Stakeholder Pengelolaan Terumbu Karang

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi kerakyatan, dengan mempertimbangkan sosial budaya masyarakat setempat dan tetap memperhatikan kelestarian ekosistem terumbu karang dan lingkungan sekitar.

f. Kebijakan 6

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang dengan meningkatkan peran sektor swasta dan kerjasama internasional.

g. Kebijakan 7

Menggali dan meningkatkan pendanaan untuk pengelolaan ekosistem terumbu karang. Kebijakan tidak hanya membatasi diri pada pengujian-pengujian teori deskriftif umum maupun teori-teori ekonomi, karena masalah-masalah kebijakan yang kompleks, dimana teori-teori semacam ini seringkali gagal untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pengambil kebijakan mengontrol dan memanipulasi proses-proses kebijakan. Walaupun demikian analisis kebijakan juga menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan suatu masalah dan juga menghasilkan informasi mengenai nilai-nilai serta arah tindakan yang lebih baik. Jadi analisis kebijakan mencakup kegiatan evaluasi dan anjuran kebijakan. Quandun in Dunn 2001 menyebutkan bahwa analisis kebijakan adalah setiap jenis analisa yang menghasilkan dan menyajikan informasi sehingga dapat menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan dalam menguji pendapat mereka. Kata “analisis” digunakan dalam pengertian yang paling umum yang secara tidak langsung menunjukkan penggunaan intuisi dan pertimbangan yang mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dalam pemecahan terhadap komponen- komponen tapi juga merencanakan dan mencari sintesa atas alternatif-alternatif baru. Aktivitas ini meliputi sejak penelitian untuk memberi wawasan terhadap masalah atau isu yang mendahului atau untuk mengevaluasi program yang sudah selesai. Dalam analisis kebijakan terdapat tiga pendekatan yaitu: 1. Pendekatan empiris, adalah pendekatan yang menjelaskan sebab akibat dari kebijakan publik. Pertanyaan pokoknya adalah mengenai fakta yaitu apakah sesuatu itu ada? 2. Pendekatan evaluatif, adalah pendekatan yang terutama berkenaan dengan penentuan harga atau nilai dari beberapa kebijakan. Pertanyaan pokoknya adalah berapa nilai sesuatu? 3. Pendekatan normatif, adalah pendekatan yang terutama berkaitan dengan pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah kebijakan. Pertanyaan pokoknya adalah tindakan apa yang harus dilakukan? 3 METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan sekitarnya yang merupakan wilayah administrasi Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Lokasi titik-titik pengamatan ditentukan berdasarkan keterwakilan lokasi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan data. Pengamatan ekosistem terumbu karang yang dilakukan di Pulau Biawak dan sekitarnya dibagi menjadi 5 lima stasiun Tabel 3 pengamatan yang terdiri dari: 1 Pulau Biawak diwakili tiga stasiun, 2 Pulau Gosong diwakili satu stasiun, 3 Pulau Candikian diwakili satu stasiun. Tabel 3 Lokasi dan koordinat stasiun pengamatan Stasiun Lokasi Koordinat 1 Bagian Barat Pulau Biawak 05˚5543.38 LS 108˚2214.3 BT 2 Bagian Selatan Pulau Biawak 05˚5616.9 LS 108˚2254.5 BT 3 Bagian Utara Pulau Biawak 05˚5527.3 LS 108˚2252.5 BT 4 Pulau Gosong 05˚5149.9 LS 108˚2322.4 BT 5 Pulau Candikian 05˚4819.5 LS 108˚2534.2 BT Sebagai acuan dalam menentukan lokasi titik pengamatan, digunakan peta dasar Indonesia untuk wilayah Jawa-Pantai Utara Tanjung Priok hingga Cirebon lembar II nomor 79 dengan skala 1:200.000 yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro- Oseanografi tahun 2003. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Mei –Agustus 2010. KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya yang terletak di sebelah utara Indramayu, yaitu sekitar 26 mil ±50 km. Akses menuju pulau ini berasal dari beberapa daerah sekitarnya, misalnya Desa Brondong dan Desa Karangsong. Untuk menuju pulau