Hubungan Pariwisata dengan Perikanan Tangkap Strategi Pengembangan Pariwisata

pemakainya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi orang untuk melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata DTW tertentu. Faktor-faktor itu adalah jumlah pendapatan seseorang setelah dikurangi kewajiban pajak atau kewajiban lainnya yang harus dibayar, baik kepada pemerintah atau pihak lainnya disposable personal income, waktu senggang leasure time, teknologi, besar atau kecilnya jumlah keluarga size of family, keamanan serta accessibility Yoeti, 2006. Yoeti 2006 menyatakan bahwa sifat dan karakter permintaan untuk melakukan perjalanan wisata sangat berbeda dengan permintaan untuk produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur tangible goods. Perbedaan sifat atau karakter tersebut adalah permintaan pariwisata sangat elastis, karena permintaan tersebut menunjukkan elastisitas langsung terhadap pendapatan dan biaya perjalanan elasticity, permintaan pariwisata sangat peka terhadap keadaan sosial, politik dan keamanan sensitivity, permintaan pariwisata selalu meningkat expansion dan permintaan pariwisata bersifat musiman seasonality. Menurut Middleton 1994, permintaan pasar dan perilaku konsumen dalam perjalanan wisata menggambarkan dua dimensi, yaitu faktor penentu dan faktor motivasi. Faktor penentu adalah faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor politik yang ada dalam suatu masyarakat yang membatasi jumlah permintaan terhadap perjalanan pariwisata. Faktor motivasi adalah faktor internal yang ada dalam setiap individu, seperti kebutuhan, keinginan dan impian. Ada delapan faktor penentu utama yang mempengaruhi permintaan perjalanan wisata, yaitu faktor ekonomi, demografi, geografi, sosio-kultur dan perilaku sosial, harga yang bersaing, mobilitas, peraturan pemerintah serta media komunikasi. Faktor penentu permintaan ini adalah faktor eksternal dari kepentingan setiap individu dan perubahan yang terjadi dalam setiap faktor tersebut akan sangat mempengaruhi ukuran dan pola pasar pariwisata Middleton, 1994 .

2.3 Hubungan Pariwisata dengan Perikanan Tangkap

Pengembangan pariwisata yang dihubungkan dengan sektor perikanan tangkap fishing selama ini masih kurang di Indonesia. Hubungan antara sektor perikanan tangkap dengan sektor pariwisata salah satunya terwujud dalam kegiatan rekreasi perikanan tangkap recreational fisheries. Menurut Pitcher dan Hollingworth 2002, rekreasi perikanan dapat diartikan sebagai kegiatan menangkap ikan untuk kesenangan. Selain sebagai suatu kesenangan, ada manfaat pelengkap yang didapat dari rekreasi perikanan, seperti keuntungan ekonomi, sumber makanan dan suatu pelatihan olah raga sport fishing. Berdasarkan data dari The National Marine Fisheries Service NMFS, di Amerika Serikat rekreasi memancing di laut merupakan olah raga di luar kedua yang paling populer. Pada Tahun 1998 rekreasi memancing menghasilkan 6 dari total produksi ikan Amerika Serikat. Di bagian timur laut Amerika Serikat, pada Tahun 1994 telah terjadi 22.518.000 perjalanan rekreasi perikanan dan pada Tahun 1997 perjalanan rekreasi perikanan meningkat menjadi 36.966.000 perjalanan Gentner dan Lowther, 2002.

2.4 Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks. Pengembangan meliputi kegiatan mengaktifkan sumber daya, memperluas kesempatan, mengakui keberhasilan dan mengintegrasikan kemajuan. Dari segi kualitatif, pengembangan berfungsi sebagai peningkatan meliputi penyempurnaan program ke arah yang lebih baik. Hal-hal yang dikembangkan meliputi aktivitas manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan itu sendiri. Pengembangan dalam hal ini mencakup pengembangan kuantitas dan kualitas, keterampilan produktif dan perluasan pasar. Dari segi kuantitatif, fungsi pengembangan dalam memperluas program dengan titik berat perluasan jangkauan wilayah dan jangkauan program Ramly, 2007. Ramly 2007 menjelaskan bahwa pengembangan kawasan wisata harus didasarkan pada regulasi nasional maupun kesepakatan internasional. Seluruh regulasi dan kesepakatan internasional dijadikan landasan pengembangan ekowisata nasional. Pengembangan wisata regional atau lokal didasarkan pada regulasi di daerah serta persepsi dan preferensi masyarakat sebagai bentuk realisasi paradigma baru yang memberdayakan rakyat. Tujuan pengembangan wisata yang ingin dicapai adalah kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan hanya dilakukan terhadap aspek estetika, pengetahuan tentang ekosistem dan keanekaragaman hayati. Analisis situasi merupakan cara untuk mendapatkan suatu kemampuan strategis antara peluang-peluang eksternal dan kemampuan internal suatu daerah yang akan dikembangkan. Faktor internal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan suatu sektor dan berasal dari dalam sektor tersebut, sedangkan faktor-faktor eksternal adalah hal-hal yang yang dapat mempengaruhi keberadaan suatu sektor tetapi berasal dari luar sektor. Salah satu metode analisis situasi umum yang digunakan adalah analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats. Analisis ini merupakan identifikasi secara sistematik terhadap kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi Rangkuti, 2008. SWOT adalah suatu kerangka yang bermanfaat untuk penilaian yang dilengkapi dengan penyajian informasi yang relevan hingga proses diagnosis dan pemberian petunjuk yang terbaik dalam pengembangan hingga peramalan, yang selanjutnya dapat memberikan informasi untuk taktik dan strategi pemasaran Middleton, 1994. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui alternatif strategi pengembangan yang paling baik. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi Rangkuti, 2008. 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian