Pola Kehidupan Pesantren Pondok Pesantren dan Pendidikan Demokrasi
77
bila diartikan secara verbal, keikhlasan berarti melakukan sesuatu bukan atas dorongan nafsu untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan tertentu, dan segala perbuatan yang dilakukan semata-mata bernilai ibadah
Lillahi ta’ala. 2
Kesederhanaan Sederhana bukan berarti melarat atau miskin, tetapi
sesungguhnya dalam jiwa kesederhanaan itu terdapat kekuatan maha dahsyat. Dalam kehidupan di pesantren,
nilai-nilai kesederhanaan itu ditanamkan kepada seluruh santri. Dibalik kesederhanaan itu akan terpancarkan jiwa
besar, berani maju dan pantang mundur dalam kondisi sesulit apapun. Bahkan pada jiwa kesederhanaan inilah, hidup dan
tumbuhnya mentalserta karakter yang kuat sebagai sebagai syarat mutlak untuk menjunjung tinggi nilai
– nilai kemanusiaan dalam semua ruang lingkup kehidupan.
3 Berdikarimandiri
Di pesantren, para santri dididik menjadi pribadi mandiri. Berdikari atau kesanggupan untuk menolong diri sendiri,
merupakan salah satu prinsip yang ditanamkan dalam pola
78
hidup santri di pondok pesantren. Memenuhi segala kebutuhan dan keperluannya dengan tanpa dilayani. Di satu
sisi mereka mesti disiplin belajar, dan di sisi lain mereka juga mesti mencuci pakaian, memasak, menyapu, dan lain
sejenisnya dengan tangan sendiri. Begitu juga misalkan, ketika satu di antara mereka ada yang sakit atau ada yang
telat dikirimi bekal oleh orang tuanya, para santri akan sigap membantu.
4 Ukhuwah
.. Islamiyah
Suasana kehidupan di pondok pesantren diliputi dengan suasana yang penuh persaudaraan, keakraban, dan saling
menghormati satu sama lain. Walaupun santri yang datang dan belajar berlatar daerah, suku, dan budaya yang berbeda,
tidak akan mengurangi rasa persaudaraan. Justru dengan ukhuwah Islamiah ini, semakin mengeratkan persaudaraan
diantara santri dan pada prinsipnya, perbedaan tidak dijadikan sebagai faktor perpecahan, tetapi perbedaan
sebagai berkah dari Allah SWT Sang Maha Pencipta.
79
5 Kebebasan
Kebebasan dalam berfikir, kebebasan dalam berbuat, dan kebebasan dalam menentukan masa depan, bebas memilih
jalan hidup dan bahkan bebas dari pengaruh negatif dari luar masyarakat. Namun kebebasan harus tetap pada garis yang
benar. Garis yang benar itu sendiri adalah kebebasan kebebasan dalam garis-garis yang positif dengan tanggung
jawab baik dalam kehidupan di pondok pesantren itu sendiri maupun dalam kehidupan masyarakat.
Bila dicermati dengan seksama, paradigma dan tradisi pendidikan di pesantren itulah yang mengantarkan pesantren
memiliki pola hidup tersendiri yang unik. Adalah tradisi pesantren, mengembangkan sistem hubungan antara guru dan
murid yang berlangsung seumur hidup baik bagi kyai maupun santri. Perasaan hormat dan kepatuhan murid kepada gurunya
berlaku dan tidak kenal putus. Dalam disiplin belajar, para santri dibiasakan bangun dini
hari untuk membiasakan shalat malam. Seusai mendirikan shalat malam, biasanya para santri nderes pelajaran. Mereka meyakini
80
bahwa belajar seusai shalat malam dapat menjernihkan pikiran untuk menyerap pelajaran secara optimal. Padahal, para kyai dan
ustadz tidak pernah mewajibkan para santri untuk bangun shalat malam, tetapi kesadaran itu tumbuh dengan sendiri akibat
kebiasaan yang melekat. Selanjutnya, menjelang shalat shubuh berjama’ah ada tradisi meng-gobrek yakni membangunkan para
santri sebagai antisipasi bagi sebagian dari mereka yang masih tertidur. Ba’da shubuh dilanjutkan dengan pengajian, ada yang
mengaji al- Qur’an maupun kitab kuning yang disajikan dengan
metode sorogan atau bandungan. Demikian seterusnya setiap ba’da maktubah para santri mengaji, di samping belajar di
lembaga pendidikan formal. Sementara disiplin pribadi dalam keperluan per individu seperti
mencuci pakaian, memasak, menyapu, dan lain sejenisnya juga teratur sedemikian rupa. Misalnya, untuk mencuci pakaian
biasanya para santri melakukannya di hari libur; hari Jum’at atau
Minggu. Memasak, sampai saat ini masih banyak ditemukan santri yang mempertahankan tradisi memasak ala santri yang
biasa disebut jami’iyah-an atau mayoran, dan untuk kegiatan
81
menyapu halaman sebagai salah satu bentuk dari kegiatan kebersihan di pesantren diatur dengan jadwal piket. Bahkan
dalam waktu seminggu sekali, seluruh civitas pesantren; kyai, ustadz, dan santri berbaur melakukan
ro’an, yakni tradisi membersihkan lingkungan pesantren secara bersama-sama.