Pelajaran al- Nilai Demokrasi pada Mata Pelajaran
194
agama mereka. Para guru memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan para santri dengan kalimat yang mudah
dimengerti siswa. Biasanya, hafalan al- Qur’an dan hadis ini
beberapa di antaranya tetap mereka jaga, guna kepentingan muhadharah atau latihan pidato. Apa yang mereka hafal dan
pahami, berikutnya
ditransformasikan sesuai
dengan pemahamannya ke dalam materi muhadharah sehingga terlihat
kesinambungan pengajaran al- qur’an dan hadist tersebut dengan
latihan pidato mereka. Setidaknya mereka mendapat kemudahan, karena tidak harus bersusah-susah mencari dalil al-
Qur’an maupun hadis.
Pengajaran jenis kedua, biasanya diikuti oleh para santri senior, kelas 2 atau 3 Aliyah, adalah menitikberatkan pada
pemahaman kontekstual pada kandungan al- Qur’an dengan hadis.
Selain juga tetap menghafal al- Qur’an dan hadis, pada
kesempatan ini, para santri diizinkan mengeksplorasi pemahaman mereka akan ayat-ayat al-
Qur’an serta Hadis dan dilatih memberikan penjelasan yang kritis, namun tetap dalam batasan
koridor pembahasan yang ditentukan gurunya. Oleh sebab itu,
195
metode belajar diskusi dipilih untuk mewadahi dialog-dialog para santri dalam kelas. Secara tidak langsung, mereka diajarkan untuk
mempertahankan argumen mereka, memberikan kritik, saran atau malah terlibat dalam perdebatan yang saling membangun.
Dalam materi pelajaran Al- Qur’an hadis kurikulum 2013
kurtilas, terdapat beberapa materi yang mencerminkan sikap berdemokrasi. Satu di antaranya adalah komitmen toleransi guna
mewujudkan perdamaian. Tujuan dari pengajaran materi ini adalah agar para siswa santri dapat menghargai keberadaan
agamanya sendiri serta agama non-Islam. Di samping itu, materi ini bertujuan untuk membentuk pribadi para pelajar yang bisa
berkontribusi di tengah lingkungannya tanpa memandang status, agama, suku serta golongan tetangga-tetangganya. Dijelaskan
pula mengenai istilah toleransi serta fanatisme, yang menjadi bagian penting dalam upaya membentuk pribadi santri yang
inklusif. Surat al-Kafirun ayat 1 sampai 6, menjadi salah satu ayat al-
Qur’an yag menyuarakan toleransi serta keterbukaan kepada agama di luar Islam. Sedangkan Hadis yang dipilih adalah yang
196
menyeru pada berbuat baik kepada sahabat serta tetangga. Beberapa hadis tersebut adalah:
Dari Ibnu ‘Amr r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik sahabat adalah yang paling baik di antara
mereka terhadap sesama saudaranya. Dan, sebaiknya-baiknya tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka
terhadap tetangganya.” H.R. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi.
Dari Anas bin Malik r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah
beriman seseorang hamba sehingga dia mencintai tetangganya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” H.R. Muslim dan
Abu Ya’la.
5
Karel A. Steenbrink membedakan dua jenis pengajaran al- Qur’an di pesantren. Dua jenis pengajaran al-Qur’an dan hadis di
atas memiliki beberapa kemiripan dengan penjelasan ini. Pertama, pengajian al-
Qur’an tradisional, yang menekankan pada
5
Moh. Abdul Chafidz, dkk, Al- Qur’an dan Hadis; Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013, untuk kelas VII Tsanawiyah Jakarta: Kementerian Agama, 2014, hlm. 73 dan 82.
197
rumusan yang tetap dari agama.
6
Pengajaran jenis ini biasanya menjadikan guru sebagai agen utama pemberi pengetahuan al-
Qur’an serta maknanya. Seringkali dibekali pengetahuan tajwid tata cara membaca al-
Qur’an. Pengajarannya menitikberatkan pada penguatan kefasihan melafalkan ayat al-
Qur’an. Dengan kata lain, tujuan utama dari metode ini adalah agar santri dapat
membaca al- Qur’an dengan baik dan benar, sedangkan
pemahaman kandungannya hanya sedikit dibicarakan. Kedua, pengajaran al-Quran modern, yakni yang bersifat
menemukan untuk pertama kali, mengenalkan hingga meresapi nilai-nilai agama dalam kandungannya.
7
Selain melatih kefasihan membaca al-
Qur’an, para guru juga berperan sebagai stimulus bagi para santrinya untuk mencoba menafsirkan atau
menginterpretasi kandungan al- Qur’an. Dengan pengetahuan
serta pemahaman keadaan sosial lingkungannya, santri dilatih memberikan penjelasan-penjelasan al-
Qur’an dengan baik dan tepat sasaran. Pada ranah ini, para santri diajak untuk menemukan
6
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen Jakarta: LP3ES, 1986, hlm. 170
7
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah ..., hlm. 170.
198
pemahaman al- Qur’an sesuai dengan kadar pemikiran serta
penglihatannya. Seringkali ada perbedaan antara pemahaman satu dengan yang lainnya.
Praktik memberikan penjelasan kandungan al- Qur’an dan
hadis sesuai dengan porsi masing-masing santri ini merupakan cerminan adanya demokrasi di pesantren. Dalam tataran ini,
sangat kecil kemungkinan adanya indoktrinasi secara ketat dan cenderung otoriter untuk diikuti para santri secara keseluruhan.
Santri junior, yakni kelas VII hingga IX, mendapati pengajaran al-
Qur’an dan Hadis yang dititikberatkan pada hafalan dan pemahaman dari guru. Sedangkan bagi santri senior, yakni kelas
XI dan XII, sudah mulai diberikan kesempatan memberikan pemaknaan atas dua sumber hukum agama Islam tersebut.
Pemahaman ini tentu saja bentuknya beragam. Yang ditekankan adalah sejauh mana santri senior ini bisa mengkontekstualkan
ayat atau hadis sebagai latihan mereka untuk bekal pidato atau dakwah mereka kelak.
Jadi bentuk demokrasi yang bisa dilihat dari pengkajian al-
Qur’an dan Hadis adalah kebebasan eksplorasi pemaknaan
199
para santri. Para santri bebas untuk mengkaitkan isu-isu aktual atau memperkuat pendapat mereka dalam latihan pidato, ceramah
atau khutbah bersandarkan pada ayat al- Qur’an dan hadis yang
relevan. Kebebasan berbicara dalam konteks pidato, ceramah serta khutbah cenderung kondusif. Justru hal inilah yang memacu
para santri untuk melatih diri dalam memutuskan suatu ketetapan fatwa berdasarkan pada pengambilan serta pengkajian dari al-
Qur’an dan hadis. Para santri menemukan latihan yang tepat sebagai sarana mengungkapkan gagasan dalam latihan pidato.
Mata pelajaran Al-Quran-hadis di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
merupakan peningkatan dari Al-Quran-hadis yang telah dipelajari oleh peserta didik di MTsSMP. Peningkatan tersebut
dilakukan dengan
cara mempelajari, memperdalam
serta memperkaya kajian al-Quran dan al-Hadis terutama menyangkut
dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan
tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan
200
teknologi dalam
perspektif al-Quran hadis
sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata
pelajaran Al-Quran-hadis
memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari
dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran-hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus
menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari- hari.
Mata pelajaran Al-Quran-hadis bertujuan untuk: a. Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap al-Quran dan
hadis b. Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat
dalam al-Quran dan hadis
sebagai pedoman
dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan
c. Meningkatkan pemahaman
dan pengamalan
isi kandungan al-Quran dan hadis yang dilandasi oleh dasar-
dasar keilmuan tentang al-Quran dan hadis.
8
8
Wawancara dengan Ustadzah Kholilah guru Al- Qur’an Hadist di
Pesantren Madinatunnajah, 10 Oktober 2015.
201