Pengertian Budaya Demokrasi Budaya Demokrasi
27
Tuhan, bukan buatan manusia dan rekayasa manusia. Sementara sosok demokrasi adalah produk dan aktualisasi penalaran
manusia sebagai makhluk sosial. Dengan ungkapan lain Komaruddin
menegaskan bahwa
perilaku agama
yang diwujudkan manusia selalu mencari justifikasi dari Tuhan theo-
centris, sedangkan perilaku demokrasi demokratis lebih menitikberatkan pada persoalan manusia dalam berhubungan
dengan sesamanya sebagai makhluk sosial dan legitimasinya diperoleh dari sesama manusia.
1
Dalam perkembangannya demokrasi mengalami berbagai macam interpretasi dan pemahaman, sehingga tidak ada satu
definisi atau pemahaman tunggal. Ia senantiasa dapat diartikan sesuai dengan kebutuhannya. Bahkan pada pelaksanaannya,
demokrasi mengalami berbagai model
2
dan bentuknya sesuai dimana ia diterapkan. Ada demokrasi yang berbentuk langsung
1
Komaruddin Hidayat., “Tiga Model Hubungan Agama dan Demokrasi” dalam Elza Peldi Taher, Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi Jakarta: Paramadina, 1994 hal. 189-
200.
2
Pembahasan lebih mendalam tentang model dan bentuk demokrasi dapat dibaca pada karya David Held., Models Of Democracy, Cambridge:Polity Pres, 1990.
28
Direct Democracy, tidak langsung Representative Democracy, dan lain-lain.
3
Ketika Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslim pindah dari Mekkah ke Madinah 622 M, sebuah komunitas baru orang-
orang beriman didirikan disana. Komunitas baru ini terdiri dari orang-orang yang pindah dari Mekkah, yang disebut :kaum
Muhajirin” orang-orang yang pindah, dan orang-orang dari Madinahyang megikuti mereka, yang disebut “kaum Anshar”
para penolong.
4
Pada masa itu, di Jazirah Arab hanya ada satu model komunitas, komunitas suku yang didasarkan pertalian
darah. Sejak awal kemunculannya, Islam sebagai pola hubungan social, dipertentangkan dengan model komunitas suku yang
berdasarkan pertalian darah tersebut. Dengan demikian, komunitas baru orang-orang beriman tersebut merupakan
kumpulan suku, namun yang berdasarkan hubungan keyakinan keagamaan dan bukannya berdasarkan hubungan darah.
5
33
Lihat The Encyclopedia Americana, Grolier Incorporated: 1982 vol.8, hal 684. Lihat juga M.Azhar, FilsafatPolitik Perbandingan Antara Islam dan Barat Jakarta: Grafindo
Persada: 1996, hal. 58.
4
Muhammad Said al-Ashmawi; Islam dan Barat Demokrasi dalam masyarakat Islam, Editor: Ulil Abshar-Abdalla, Cet I, FNS Indonesia dan Pusat Studi Islam Paramadina, Jakarta,
2002, hal.1
5
Muhammad Said al-Ashmawi, Islam dan Barat Demokrasi dalam masyarakat Islam, Ibid, hal. 1.
29
Nabi Muhammad
SAW merupakan
pemimpin perkumpulan baru tersebut, komunitas orang-orang beriman; ia
mempunyai hak-hak yang sama dengan kepala-kepala suku lainnya, serta hak-hak keagamaan yang ia miliki dalam
kualitasnya sebagai Nabi. Dari waktu ke waktu, sebagian besar tindakan dan ucapan Nabi dikumpulkan dengan tekun. Hal ini
khususnya dijelaskan dalam doktrin yang menempatkan posisi Nabi dan Tuhan pada tingkat yang sama dan menempatkan
tindakan dan ucapan Nabi sebagai pedoman yang dijamin secara penuh berdasarkan iman itu sendiri.
6
Diantara konsep-konsep keagamaan tersebut, hanya gagasan tentang musyawarah, dalam bahasa Arab syura, yang
dapat dikembangkan ke dalam gagasan demokrasi. Gagasan ini hanya sekali disebut dalam ayat al-
Qur’an dan menentukan hak Nabi untuk bermusyawarah dengan pemimpin-pemimpin umat
Islam. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa Nabi wajib menerima
pendapat-pendapat mereka,
sebaliknya ia
diperintahkan untuk mengikuti pendapatnya sendiri:
6
Muhammad Said al-Ashmawi, Islam dan Barat Demokrasi dalam masyarakat Islam, Ibid, hal.1-2.
30
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam pelbagai urusan. Jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
pada Allah” Q. 3:159.
7
Budaya demokrasi berarti menjadikan demokrasi sebagai pola, sikap, dan perasaan yang mendasari dan mengarah pada
tingkah laku demokrasi. Ia menjadi nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan dihormati.
Dengan kata lain, demokrasi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupan masyarakat. Seluruh
kehidupanya diwarnai oleh nilai- nilai demokrasi. Budaya demokrasi adalah nilai- nilai demokrasi yang menjadi kebiasaan
baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai itu telah membumi dan terealisasi dalam semua aspek
kehidupan masyarakat suatu wilayah, atau bahkan suatu bangsa. Sikap Demokrasi adalah bagian dari kepribadian
seseorang yang mendorong untuk bertindak sesuai dengan nilai- nilai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu toleransi,
kebebasan mengemukakan pendapat, menghormati perbedaan
7
Muhammad Said al-Ashmawi, Islam dan Barat Demokrasi dalam masyarakat Islam, Ibid, hal.3.
31
pendapat, memahami keanekaragaman dalam masyarakat, terbuka dan komunikasi, menjunjung nilai dan martabat
kemanusiaan, percaya diri, tidak menggantungkan pada orang lain, saling menghargai, mampu mengekang diri, kebersamaan
serta keseimbangan.
8
Indikator Sikap Demokrasi antara lain: a Toleransi b Kebebasan mengemukakan pendapat c Menghormati perbedaan
pendapat. d Memahami keanekaragaman dalam masyarakat. e Terbuka dan komunikasi f Menjunjung nilai dan martabat
kemanusiaan. g Percaya diri. h Tidak menggantungkan pada orang lain. j Saling menghargai. k Mampu mengekang diri. l
Kebersamaan. m Keseimbangan.
9
Demokrasi sebagai suatu cara hidup yang baik antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pertama: Segala pendapat atau perbedaan pendapat mengenai masalah kenegaraan dan lain-lain yang menyangkut
kehidupan negara dan masyarakat diselesaikan lewat lembaga-
8
Hendra Nurtjahjo, Filsafat Demokrasi, hlm 74.
9
Asykuri Ibn Chamim dkk., Pendidikan Kewarganegaraan, Menuju Kehidupan yang Demokratis dan Berkeadaban, Yogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan
Pengembangan Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, The Asia Foundation, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pendidikan LP3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2003,
hlm 81.
32
lembaga negara. Cara hidup ini akan mengantarkan dan merupakan suatu kebiasaan menyelesaikan perselisihan melalui
lembaga itu sehingga masalah itu dapat diselesaikan dengan tertib dan teratur.
Kedua, Diskusi. Sebagai suatu negara Demokrasi, dimana rakyat di ikutsertakan dalam masalah negara, maka pertukaran
pikiran yang bebas demi terselenggaranya kepentingan rakyat, maka diskusi harus dibuka seluas-luasnya. Diskusi dapat
berbentuk polemik didalam media massa, seprti surat kabar dan lain-lain. Di dalam diskusi atau musyawarah sebagai landasan
kehidupan bangsa dan negara, demokrasi harus diberi saluran. Dalam hal ini semangat musyawarah, baik dalam lembaga-
lembaga perwakilan maupun dalam wadah-wadah lainnya, seperti media massa sudah sewajarnya dibina terus-menerus.
10
Ada aneka ragam cara pandang dalam melihat pendidikan, dan termasuk di dalamnya cara pandang sosial budaya. Perspektif
sosial-budaya yang berasal dari disiplin antropologi ini masih belum banyak dikenal di Indonesia, khususnya dalam bidang
10
Darjidarmodiharjo dkk, Santiaji Pancasila, Surabaya : Usaha Nasional, 1991, cet.X, hlm 85.
33
kajian pendidikan. Paradigma sosial-budaya ini memandang “pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan secara
sistematik tidak
dapat dipahami
terpisah dari
total sosialisasienkulturasi”. Dua kata kunci dalam pernyataan ini,
yakni sistematik dan tak terpisah, memberikan indikasi yang tegas bahwa perspektif ini mementingkan analisa seperangkat
unsur yang saling tergantung satu sama lain secara totalitas sebagai sebuah sistem.
11
Demokrasi meliputi keseluruhan arasnya, mulai dari paradigma metafisik cara pandang terhadap dunia: faham-faham
teoritis hingga “teknologi” aplikatifnya atau rekayasa struktural yang dilembagakan atau ditradisikan oleh entitas budaya yang
bersangkutan dalam rangka itu. Pada aras teoritis dan aplikatif, demokrasi memang telah melahirkan berbagai kontroversi,
bahkan memicu sekian banyak konflik politik besar-besaran yang tak terlupakan oleh umat manusia. Tapi pada aras metafisik-
pandangan bahwa manusia adalah makhluk mulia, paradigma
11
Kumpulan Tulisan Koentjaraningrat Memorial Lecture I-V2004-2008, Perspektif Budaya, Disunting oleh Bambang Widianto dan Iwan Meulia Pirous, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009, hlm 23.
34
demokrasi telah menjadi nilai universal dan diterima sebagai kebenaran absolut oleh seluruh umat manusia.
12
Mengutip dalam bukunya Mohammad Najib, dalam pandangannya, kemuliaan manusia adalah fithrah, sebagaimana
tauhid adalah fitrah. Dalam keyakinan saya, fitrah itu tetap, karena merupakan bagian dari asal usul manusia itu sendiri.
Sejauh mana pun terasingnya manusia dari dirinya sendiri. “aroma” fitrah itu akan selalu membuntutinya.
13
Tak heran jika dalam komunitas atau entitas budaya mana pun akan kita dapati
spirit demokrasi, karena demokrasi yang bersumber pada naluri kemuliaan manusia itu adalah bagian dari jati diri setiap manusia,
bagian dari “kebutuhan dan tujuannya. Tumbuhnya nilai-nilai demokrasi dalam berbagai entitas budaya berakar pada naluri fitri
ini. Adapun
aspek-aspek yang
memperoleh penekanan
kemungkinan bervariasi diantara entitas-entitas budaya yang ada, tergantung pada tantangan lingkungan yang dihadapi dan proses
interaksi sosial yang dijalani masing-masing.
14
12
Mohammad Najib, dkk, Demokrasi Dalam Perspektif Budaya Nusantara, Yogyakarta, LKPSM, 1996, cet. I, hlm ix-x.
13
Mohammad Najib, dkk, Demokrasi Dalam Perspektif Budaya Nusantara, Ibid, hlm x.
14
Mohammad Najib, dkk, Demokrasi Dalam Perspektif Budaya Nusantara, Ibid,hlm x.
35
Pengaruh suatu agama pada demokrasi merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Pertama, sebuah agama memberi nilai-
nilai operasional dan ideal kepada para penganutnya yang boleh jadi sesuai atau tidak dengan konsep-konsep yang mendasari
demokrasi dan syarat-syarat minimum untuk menjalankannya. Kedua, sebuah agama mungkin menentukan suatu pola tertentu
menyangkut hubungan antara agama, Negara, dan politik.
15
Demokrasi adalah sebuah tema yang banyak dibahas oleh para ulama dan intelektual Islam. Untuk menjawab dan
memosisikan demokrasi secara tepat kita harus terlebih dahulu mengetahui prinsip demokrasi berikut pandangan para ulama
tentangnya.
Menurut Sadek, J. Sulaymân, dalam demokrasi terdapat sejumlah prinsip yang menjadi standar baku. Di antaranya: Kebebasan
berbicara setiap warga negara, pelaksanaan pemilu untuk menilai apakah pemerintah yang berkuasa layak didukung kembali atau
harus diganti, kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa
15
Muhammad Said al-Ashmawi, Islam dan Barat Demokrasi dalam masyarakat Islam, Ibid, hal.55-56.
36
mengabaikan kontrol minoritas, peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik rakyat, pemisahan
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, supremasi hukum semua harus tunduk pada hukum, semua individu bebas
melakukan apa saja tanpa boleh dibelenggu.
16
Dalam hal ini al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak mengenal paham demokrasi
yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia
sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga
cenderung sekuler.
Karenanya, al-Maududi
menganggap demokrasi modern Barat merupakan sesuatu yang bersifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi
berdasarkan hukum Tuhan. Tentu saja bukan teokrasi yang diterapkan di Barat pada abad pertengahan yang telah
memberikan kekuasaan tak terbatas pada para pendeta. Kritikan terhadap demokrasi yang berkembang juga dikatakan oleh
intelektual Pakistan ternama M. Iqbal. Menurut Iqbal, sejalan
16
http:darunnajah.ac.id20120301demokrasi-dalam-pandangan-islam.
37
dengan kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi spiritualnya sehingga jauh dari etika.
Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama. Parlemen
sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya
menghendaki. Karenanya, menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah kehilangan basis
moral dan spiritual. Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral
ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasi an sich. Melainkan, prakteknya yang berkembang di Barat. Lalu, Iqbal
menawarkan sebuah
model demokrasi
sebagai berikut:
Tauhid sebagai landasan asasi, kepatuhan pada hukum, toleransi sesama warga, tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit,
penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.
Menurut Muhammad Imarah Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara
mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif membuat dan
38
menetapkan hukum secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura Islam kekuasaan tersebut
merupakan wewenang Allah. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi.
17
Wewenang manusia
hanyalah menjabarkan
dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan
Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah. Jadi, Allah berposisi sebagai al-
Syâri’ legislator sementara manusia berposisi sebagai faqîh yang
memahami dan menjabarkan hukum-Nya. Demokrasi Barat berpulang pada pandangan mereka tentang batas kewenangan
Tuhan. Menurut Aristoteles, setelah Tuhan menciptakan alam, Dia membiarkannya. Dalam filsafat Barat, manusia memiliki
kewenangan legislatif dan eksekutif. Sementara, dalam pandangan Islam, Allah-lah pemegang otoritas tersebut. Allah
berfirman : “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam ”. al-A’râf: 54.
Inilah batas yang membedakan antara sistem syariah Islam dan
17
http:darunnajah.ac.id20120301demokrasi-dalam-pandangan-islam.
39
Demokrasi Barat. Adapun hal lainnya seperti membangun hukum atas persetujuan umat, pandangan mayoritas, serta orientasi
pandangan umum, dan sebagainya adalah sejalan dengan Islam.
18
Menurut Yusuf al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal. Misalnya:
Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin
dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga
dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya.
Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi
mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.
Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga
18
http:darunnajah.ac.id20120301demokrasi-dalam-pandangan-islam.
40
kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak,
berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap
Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang
di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk
dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka.
Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja,
suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas.
41
Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam
demokrasi yang sejalan dengan Islam.
19
Menurut Salim Ali al-Bahna, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan Islam dan memuat sisi
negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan
dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap
menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram. Karena itu, ia menawarkan adanya islamisasi demokrasi sebagai berikut:
menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah, wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-
tugas lainnya, mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam Alquran dan Sunnah al-Nisa
59 dan al-Ahzab: 36, komitmen terhadap islam terkait dengan
19 http:darunnajah.ac.id20120301demokrasi-dalam-pandangan-islam.
42
persyaratan jabatan sehingga hanya yang bermoral yang duduk di parlemen.
20
Konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Prinsip dan konsep
demokrasi yang sejalan dengan islam adalah keikutsertaan rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan menurunkan pemerintah,
serta dalam menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya.
Adapun yang tidak sejalan adalah ketika suara rakyat diberikan kebebasan secara mutlak sehingga bisa mengarah
kepada sikap, tindakan, dan kebijakan yang keluar dari rambu- rambu ilahi. Karena itu, maka perlu dirumuskan sebuah sistem
demokrasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Yaitu di antaranya: 1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya 3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan
musyawarah. 4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap
20
http:darunnajah.ac.id20120301demokrasi-dalam-pandangan-islam.
43
menjadi pertimbangan utama dalam musyawarah. Contohnya kasus Abu Bakr ketika mengambil suara minoritas yang
menghendaki untuk memerangi kaum yang tidak mau membayar zakat. Juga ketika Umar tidak mau membagi-bagikan tanah hasil
rampasan perang dengan mengambil pendapat minoritas agar tanah itu dibiarkan kepada pemiliknya dengan cukup mengambil
pajaknya. 5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi;
bukan pada persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.
6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama.
7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga. Agar sistem atau konsep demokrasi yang islami di atas
terwujud, langkah yang harus dilakukan:
a. Seluruh warga atau sebagian besarnya harus diberi pemahaman yang benar tentang Islam sehingga aspirasi yang mereka
sampaikan tidak keluar dari ajarannya.
44
b. Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat harus diisi dan didominasi oleh orang-orang Islam yang memahami dan
mengamalkan Islam secara baik.
21