Citepus Balai Desa, Gua Lalay dan Muara Sungai Cimandiri Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008.
Menurut Bappeda Kabupaten Sukabumi 2008, sektor pariwisata dan perikanan tangkap merupakan sektor yang paling berpengaruh bagi perekonomian
masyarakat Palabuhanratu, namun selama ini p engembangan kedua sektor
tersebut masih berjalan sendiri-sendiri. Padahal, jika pengembangannya dilakukan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi
sumberdaya alam yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui sinergisitas antara kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata di
Palabuhanratu, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kontribusi kedua sektor dalam perekonomian Kabupaten Sukabumi.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah 1 Bagaimana keragaan perikanan tangkap di Palabuhanratu?
2 Bagaimana permintaan pariwisata terhadap obyek wisata yang ada di Palabuhanratu?
3 Bagaimana nilai ekonomi sumberdaya pariwisata yang ada di Palabuhanratu? 4 Bagaimana sinergisitas kegiatan perikanan tangkap dengan pariwisata bahari di
Palabuhanratu? 5 Bagaimana menyusun strategi pengembangan sinergisitas perikanan tangkap
dengan pariwisata bahari di Palabuhanratu?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah 1 Mengungkapkan keragaan perikanan tangkap di Palabuhanratu;
2 Menilai permintaan pariwisata bahari di Palabuhanratu; 3 Mengungkapkan sinergisitas kegiatan perikanan tangkap dan pariwisata bahari,
serta menentukan strategi pengembangannya di Palabuhanratu.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah 1 Mendapatkan gambaran tentang sinergisitas antara kegiatan perikanan tangkap
dengan pariwisata bahari untuk menunjang pengembangan pariwisata yang
berbasis perikanan tangkap di Palabuhanratu;
2 Memberikan masukan terhadap pengembangan pariwisata dengan berbasiskan perikanan tangkap kepada Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan
dan Olahraga Kabupaten Sukabumi;
3 Memberikan masukan bagi nelayan Palabuhanratu dalam upaya meningkatkan
pendapatannya.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keadaan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004
. Menurut Monintja 1989, perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di
laut maupun di perairan umum secara bebas. Komponen-komponen utama dari perikanan tangkap adalah unit penangkapan ikan. Menurut Kestevan 1973, unit
penangkapan ikan merupakan kesatuan dari peralatan dan manusia yang terdapat dalam operasi penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan terdiri atas kapal, alat
tangkap dan nelayan. Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu berpusat di Pelabuhan
Perikanan Nusantara PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu didirikan pada Tahun 1992 atas kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi melalui
Dinas Kelautan dan Perikanan beserta Departemen Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006.
2.1.1 Kapal
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dijelaskan bahwa kapal perikanan adalah kapal, perahu atau
alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Menurut Ekasari 2008, kapal merupakan faktor penting diantara komponen unit
penangkapan ikan lainnya dan merupakan modal terbesar pada usaha penangkapan ikan. Kapal penangkapan ikan berguna sebagai wahana transportasi
yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan
beserta hasil tangkapan yang diperoleh.
Jumlah kapal perikanan yang beroperasi di Palabuhanratu pada Tahun 2007 sebanyak 1.329 buah. Jumlah tersebut terdiri atas 693 buah perahu motor tempel
PMT dan 636 buah kapal motor KM Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2008.
Perahu motor tempel menggunakan motor tempel outboard engine yang terletak di bagian luar kapal. Umumnya perahu motor
tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil, karena harga perahu yang relatif terjangkau. Kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di
bagian dalam badan kapal inboard engine. Umumnya kapal motor mempunyai skala usaha cukup besar Ekasari 2008.
2.1.2 Alat penangkapan ikan
Alat penangkapan ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan ikan Diniah, 2008. Alat penangkapan ikan
yang beroperasi di dalam Teluk Palabuhanratu adalah payang, pancing ulur, jaring rampus, bagan apung, trammel net dan
rawai layur Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu, 2008. 1 Payang
Menurut Standar Nasional Indonesia 2005, payang merupakan alat penangkap ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri atas dua
bagian sayap, medan jaring bawah bosoom, badan serta kantong jaring. Payang
dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan ukuran badan jaring, yaitu payang berbadan jaring pendek dan payang berbadan jaring panjang. Desain kedua jenis
payang tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Payang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan yang berada
di permukaan perairan menggunakan tali selambar yang panjang. Penurunan jaring dilaksanakan pada sisi kiri buritan kapal, dengan gerakan maju kapal
membentuk lingkaran pelayaran atau melingkari gerombolan ikan sesuai dengan panjang tali selambar, yaitu 50
–100 meter dan kecepatan kapal antara 1–1,5 knot. Penggunaan sayap jaring dan tali selambar yang panjang bertujuan untuk
memperoleh jarak liputan atau lingkaran payang yang besar dan jarak liputan atau tarikan payang yang panjang. Penarikan dan pengangkatan jaring hauling
dilakukan dari buritan kapal tanpa menggunakan mesin bantu penangkapan fishing machinery dan kedudukan kapal terapung drifting. Agar tidak terjadi
gerakan mundur kapal yang berlebihan, diupayakan kapal bergerak maju dengan kecepatan lambat, sesuai dengan kecepatan penarikan payang
Standar Nasional Indonesia, 2005
. Jenis ikan yang biasa tertangkap payang adalah layang
Decapterus sp, selar Selaroides sp, kembung Rastrelliger sp, lemuru Sardinella longiceps, tembang Sardinella fimbriata, japuh Dussumieria spp
dan lain-lain Subani dan Barus 1988.
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2005
Gambar 1 Desain payang.
Keterangan gambar : 1 Panjang Bagian
– Bagian Jaring 2 Lebar Bagian
– Bagian Jaring a Panjang tali ris atas : l
a Keliling mulut jaring : a b Panjang tali ris bawah : m
b Setengah keliling mulut jaring : h c Keliling mulut jaring : a
c Lebar ujung depan bagian sayap atas : g2 d Panjang total jaring :b
d Lebar ujung belakang bagian sayap atas : g1 e Panjang bagian sayap atas : c
e Lebar ujung depan bagian sayap bawah : h2 f Panjang bagian sayap bawah : d
f Lebar ujung belakang bagian sayap bawah:h1 g Panjang bagian medan jaring bawah : bsm
g Jarak ujung- ujung belakang sayap atas : g”
h Panjang bagian badan : e h Jarak ujung-
ujung belakang sayap bawah : h” i Panjang bagian kantong : f
i Lebar ujung depan bagian bosoom : h’
j Lebar ujung belakang bagian bosoom : h1’
k Lebar ujung depan bagian badan : i l Lebar ujung belakang bagian badan : i1
m Lebar ujung depan bagian kantong : j n Lebar ujung belakang bagian kantong : j1
Payang berbadan jaring panjang Payang berbadan jaring pendek
2 Pancing ulur Menurut Subani dan Barus 1988, pancing ulur atau hand line Gambar 2
adalah suatu konstruksi pancing yang umum digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan skala kecil small scale fishery. Secara garis besar pancing ulur terdiri
atas komponen tali utama main line dan tali cabang branch line yang terbuat dari bahan PA monofilament, swivel yang terbuat dari bahan besi putih, mata
pancing hook yang terbuat dari besi dan pemberat sinkers yang terbuat dari timah. Lokasi pemancingan dapat dilakukan di sembarang tempat seperti di
perairan berkarang, perairan dangkal maupun dalam, juga di sekitar rumpon.
Sumber: Saputra 2002
Gambar 2 Alat tangkap pancing ulur.
3 Jaring rampus Menurut Subani dan Barus 1988, jaring rampus Gambar 3 merupakan
alat tangkap yang termasuk kelompok jaring insang yang dioperasikan di dasar perairan atau jaring insang dasar. Menurut Standar nasional Indonesia 2006,
alat penangkap ikan ini berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya
sama besar dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris
Penggulung Tali utama
Tali cabang Mata pancing
Pemberat Kili-kili swivel
Mata pancing
bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang arah renang ikan, sehingga
ikan sasaran terjerat mata jaring atau terpuntal pada bagian tubuh jaring.
Menurut Subani dan Barus 1988, satu set jaring rampus terdiri atas 14-25 tinting dengan panjang 45 meter dan lebar 3,5 meter. Setiap set jaring rampus
terdiri atas badan jaring berbahan PA monofilament, tali ris atas dan tali ris bawah dengan bahan PE multifilament, pelampung yang terbuat dari karet, pemberat
yang terbuat dari bahan timah, pelampung tanda, tali selambar berbahan PE multifilament, tali jangkar berbahan PE multifilament dan jangkar.
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2006
Gambar 3 Desain jaring rampus
.
Pengoperasian jaring rampus dapat dilakukan dengan cara menetap, cara hanyut atau cara memancang tegak lurus di dalam perairan dan menghadang arah
gerakan ikan atau cara melingkar. Ikan sasaran tertangkap pada jaring rampus
dengan cara terjerat insangnya pada mata jaring atau dengan cara terpuntal badannya pada tubuh jaring Standar Nasional Indonesia, 2006.
4 Bagan apung Raft lift net Bagan
apung Gambar
4 adalah
jaring angkat
yang dalam
pengoperasiannya dapat dipindah-pindahkan di tempat yang diperkirakan banyak ikannya. Bagan apung dioperasikan hanya pada malam hari light fishing,
terutama pada hari gelap bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan. Hasil tangkapan bagan antara lain jenis ikan pelagis kecil seperti
teri Stolephorus commersonii, tembang Sardinella fimbriata
, pepetek Leiognathus spp
dan selar Selaroides sp Subani dan Barus, 1988. Menurut Juniarti 1995, komponen-komponen bagan apung terdiri atas dek
bagan, rumah bagan, roller, tali tarik, tali pemberat, pemberat, rakit, tali jangkar, jangkar, bingkai jaring dan jaring. Bahan yang digunakan untuk jaring bagan
apung adalah waring. Waring merupakan anyaman pabrik yang terbuat dari poly prophylene PP, tidak menggunakan simpul, warna jaring hitam dan mempunyai
ukuran mata jaring 3 mm.
Sumber: BPPI, 2007
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung. 5 Trammel net
Menurut Standar nasional Indonesia 2006, jaring tiga lapis atau trammel net merupakan salah satu alat tangkap dari jenis jaring insang gill net yang
dipergunakan untuk menangkap udang dengan cara terpuntal dan banyak dipergunakan oleh nelayan skala kecil.
T rammel net Gambar 5 terdiri atas satu
lapis jaring bagian dalam inner net, dua lapis jaring di bagian luar outer net, serampat selvadge, tali pelampung float line, tali ris atas head rope, tali ris
bawah ground rope, tali pemberat sinker line, pelampung dan pemberat. Jaring lapis dalam inner net merupakan bagian jaring bermata kecil yang
membentuk kantong jaring dan terletak di antara dua lapis jaring luar outer net, sedangkan jaringan lapis luar outer net adalah bagian jaring bermata besar
terletak simetris di sisi-sisi luar jaring lapis dalam yang berfungsi sebagai kerangka pembentuk atau pengendor kantong jaring. Serampat selvadge adalah
lembaran jaring yang terpasang di atas dan di bawah tubuh jaring. Serampat berfungsi sebagai penguat tubuh jaring bagian atas dan bagian bawah.
Sumber: Standar Nasional Indonesia, 2006
Gambar 5 Desain jaring tiga lapis trammel net.
Trammel net dioperasikan di dasar perairan dengan sasaran tangkapan udang. Waktu pengoperasian dilakukan pada siang hari jam 04.00
– jam 14.00. Operasi penangkapan dilakukan dengan menggunakan dua cara penangkapan,
yaitu secara pasif dan aktif. Operasi penangkapan secara pasif dilakukan dengan cara menurunkan jaring dari salah satu sisi lambung kapal dengan arah
penurunannya menyilang arus. Ujung depan jaring dipasang pemberat batu dan ujung belakang disambung dengan tali selambar yang diikatkan pada kapal,
kemudian trammel net dibiarkan hanyut mengikuti gerakan arus. Operasi penangkapan secara aktif dilakukan dengan menurunkan jaring dari salah satu sisi
lambung kapal dengan arah penurunannya menyilang arus. Ujung depan jaring dipasang pemberat jangkar dan ujung belakang disambung dengan tali selambar
yang diikatkan pada kapal, kemudian trammel net diputar dengan kapal membentuk gerakan setengah lingkaran atau bahkan membentuk 2-3 kali gerakan
lingkaran atau putaran Standar Nasional Indonesia, 2006. Menurut Subani dan
Barus 1988, hasil tangkapan trammel net antara lain udang putih Penaeus merguensis, bawal hitam
Formio niger , manyung Arius spp dan gulamah
Sciaenidae sp .
6 Rawai layur Menurut Astuti 2008, konstruksi rawai layur Gambar 6 terdiri atas
beberapa bagian, yaitu tali utama main line, tali cabang branch line, tali pelampung float line, pelampung float, pemberat sinker, swivel, kawat barlen
dan mata pancing hook. Rawai layur dioperasikan secara one day fishing dan dilakukan pada malam hari.
Daerah penangkapan ikan rawai layur dilakukan di Teluk Palabuhanratu. Hal ini disebabkan ukuran kapal yang digunakan nelayan rawai layur relatif kecil
dan konstruksinya sederhana, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan operasi penangkapan ikan di luar Teluk Palabuhanratu Astuti 2008.
Sumber: Astuti 2008
Gambar 6 Alat tangkap rawai layur.
2.1.3 Nelayan
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dijelaskan bahwa nelayan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Menurut Ekasari 2008, nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena
nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Berdasarkan asal daerahnya, nelayan yang ada di wilayah
Palabuhanratu dapat dikategorikan sebagai nelayan asli dan nelayan pendatang. Nelayan asli adalah penduduk setempat yang telah turun-temurun berprofesi
sebagai nelayan. Nelayan pendatang umumnya berasal dari Cirebon, Cilacap, Cidaun, Binuangeun dan Indramayu. Ditinjau dari sisi waktu kerja, nelayan di
Palabuhanratu dikelompokkan menjadi nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah nelayan yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan.
Nelayan sambilan merupakan nelayan yang hanya pada waktu-waktu tertentu saja melakukan pekerjaan penangkapan ikan.
Ekasari 2008 mengemukakan bahwa selain dikotomi seperti di atas, nelayan Palabuhanratu juga dapat dibedakan atas nelayan pemilik dan nelayan
Pelampung
Tali pelampung
Tali pemberat Mata pancing
Pemberat Tali cabang
Tali utama Swivel
Kawat barlen
buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan atau disebut juga juragan. Nelayan buruh adalah orang yang bekerja sebagai kru
atau anak buah kapal ABK. Juragan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1 Juragan laut adalah pemilik armada atau perahu yang ikut dalam operasi
penangkapan ikan. 2 Juragan perahu adalah pemilik armada atau perahu penangkapan tetapi tidak
ikut dalam operasi penangkapan ikan.
2.1.4 Hasil tangkapan
Ikan yang tertangkap di Perairan Teluk Palabuhanratu didominasi oleh jenis ikan ekonomis sedang dan hanya sebagian kecil yang bernilai ekonomis
tinggi. Jenis ikan tersebut antara lain layur Trichiurus sp, peperek Leiognathus spp, selar Selaroides sp, tembang Sardinella fimbriata, teri Stolephorus
commersonii, tongkol lisong Auxis rochei, tongkol banyar Rastrelliger kanagurta, tongkol abu-abu Thunnus tonggol, udang rebon Mysis sp, semar
Mene maculata dan kembung Rastrelliger sp. Jenis hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu jenis udang yang biasa tertangkap oleh alat
tangkap trammel net Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2008. Menurut Suhana 2008, di dalam perairan Teluk Palabuhanratu terkandung
berbagai potensi sumberdaya ikan yang cukup melimpah, antara lain ikan pelagis, ikan demersal, udang dan biota laut lainnya. Jenis-jenis ikan yang sering
tertangkap oleh nelayan Palabuhanratu antara lain teri Stolephorus commersonii, tembang Sardinella fimbriata, tongkol lisong Auxis rochei, udang putih
Penaeus merguensis dan rajungan Portunus pelagicus.
2.1.5 Daerah penangkapan ikan
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Palabuhanratu umumnya dilakukan di sekitar perairan artisanal di bawah 3 mil, terutama di
Perairan Teluk Palabuhanratu Gambar 7. Hampir semua kapal dengan ukuran
10 GT dan perahu motor tempel melakukan operasi penangkapan ikan di dalam Teluk Palabuhanratu.
Penentuan daerah penangkapan ikan fishing ground itu sendiri dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan Ekasari, 2008.
Menurut Wewengkang 2002, umumnya daerah penangkapan ikan di Palabuhanratu berada di sekitar Teluk Palabuhanratu, meskipun ada beberapa
jenis alat tangkap yang daerah penangkapannya di luar Teluk Palabuhanratu. Alat tangkap seperti rawai layur dan bagan apung mempunyai daerah operasi
penangkapan ikan di wilayah 2-3 mil dari pantai. Daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap payang dan jaring insang hanyut berada di sekitar teluk sampai jauh
di luar teluk, seperti Perairan Ujung Genteng, Bayah, Cikara, Binuangeun, Pulau Tinjil dan Pulau Deli.
Sumber: Girsang, 2008
Gambar 7 Peta Teluk Palabuhanratu.
2.1.6 Musim penangkapan
Menurut Ekasari 2008, kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu sangat dipengaruhi oleh kondisi musim. Selain musim timur dan musim barat, di
kawasan Palabuhanratu dikenal musim peralihan dari musim barat ke musim timur dan dari musim timur ke musim barat. Penduduk setempat menyebut
keadaan demikian dengan sebutan liwung.
Keterangan: Bagan apung
Trammel net Jaring rampus
Rawai layur Payang
Palabuhanratu Citepus
Cimandiri
Tg. Kembar Gedogan
Ug. Karangbentang Cimaja
Cisolok Karang Payung
Guhagede
7º 00’
7º 05’
106º 17’ 30’’ 106º 22’ 30’’
106º 27’ 30’’ 106º 32’ 30’’
TELUK PALABUHANRATU
Menurut Ekasari 2008, kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi dengan angin yang sangat
kencang disertai dengan ombak yang sangat besar. Hal ini menyebabkan sebagian besar nelayan tidak berangkat melaut dengan alasan keamanan. Kalaupun ada
kapal yang beroperasi jumlahnya tidak banyak dan daerah penangkapan ikannya pun terbatas tidak terlalu jauh. Lain halnya dengan musim timur yang
berlangsung sekitar Bulan Mei sampai dengan September. Pada musim tersebut keadaan perairan biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan ombak relatif kecil.
Keadaan ini memungkinkan nelayan untuk melaut dan biasanya pada musim timur ini merupakan musim puncak penangkapan ikan. Kelimpahan ikan pada
bulan-bulan tersebut diduga akibat adanya upwelling yang terjadi pada perairan di Perairan Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya. Upwelling dapat terjadi karena
pada musim timur gerakan arus air laut datang dari arah timur menuju ke barat dan bergerak menjauhi teluk. Hal tersebut akan mengakibatkan kekosongan
massa air di sekitar Teluk Palabuhanratu, kemudian air dari bawah naik ke atas Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2007 yang dikutip oleh Ekasari,
2008.
2.2 Permintaan Pariwisata
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dijelaskan hal-hal sebagai berikut
Ramly, 2007 : 1 Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
2 Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha terkait di bidang
tersebut. 3 Kepariwisataan
adalah segala
sesuatu yang
berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata. 4 Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
5 Obyek dan daya tarik wisata adalah segala yang menjadi sasaran wisata. 6 Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. 7 Wisatawan adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk
berkunjung ke tempat lain dengan tujuan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu. Seseorang dapat disebut wisatawan, bila ia bepergian
untuk sementara waktu dengan tujuan menikmati keseluruhan panorama alam dan lingkungan.
Menurut Pramono 2001, terminologi wisata bahari memang tidak secara tegas tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
1990 tentang Kepariwisataan, namun merupakan penjabaran dari kegiatan wisata tirta yang tercantum dalam undang-undang tersebut. Wisata tirta adalah suatu
kegiatan yang menjadikan laut, sungai, danau, rawa dan waduk sebagai lokasi aktivitas wisata. Secara umum wisata bahari merupakan jenis kegiatan pariwisata
yang melandaskan pada daya tarik kelautan dan terjadi di lokasi atau kawasan yang didominasi perairan atau kelautan.
Daya tarik wisata bahari mencakup perjalanan di laut atau perairan yang dikemas atau diarahkan menjadi suatu pengalaman yang menarik. Kawasan yang
dapat dikembangkan menjadi suatu obyek wisata bahari adalah kawasan yang memiliki kekayaan alam bahari serta peristiwa-peristiwa yang diselenggarakan di
laut atau di pantai, seperti berselancar, menyelam, lomba layar, olahraga pantai, dayung, lomba memancing, upacara adat yang dilakukan di laut, termasuk adat-
istiadat dan budaya masyarakat pesisir Pramono, 2001. Menurut
Damardjati 2006,
wisata bahari merupakan suatu pemanfaatan dari segi pariwisata atas kawasan air, sehingga pengembangannya secara lengkap
dan profesional dapat menjadikan suatu obyek wisata yang menarik. Suatu obyek wisata bahari biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menyelam
scuba diving, memancing fishing, berselancar surfing, berperahu boating dan lain-lain.
Permintaan demand sebagai suatu konsep mengandung makna berlakunya hukum tingkahlaku terhadap beberapa variabel, diantaranya kualitas produk
product quality, harga price dan kegunaan atau manfaat benefit barang bagi
pemakainya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi orang untuk melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata DTW tertentu. Faktor-faktor
itu adalah jumlah pendapatan seseorang setelah dikurangi kewajiban pajak atau kewajiban lainnya yang harus dibayar, baik kepada pemerintah atau pihak lainnya
disposable personal income, waktu senggang leasure time, teknologi, besar atau kecilnya jumlah keluarga size of family, keamanan serta accessibility
Yoeti, 2006. Yoeti 2006 menyatakan bahwa sifat dan karakter permintaan untuk
melakukan perjalanan wisata sangat berbeda dengan permintaan untuk produk yang dihasilkan perusahaan manufaktur tangible goods. Perbedaan sifat atau
karakter tersebut adalah permintaan pariwisata sangat elastis, karena permintaan tersebut menunjukkan elastisitas langsung terhadap pendapatan dan biaya
perjalanan elasticity, permintaan pariwisata sangat peka terhadap keadaan sosial, politik dan keamanan sensitivity, permintaan pariwisata selalu meningkat
expansion dan permintaan pariwisata bersifat musiman seasonality.
Menurut Middleton 1994, permintaan pasar dan perilaku konsumen dalam
perjalanan wisata menggambarkan dua dimensi, yaitu faktor penentu dan faktor motivasi. Faktor penentu adalah faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor politik
yang ada dalam suatu masyarakat yang membatasi jumlah permintaan terhadap perjalanan pariwisata. Faktor motivasi adalah faktor internal yang ada dalam
setiap individu, seperti kebutuhan, keinginan dan impian. Ada delapan faktor penentu utama yang mempengaruhi permintaan
perjalanan wisata, yaitu faktor ekonomi, demografi, geografi, sosio-kultur dan perilaku sosial, harga yang bersaing, mobilitas, peraturan pemerintah serta media
komunikasi. Faktor penentu permintaan ini adalah faktor eksternal dari kepentingan setiap individu
dan perubahan yang terjadi dalam setiap faktor tersebut akan sangat mempengaruhi ukuran dan pola pasar pariwisata
Middleton, 1994
.
2.3 Hubungan Pariwisata dengan Perikanan Tangkap