4 Satuan morfologi perbukitan berelief sedang Satuan ini mempunyai lereng antara 15-30 dengan ketinggian 50-500
mdpl. Penyebaran satuan ini terutama di bagian utara, timur laut, selatan dan tenggara. Pola aliran sungai yang terjadi adalah subdendritik.
5 Satuan morfologi perbukitan berelief kasar Satuan ini mempunyai kemiringan 30 terletak pada ketinggian 200-100
mdpl. Penyebaran satuan ini terutama di bagian utara dan timur laut, serta menyebar di bagian selatan sampai dengan tenggara menempati daerah Desa
Cidadap dan Loji, yaitu Daerah Gunung Buleud, Gunung Jayanti, Gunung Manunggal dan Gunung Binong. Pola aliran sungai yang terjadi adalah
subdendretik.
4.2.3 Iklim dan hidrologi
Kondisi iklim tiap daerah berbeda-beda. Hal itu dapat terlihat dari perbedaan suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, tekanan udara, kecepatan
angin dan radiasi matahari. Suhu udara di Palabuhanratu berkisar antara 18º-36ºC dengan intensitas hujan 13,6-20,4 mm per hari hujan atau 1.412-3.660 mm per
tahun, sedangkan kelembaban udara berada pada kisaran 70-90 Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008.
Kondisi hidrologi di Palabuhanratu terdiri atas dua jenis perairan, yaitu perairan sungai dan anak sungai serta perairan pantai. Air permukaan merupakan
sumber air yang paling banyak dan paling mudah pengambilannya untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan berbagai kebutuhan. Air permukaan di wilayah
Palabuhanratu terutama terdapat sebagai air sungai, yang banyak mengalir melalui wilayah ini Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008.
Beberapa sungai yang mengalir di wilayah ini, mulai dari bagian utara hingga selatan ialah Sungai Citepus, Sungai Cipalabuhan, Sungai Cipanyairan,
Sungai Cimandiri, Sungai Cidadap dan Sungai Cibuntu dengan beberapa anak sungai. Sungai utama di Palabuhanratu adalah Sungai Cimandiri yang mengalir
membelah Kabupaten Sukabumi dan wilayah Palabuhanratu dari arah timur ke barat dan bermuara di Teluk Palabuhanratu. Anak Sungai Cimandiri yang relatif
besar adalah Sungai Cidadap yang melintasi Desa Cidadap dan Desa Loji. Air
kedua sungai tersebut agak keruh, terutama pada musim hujan, karena beberapa anak sungainya mengalir melalui daerah yang dibentuk oleh batuan sedimen
tersier yang relatif agak mudah terkikis dan batuan gunung api kwarter yang ditutupi oleh tanah penutup yang tebal. Pola aliran sungai terutama pada daerah
berbukit yang relatif kasar mengikuti pola aliran subdendritik. Sungai yang ada tersebut memiliki fluktuasi yang besar terhadap musim, sehingga relatif optimum
sebagai saluran irigasi yang terjadi hanya pada musim hujan. Produksi akuifer tanah banyak terdapat di kaki Gunung Gede-Pangrango dan memiliki kualitas air
tanah yang cukup baik, sedangkan akuifer lainnya memiliki kualitas air yang kurang baik Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008.
Air permukaan ini dimanfaatkan oleh penduduk yang mendiami daerah dekat alur-alur sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk
kebutuhan pengairan daerah-daerah yang relatif rata dan rendah di sepanjang alur- alur sungai tersebut. Perbedaan tinggi muka air tanah pada musim penghujan dan
kemarau cukup besar, bahkan tidak jarang ada sumur gali di daerah tersebut yang kering pada musim kemarau. Letak muka air tanah umumnya dalam, berkisar
antara 5-10 meter di bawah permukaan setempat. Pada umumnya kualitas air tanah di daerah ini cukup baik dan dapat dimanfaatkan untuk air minum. Mata air
pada umumnya terdapat di daerah yang masih tertutup oleh vegetasi, air keluar dari ujung-ujung lava di bagian kaki lereng atau tekukan di bagian lereng. Mata
air yang terdapat pada umumnya mempunyai debit yang kecil, berkisar antara 1-8 liter per detik Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008.
4.2.4 Geologi