2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keadaan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004
. Menurut Monintja 1989, perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di
laut maupun di perairan umum secara bebas. Komponen-komponen utama dari perikanan tangkap adalah unit penangkapan ikan. Menurut Kestevan 1973, unit
penangkapan ikan merupakan kesatuan dari peralatan dan manusia yang terdapat dalam operasi penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas kapal, alat
tangkap dan nelayan. Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu berpusat di Pelabuhan
Perikanan Nusantara PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu didirikan pada Tahun 1992 atas kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi melalui
Dinas Kelautan dan Perikanan beserta Departemen Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006.
2.1.1 Kapal
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dijelaskan bahwa kapal perikanan adalah kapal, perahu atau
alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Menurut Ekasari 2008, kapal merupakan faktor penting diantara komponen unit
penangkapan ikan lainnya dan merupakan modal terbesar pada usaha penangkapan ikan. Kapal penangkapan ikan berguna sebagai wahana transportasi
yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan
beserta hasil tangkapan yang diperoleh.
Jumlah kapal perikanan yang beroperasi di Palabuhanratu pada Tahun 2007 sebanyak 1.329 buah. Jumlah tersebut terdiri atas 693 buah perahu motor tempel
PMT dan 636 buah kapal motor KM Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2008.
Perahu motor tempel menggunakan motor tempel outboard engine yang terletak di bagian luar kapal. Umumnya perahu motor
tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil, karena harga perahu yang relatif terjangkau. Kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di
bagian dalam badan kapal inboard engine. Umumnya kapal motor mempunyai skala usaha cukup besar Ekasari 2008.
2.1.2 Alat penangkapan ikan
Alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan ikan Diniah, 2008. Alat penangkapan ikan
yang beroperasi di dalam Teluk Palabuhanratu adalah payang, pancing ulur, jaring rampus, bagan apung, trammel net dan
rawai layur Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu, 2008. 1 Payang
Menurut Standar Nasional Indonesia 2005, payang merupakan alat penangkap ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri atas dua
bagian sayap, medan jaring bawah bosoom, badan serta kantong jaring. Payang
dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan ukuran badan jaring, yaitu payang berbadan jaring pendek dan payang berbadan jaring panjang. Desain kedua jenis
payang tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Payang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan yang berada
di permukaan perairan menggunakan tali selambar yang panjang. Penurunan jaring dilaksanakan pada sisi kiri buritan kapal, dengan gerakan maju kapal
membentuk lingkaran pelayaran atau melingkari gerombolan ikan sesuai dengan panjang tali selambar, yaitu 50
–100 meter dan kecepatan kapal antara 1–1,5 knot. Penggunaan sayap jaring dan tali selambar yang panjang bertujuan untuk
memperoleh jarak liputan atau lingkaran payang yang besar dan jarak liputan atau tarikan payang yang panjang. Penarikan dan pengangkatan jaring hauling
dilakukan dari buritan kapal tanpa menggunakan mesin bantu penangkapan fishing machinery dan kedudukan kapal terapung drifting. Agar tidak terjadi
gerakan mundur kapal yang berlebihan, diupayakan kapal bergerak maju dengan kecepatan lambat, sesuai dengan kecepatan penarikan payang
Standar Nasional Indonesia, 2005
. Jenis ikan yang biasa tertangkap payang adalah layang
Decapterus sp, selar Selaroides sp, kembung Rastrelliger sp, lemuru Sardinella longiceps, tembang Sardinella fimbriata, japuh Dussumieria spp
dan lain-lain Subani dan Barus 1988.
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2005
Gambar 1 Desain payang.
Keterangan gambar : 1 Panjang Bagian
– Bagian Jaring 2 Lebar Bagian
– Bagian Jaring a Panjang tali ris atas : l
a Keliling mulut jaring : a b Panjang tali ris bawah : m
b Setengah keliling mulut jaring : h c Keliling mulut jaring : a
c Lebar ujung depan bagian sayap atas : g2 d Panjang total jaring :b
d Lebar ujung belakang bagian sayap atas : g1 e Panjang bagian sayap atas : c
e Lebar ujung depan bagian sayap bawah : h2 f Panjang bagian sayap bawah : d
f Lebar ujung belakang bagian sayap bawah:h1 g Panjang bagian medan jaring bawah : bsm
g Jarak ujung- ujung belakang sayap atas : g”
h Panjang bagian badan : e h Jarak ujung-
ujung belakang sayap bawah : h” i Panjang bagian kantong : f
i Lebar ujung depan bagian bosoom : h’
j Lebar ujung belakang bagian bosoom : h1’
k Lebar ujung depan bagian badan : i l Lebar ujung belakang bagian badan : i1
m Lebar ujung depan bagian kantong : j n Lebar ujung belakang bagian kantong : j1
Payang berbadan jaring panjang Payang berbadan jaring pendek
2 Pancing ulur Menurut Subani dan Barus 1988, pancing ulur atau hand line Gambar 2
adalah suatu konstruksi pancing yang umum digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan skala kecil small scale fishery. Secara garis besar pancing ulur terdiri
atas komponen tali utama main line dan tali cabang branch line yang terbuat dari bahan PA monofilament, swivel yang terbuat dari bahan besi putih, mata
pancing hook yang terbuat dari besi dan pemberat sinkers yang terbuat dari timah. Lokasi pemancingan dapat dilakukan di sembarang tempat seperti di
perairan berkarang, perairan dangkal maupun dalam, juga di sekitar rumpon.
Sumber: Saputra 2002
Gambar 2 Alat tangkap pancing ulur.
3 Jaring rampus Menurut Subani dan Barus 1988, jaring rampus Gambar 3 merupakan
alat tangkap yang termasuk kelompok jaring insang yang dioperasikan di dasar perairan atau jaring insang dasar. Menurut Standar nasional Indonesia 2006,
alat penangkap ikan ini berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya
sama besar dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris
Penggulung Tali utama
Tali cabang Mata pancing
Pemberat Kili-kili swivel
Mata pancing
bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang arah renang ikan, sehingga
ikan sasaran terjerat mata jaring atau terpuntal pada bagian tubuh jaring.
Menurut Subani dan Barus 1988, satu set jaring rampus terdiri atas 14-25 tinting dengan panjang 45 meter dan lebar 3,5 meter. Setiap set jaring rampus
terdiri atas badan jaring berbahan PA monofilament, tali ris atas dan tali ris bawah dengan bahan PE multifilament, pelampung yang terbuat dari karet, pemberat
yang terbuat dari bahan timah, pelampung tanda, tali selambar berbahan PE multifilament, tali jangkar berbahan PE multifilament dan jangkar.
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2006
Gambar 3 Desain jaring rampus
.
Pengoperasian jaring rampus dapat dilakukan dengan cara menetap, cara hanyut atau cara memancang tegak lurus di dalam perairan dan menghadang arah
gerakan ikan atau cara melingkar. Ikan sasaran tertangkap pada jaring rampus
dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara terpuntal badannya pada tubuh jaring Standar Nasional Indonesia, 2006.
4 Bagan apung Raft lift net Bagan
apung Gambar
4 adalah
jaring angkat
yang dalam
pengoperasiannya dapat dipindah-pindahkan di tempat yang diperkirakan banyak ikannya. Bagan apung dioperasikan hanya pada malam hari light fishing,
terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan. Hasil tangkapan bagan antara lain jenis ikan pelagis kecil seperti
teri Stolephorus commersonii, tembang Sardinella fimbriata
, pepetek Leiognathus spp
dan selar Selaroides sp Subani dan Barus, 1988. Menurut Juniarti 1995, komponen-komponen bagan apung terdiri atas dek
bagan, rumah bagan, roller, tali tarik, tali pemberat, pemberat, rakit, tali jangkar, jangkar, bingkai jaring dan jaring. Bahan yang digunakan untuk jaring bagan
apung adalah waring. Waring merupakan anyaman pabrik yang terbuat dari poly prophylene PP, tidak menggunakan simpul, warna jaring hitam dan mempunyai
ukuran mata jaring 3 mm.
Sumber: BPPI, 2007
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung. 5 Trammel net
Menurut Standar nasional Indonesia 2006, jaring tiga lapis atau trammel net merupakan salah satu alat tangkap dari jenis jaring insang gill net yang
dipergunakan untuk menangkap udang dengan cara terpuntal dan banyak dipergunakan oleh nelayan skala kecil.
T rammel net Gambar 5 terdiri atas satu
lapis jaring bagian dalam inner net, dua lapis jaring di bagian luar outer net, serampat selvadge, tali pelampung float line, tali ris atas head rope, tali ris
bawah ground rope, tali pemberat sinker line, pelampung dan pemberat. Jaring lapis dalam inner net merupakan bagian jaring bermata kecil yang
membentuk kantong jaring dan terletak di antara dua lapis jaring luar outer net, sedangkan jaringan lapis luar outer net adalah bagian jaring bermata besar
terletak simetris di sisi-sisi luar jaring lapis dalam yang berfungsi sebagai kerangka pembentuk atau pengendor kantong jaring. Serampat selvadge adalah
lembaran jaring yang terpasang di atas dan di bawah tubuh jaring. Serampat berfungsi sebagai penguat tubuh jaring bagian atas dan bagian bawah.
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2006
Gambar 5 Desain jaring tiga lapis trammel net.
Trammel net dioperasikan di dasar perairan dengan sasaran tangkapan udang. Waktu pengoperasian dilakukan pada siang hari jam 04.00
– jam 14.00. Operasi penangkapan dilakukan dengan menggunakan dua cara penangkapan,
yaitu secara pasif dan aktif. Operasi penangkapan secara pasif dilakukan dengan cara menurunkan jaring dari salah satu sisi lambung kapal dengan arah
penurunannya menyilang arus. Ujung depan jaring dipasang pemberat batu dan ujung belakang disambung dengan tali selambar yang diikatkan pada kapal,
kemudian trammel net dibiarkan hanyut mengikuti gerakan arus. Operasi penangkapan secara aktif dilakukan dengan menurunkan jaring dari salah satu sisi
lambung kapal dengan arah penurunannya menyilang arus. Ujung depan jaring dipasang pemberat jangkar dan ujung belakang disambung dengan tali selambar
yang diikatkan pada kapal, kemudian trammel net diputar dengan kapal membentuk gerakan setengah lingkaran atau bahkan membentuk 2-3 kali gerakan
lingkaran atau putaran Standar Nasional Indonesia, 2006. Menurut Subani dan
Barus 1988, hasil tangkapan trammel net antara lain udang putih Penaeus merguensis, bawal hitam
Formio niger , manyung Arius spp dan gulamah
Sciaenidae sp .
6 Rawai layur Menurut Astuti 2008, konstruksi rawai layur Gambar 6 terdiri atas
beberapa bagian, yaitu tali utama main line, tali cabang branch line, tali pelampung float line, pelampung float, pemberat sinker, swivel, kawat barlen
dan mata pancing hook. Rawai layur dioperasikan secara one day fishing dan dilakukan pada malam hari.
Daerah penangkapan ikan rawai layur dilakukan di Teluk Palabuhanratu. Hal ini disebabkan ukuran kapal yang digunakan nelayan rawai layur relatif kecil
dan konstruksinya sederhana, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan operasi penangkapan ikan di luar Teluk Palabuhanratu Astuti 2008.
Sumber: Astuti 2008
Gambar 6 Alat tangkap rawai layur.
2.1.3 Nelayan