Kedaulatan Menghargai PerbedaanToleransi at-Tasamuh

54 melakukan kontrol atas penyelenggaraan kekuasaan. Hal ini hanya dapat tercapai apabila semua orang yang terlibat di dalam aksi massa itu adalah warga yang berpikir mandiri dan serius. Rakyat yang menjadi pendukung utama demokrasi adalah rakyat yang madani, yang mandiri dalam pemikirannya. Dia mesti menjadi orang yang mengetahui apa yang dilakukannya dan mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatannya. Prinsip kedaulatan rakyat merupakan fenomena lanjutan setelah kebebasan dan kesamaan itu dimiliki oleh setiap individu rakyat. Kedaulatan adalah konsekwensi logis dari adanya kebebasan dan kesamaan. 34

4. Menghargai PerbedaanToleransi at-Tasamuh

Ciri dari kehidupan berdemokrasi adalah adanya kebebasan untuk berpendapat. Oleh karena itu dalam kehidupan berdemokrasi harus mampu menjunjung tinggi adanya keragaman pendapat dari masing-masing individu. Sikap menjunjung tinggi adanya perbedaan pendapat dalam kehidupan berdemokrasi ini 34 Hendra Nurtjahjo, filsafat demokrasi, hlm 80. 55 ditunjukkan dari adanya nilai untuk menghargai setiap pendapat yang dikemukakan orang lain. Salah satu hakikat dari pendidikan demokrasi adalah pembelajaran peran dan partisipasi seluruh elemen sekolah untuk mengarahkan perjalanan pendidikan menuju cita-cita bersama. Bentuk pendidikan demokratis tersebut akan tumbuh dan kokoh jika di kalangan santri tumbuh kultur dan nilai-nilai demokrasi antara lain toleransi, bebas mengemukakan dan menghormati perbedaan pendapat, memahami keanekaragaman dalam bermasyarakat, terbuka dalam berkomunikasi, menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan, percaya diri atau tidak menggantungkan diri pada orang lain, saling menghargai, mampu mengekang diri, kebersamaan, dan keseimbangan. 35 Makna dari toleransi adalah membiarkan keyakinan, pikiran dan perbuatan orang lain walaupun bertentangan dengan kita dan sesat dalam pandangan kita. Toleransi bukan hanya merupakan perbuatan baik, melainkan juga sebuah keharusan untuk mempertahankan suasana damai dan saling pengertian 35 Zamroni. Pendidikan untuk Demokrasi. Yogyakarta: Bigraf Pubiishing, 2001, hlm 23 56 antar individu atau kelompok yang berbeda aqidah, berbeda pendapat dan prinsip. Walaupun demikian, toleransi tidak berarti harus membenarkan semua ucapan dan pendapat, menerima setiap aqidah atau prinsip. Tidak pula berarti merestui setiap tindakan atau sikap sekalipun salah, sebagaimana toleransi tidak berarti sesuatu yang benar tidak boleh dikatakan benar. 36

5. Musyawarah

Nilai demokrasi secara individu hendaknya dimaknai sebagai cermin perilaku hidup sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap dan bertindak. Nilai yang dikemukakan diatas sesuai dengan apa yang menjadi nilai demokrasi dan perilaku yang ditanamkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan atau golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat, ataupun kepentingan dapat diatasi melalui musyawarah dan mufakat 36 . KH. Dr. Surahman Hidayat, MA; Islam Pluralisme dan Perdamaian, Peny. Dadi M.H. Basri, Cet.I, Jakarta, Fikr, 1998, hlm. 40-41. 31. KH. Dr. Surahman Hidayat, MA; Islam Pluralisme dan Perdamaian, Peny. Dadi M.H. Basri, Cet.I, Jakarta, Fikr, 1998, hlm. 29. 57 diliputi oleh semangat kekeluargaan yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepadaTuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai- nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan, demi kepentingan bersama. Dalam pembentukan perilaku dilakukan melalui pembiasaan sosialisasi, termasuk perilaku demokratis. Wahana yang dapat dipergunakan untuk merekonstruksi perilaku demokratis adalah pesantren melalui berbagai kegiatan sehari- hari, di antaranya pembelajaran di kelas. Suasana dalam proses pembelajaran mempengaruhi terjadinya proses sosialisasi. Pengembangan suasana kelas yang dilakukan guru ustadz dalam bentuk aplikasi metode mengajar secara kreatif menyebabkan suasana kelas dan pola sosialisasi menjadi demokratis, yang tercermin dari pola interaksi ustadz dengan santri dan santri dengan santri.

Dokumen yang terkait

Strategi komunikasi Kh. M. Agus Abdul Ghofur dalam meningkatkan nilai akhlak pada masyarakat lingkungan pondok pesantren madinatunnajah Jombang Ciputat Tangerang Selatan

0 30 101

Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan

2 26 105

PERBANDINGAN PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAQ DAN ETIKA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PONDOK PESANTREN Perbandingan Penerapan Nila-nilai Akhlaq dan Etika dalam Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 4 27

PERBANDINGAN PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAQ DAN ETIKA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PONDOK PESANTREN Perbandingan Penerapan Nila-nilai Akhlaq dan Etika dalam Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 15

PENANAMAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KMI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH SIMO PENANAMAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KMI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 3 20

PENANAMAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KMI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH PENANAMAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KMI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 14

INTERNALISASI NILAI-NILAI IBADAH SYAUM DI PONDOK PESANTREN : Studi Kasus Kesalehan Sosial di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta.

0 1 48

NILAI NILAI DEMOKRASI DALAM ISLAM

0 0 10

NILAI NILAI DEMOKRASI DALAM ISLAM UNTUK (1)

0 0 13

nilai tradisi dan nilai demokrasi

1 1 12