Sumber foto: Foto survei, 2010
Gambar 18 Karang Pocillopora dengan persen tutupan terbesar di stasiun 4.
e. Pulau Candikian Stasiun 5
Gambar 19 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 5 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik sampling.
Pada lokasi Pulau Candikian, pada kedalaman 3 m persentase tutupan karang hidup bervariasi antara 17,3-28,9, dan pada kedalaman 10 m bervariasi
antara 32,0-58,2. Pada kedalaman 3 m, karang massive ditemukan banyak terdapat di lokasi ini, Diploastrea sp merupakan genus karang dengan tutupan
karang terbesar di lokasi ini, biasa ditemukan di daerah rataan terumbu sampai dengan daerah tubir. Pada kedalaman 10 m, Porites sp merupakan genus karang
yang ditemukan dengan tutupan karang terbesar.
Berdasarkan data dari setiap titik sampling per stasiun, maka ditentukan nilai rata-rata persentase tutupan karang pada setiap stasiun untuk kedalaman 3 m
dan 10 m. Dari hasil perhitungan data diketahui bahwa secara umum kondisi tutupan karang pada setiap stasiun pengamatan tergolong kategori buruk hingga
sedang dengan kisaran tutupan karang hidup bervariasi antara 22,7±5,9 –
45,7±13,2 Gomez et al. 1994, dapat dilihat pada grafik Gambar 20.
Gomez et al. 1994 Persentase tutupan
Kategori – 24,9
: Buruk
25 – 49,9
: Sedang
50 – 74,9
: Baik
75 – 100
: Sangat baik
Gambar 20 Persentase tutupan karang setiap stasiun.
Persentase karang mati bervariasi antara 10,4±8,0 – 58,9±23,2 pada
kedalaman 3 m dan 2,5±1,7 – 32,0±16,6 pada kedalaman 10 m. Salah satu
faktor yang bisa mengakibatkan kematian karang diantaranya adalah tingginya pencemaran. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa lokasi KKLD
merupakan wilayah jalur transportasi kapal sehingga rawan terkena pengaruh tumpahan minyak buangan kapal, dan juga peristiwa tumpahnya minyak yang
terjadi pada Tahun 2005 di perairan sekitar Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Akibatnya terumbu karang juga tidak luput dari pengaruh pencemaran minyak.
Menurut OSullivan dan Jacques 2001, jika terjadi kontak secara langsung antara terumbu karang dengan minyak maka akan terjadi kematian terumbu karang yang
meluas. Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam. Menurut Fakhrudin
2004, lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat tidak cukup
untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob. Selain persentase karang mati, patahan karang juga memiliki nilai
persentase yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari persentase patahan karang pada masing-masing stasiun yang berkisar antara 4,2±6,7
– 62,3±15,0 pada kedalaman 3 m dan 20,3±6,5
– 68,4±10,6 pada kedalaman 10 m. Kerusakan ini terjadi akibat masih adanya aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan
terhadap ekosistem terumbu karang seperti pengeboman ikan, penggunaan jaring ikan yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan jangkar yang berlabuh di
kawasan konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya. Wilayah utara Pulau Biawak adalah wilayah yang paling rawan terjadi
aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan karena wilayah ini tidak dapat terawasi secara langsung dari wilayah daratan, dimana pintu gerbang kawasan
terletak di bagian selatan Pulau Biawak. Data memperlihatkan bahwa persentase karang hidup di wilayah utara Pulau Biawak Stasiun 3 sangat rendah cenderung
masuk kategori buruk hingga sedang dengan persentase 26,4±10,7 pada kedalaman 3 m dan 24,9±15,2 pada kedalaman 10 m, sementara persentase
patahan karangnya masing-masing kedalaman 62,3±15 dan 41,5±18,9.