi oleh jenis ikan ekonomis sedang dan hanya sebagian kecil yang bernilai ekonomis
tinggi. Jenis ikan tersebut antara lain layur Trichiurus sp, peperek Leiognathus spp, selar Selaroides sp, tembang Sardinella fimbriata, teri Stolephorus
commersonii, tongkol lisong Auxis rochei, tongkol banyar Rastrelliger kanagurta, tongkol abu-abu Thunnus tonggol, udang rebon Mysis sp, semar
Mene maculata dan kembung Rastrelliger sp. Jenis hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu jenis udang yang biasa tertangkap oleh alat
tangkap trammel net Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2008. Menurut Suhana 2008, di dalam perairan Teluk Palabuhanratu terkandung
berbagai potensi sumberdaya ikan yang cukup melimpah, antara lain ikan pelagis, ikan demersal, udang dan biota laut lainnya. Jenis-jenis ikan yang sering
tertangkap oleh nelayan Palabuhanratu antara lain teri Stolephorus commersonii, tembang Sardinella fimbriata, tongkol lisong Auxis rochei, udang putih
Penaeus merguensis dan rajungan Portunus pelagicus.
2.1.5 Daerah penangkapan ikan
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Palabuhanratu umumnya dilakukan di sekitar perairan artisanal di bawah 3 mil, terutama di
Perairan Teluk Palabuhanratu Gambar 7. Hampir semua kapal dengan ukuran
10 GT dan perahu motor tempel melakukan operasi penangkapan ikan di dalam Teluk Palabuhanratu.
Penentuan daerah penangkapan ikan fishing ground itu sendiri dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan Ekasari, 2008.
Menurut Wewengkang 2002, umumnya daerah penangkapan ikan di Palabuhanratu berada di sekitar Teluk Palabuhanratu, meskipun ada beberapa
jenis alat tangkap yang daerah penangkapannya di luar Teluk Palabuhanratu. Alat tangkap seperti rawai layur dan bagan apung mempunyai daerah operasi
penangkapan ikan di wilayah 2-3 mil dari pantai. Daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap payang dan jaring insang hanyut berada di sekitar teluk sampai jauh
di luar teluk, seperti Perairan Ujung Genteng, Bayah, Cikara, Binuangeun, Pulau Tinjil dan Pulau Deli.
Sumber: Girsang, 2008
Gambar 7 Peta Teluk Palabuhanratu.
2.1.6 Musim penangkapan
Menurut Ekasari 2008, kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu sangat dipengaruhi oleh kondisi musim. Selain musim timur dan musim barat, di
kawasan Palabuhanratu dikenal musim peralihan dari musim barat ke musim timur dan dari musim timur ke musim barat. Penduduk setempat menyebut
keadaan demikian dengan sebutan liwung.
Keterangan: Bagan apung
Trammel net Jaring rampus
Rawai layur Payang
Palabuhanratu Citepus
Cimandiri
Tg. Kembar Gedogan
Ug. Karangbentang Cimaja
Cisolok Karang Payung
Guhagede
7º 00’
7º 05’
106º 17’ 30’’ 106º 22’ 30’’
106º 27’ 30’’ 106º 32’ 30’’
TELUK PALABUHANRATU
Menurut Ekasari 2008, kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi dengan angin yang sangat
kencang disertai dengan ombak yang sangat besar. Hal ini menyebabkan sebagian besar nelayan tidak berangkat melaut dengan alasan keamanan. Kalaupun ada
kapal yang beroperasi jumlahnya tidak banyak dan daerah penangkapan ikannya pun terbatas tidak terlalu jauh. Lain halnya dengan musim timur yang
berlangsung sekitar Bulan Mei sampai dengan September. Pada musim tersebut keadaan perairan biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan ombak relatif kecil.
Keadaan ini memungkinkan nelayan untuk melaut dan biasanya pada musim timur ini merupakan musim puncak penangkapan ikan. Kelimpahan ikan pada
bulan-bulan tersebut diduga akibat adanya upwelling yang terjadi pada perairan di Perairan Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya. Upwelling dapat terjadi karena
pada musim timur gerakan arus air laut datang dari arah timur menuju ke barat dan bergerak menjauhi teluk. Hal tersebut akan mengakibatkan kekosongan
massa air di sekitar Teluk Palabuhanratu, kemudian air dari bawah naik ke atas Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2007 yang dikutip oleh Ekasari,
2008.
2.2 Permintaan Pariwisata