Kondisi Terumbu Karang Coral Reefs Management Evaluation at Marine Conservation Area of Biawak Islands of Indramayu, West Java Province

terlihat dengan rendahnya jumlah ikan indikator yang ditemukan selama penelitian yaitu sebanyak 5 lima jenis dengan kelimpahan terbanyak didominasi oleh ikan Chaetodon octofasciatus. Keberadaan Pulau Biawak di utara Pulau Jawa digunakan para nelayan pencari ikan sebagai tempat untuk peristirahatan atau transit kapal. Hampir setiap malam selama penelitian berlangsung, banyak kapal bersandar di Pulau Biawak. Selain itu, bila cuaca buruk, para nelayan menjangkarkan kapalnya di Pulau Biawak dan bermalam hingga cuaca kembali membaik. Aktivitas turun naik jangkar ini menyebabkan rusaknya terumbu di wilayah selatan Pulau Biawak. Jangkar menyebabkan kerusakan pada terumbu karang pada saat proses membuang jangkar, mengatur dan mengambil jangkar Dinsdale 2004a. Karang terbelah dan pada saat jangkar menghantam subsrat karang. Setelah terpasang, kerusakan berikutnya terjadi saat rantai jangkar ditarik pada stuktur substrat karang. Jika jangkar tersangkut pada koloni karang, karang akan terbalik pada saat pengambilan jangkar Dinsdale 2004a. Patahan karang selain sebagai indikasi adanya penangkapan dengan menggunakan bahan peledak, juga merupakan indikasi proses penjangkaran kapal. Pada terumbu karang yang rusak dan sudah terangkat, biota pada terumbu karang jarang ditemukan dan digantikan patahan karang mati Dinsdale 2004b. Jangkar dapat menyebabkan karang terbelah dan terpecah kemudian mati dan menjadi patahan karang Saphier dan Hoffman 2005. Pada kedalaman 3 m terlihat bahwa persentase patahan karang mencapai 36,0±12,5 di wilayah selatan pulau Stasiun 2. Pada tahun 2005, berdasarkan informasi yang dikumpulkan, pernah terjadi pencemaran dari tumpahan minyak di sekitar Pulau Biawak dan Pulau Gosong. Tumpahan minyak dapat menyebar dan memberi dampak pada daerah penangkapan, ekosistem pesisir dan pantai. Peristiwa ini juga memberi dampak pada ekosistem pesisir di sekitar kawasan konservasi Pulau Biawak. Minyak mengalami kontak dengan karang dengan berbagai cara. Minyak memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan air, sehingga umumnya minyak akan mengapung diatas permukaan karang. Beberapa karang akan berada di permukaan pada saat air laut surut, hal ini menyebabkan karang mengalami kontak langsung dengan minyak sehingga karang tertutup oleh minyak. Gerakan ombak akan memecah minyak menjadi tetesan minyak di dalam kolom air. Lambat laun tetesan ini akan bersentuhan dengan karang. Pada beberapa tempat yang memiliki kandungan partikel yang tinggi di sekitar terumbu karang, minyak akan menyatu dengan partikel mineral dan tenggelam. Partikel yang mengandung minyak ini akan mempengaruhi karang IPIECA 2000. Lebih buruk lagi, partikel mengandung minyak akan tenggelam dan sampai pada dasar perairan, sehingga dasar perairan terkontaminasi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat menyebabkan dampak yang berat terhadap organisme bentik karena sedimen mengeluarkan komponen beracun Farrington 1999, in Haapkyla et al. 2007. Sumber foto: Arsip Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu Tahun 2005 Gambar 49 Pencemaran minyak di pesisir Pulau Biawak dan sekitarnya Tahun 2005. Dampak kronis dari pencemaran oleh minyak terhadap karang adalah dapat menyebabkan matinya seluruh koloni karang. Dampak kronis antara lain mempengaruhi histologi, biokimia, perilaku, reproduksi, dan perkembangan karang NOAA 2010. Peristiwa tumpahan minyak di cagar alam Eliat Laut Merah menyebabkan struktur karang berubah secara drastis dan belum berubah seperti kondisi pada saat sebelum terkena polusi hingga lebih dari 10 tahun Loya 1976a, in Loya dan Rinkevich 1980. Pengumpulan data kondisi terumbu karang di kawasan konservasi Pulau Biawak dilakukan dengan 2 dua cara yaitu: 1 melakukan pengamatan langsung di lapangan; dan 2 melakukan pengumpulan data sekunder terhadap penelitian atau pengamatan sebelumnya. Sampai penelitian ini dilaksanakan, data persentase tutupan karang yang ditemukan sangat minim sekali, hal ini dikarenakan kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi kondisi terumbu karang di kawasan konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya. Dari hasil pengumpulan data sekunder didapatkan data persentase tutupan karang yang merupakan hasil penelitian Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2003. Kondisi tutupan karang tahun 2003 menggambarkan kondisi terumbu karang sebelum ditetapkan sebagai kawasan konservasi, sementara data pengamatan tahun 2010 menggambarkan kondisi terumbu karang setelah Pulau Biawak dan sekitarnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut daerah. Untuk memperoleh gambaran bagaimana persentase tutupan terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya, Tabel 22 memperlihatkan persentase tutupan terumbu karang sebelum ditetapkan sebagai kawasan konservasi DKP 2003 Tabel 22 Persentase tutupan karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya Tahun 2003 Lokasi Kedalaman m Karang Hidup Karang mati Abiotik Alga Biota Lain P. Biawak 3 52.4 12.7 32.2 2.6 - 10 23.1 39.9 35.9 - 1.0 P. Gosong 3 31.4 12.2 48.2 7.0 1.2 10 14.5 37.9 41.8 0.3 0.8 P. Candikian 3 53.6 29.3 9.1 1.6 3.6 10 52.7 47.2 - - - Sumber: DKP 2003 Meskipun hasil dari survey yang dilakukan DKP tahun 2003 dan pengamatan pada tahun 2010 tidak dapat semata-mata dibandingkan, dikarenakan tidak adanya titik koordinat pada hasil survey tahun 2003 dan tanda pada lokasi pengambilan data, sehingga adanya kemungkinan perbedaan penyimpangan titik lokasi pengambilan data, namun dari kedua data tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kondisi terumbu karang di kawasan tersebut. Berdasarkan data tutupan karang hidup pada Tahun 2003, tutupan karang hidup di Pulau Biawak dan sekitarnya bervariasi antara 14,5-53,6, dengan demikian kondisi terumbu karang berada pada kategori buruk hingga baik. Sementara data persentase turupan karang hidup di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya pada Tahun 2010 memperlihatkan nilai tutupan bervariasi antara 22,7±5,9 – 45,7±13,2, sehingga berada pada kategori buruk hingga sedang. Berdasarkan kedua data tersebut kondisi persentase tutupan karang hidup tidak mengalami perubahan yang signifikan, bahkan beberapa lokasi memperlihatkan penurunan persentase tutupan karang hidup. Kondisi tutupan karang hidup di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya masih dalam kategori buruk hingga sedang.

5.2 Peran dan Kepentingan Stakeholder

Dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, para stakeholder diharapkan saling berinteraksi dan berkolaborasi untuk menentukan pola pengelolaan yang tepat agar tidak merugikan salah satu atau beberapa pihak yang bersangkutan. Hal ini diperlihatkan dengan partisipasiperan serta dari masing-masing stakeholder dalam pengelolaan tersebut. Skema peran stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya tersaji pada Gambar 50. Gambar 50 Skema peran stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu berperan sebagai pengorganisir dan pengontrol sekaligus stakeholder kunci dalam pengelolaan terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya karena merupakan stakeholder yang memiliki derajat pengaruh dan kepentingan yang tinggi dalam pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, hal ini diperkuat dengan adanya SK Bupati Indramayu Nomor: 556Kep.528-Diskanla2004 dimana didalamnya memutuskan menugaskan Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu untuk mempersiapkan rencana pengelolaan KKLD dan mengkoordinasikan serta mensosialisasikan dengan pihak terkait. Selanjutnya diperkuat lagi dengan dikeluarkannya Keputusan Bupati Indramayu Nomor: 523.1.05Kep.80A- Diskanla2006 tentang Forum Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu dimana Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan bertindak selaku ketua forum. Susunan dari forum pengelola ini dapat mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhannya, tercatat pada tahun 2007, Bupati Indramayu mengeluarkan Surat Keputusan baru tentang Pembentukan Forum Pengelola Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Indramayu dengan Nomor: 523.9Kep.466A- Diskanla2007. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Indramayu tentang Pembentukan Forum Pengelola Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Indramayu dengan Nomor: 523.9Kep.466A-Diskanla2007, segala bentuk biaya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dalam menetapkan APBD salah satu lembaga yang berperanan penting dalam terealisasinya anggaran untuk kegiatan pemerintah daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD memiliki kepentingan rendah terhadap pengelolaan terumbu karang, namun memiliki pengaruh yang tinggi terhadap keberhasilan dalam pengelolaan terumbu karang. DPRD berperan dalam membuat keputusan dalam program kerja yang diusulkan oleh pemerintah daerah, apakah mereka menyetujui atau tidak. Sehingga pengelola KKLD harus menaruh perhatian terhadap kondisi ini. Berdasarkan peran dan fungsinya, DPRD memiliki 3 tiga fungsi yaitu: 1 fungsi legislasi; 2 fungsi anggaran; dan 3 fungsi pengawasan. Pelaksanaan ketiga fungsi tersebut secara ideal diharapkan dapat melahirkan output yaitu: 1 Peraturan Daerah PERDA yang aspiratif dan responsif; 2 anggaran belanja daerah APBD yang efektif dan efisien; dan 3 terdapatnya suasana pemerintahan daerah yang transparan dan akuntabilitas Kartiwa 2006. Dalam Pasal 19 ayat 2, UU 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintahan daerah dan DPRD, kemudian pada pasal 40 ditegaskan bahwa DPRD berkedudukan sebagai unsur Pemerintah Dearah yang bersama-sama dengan Kepala Daerah membentuk dan membahas APBD. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa hubungan antara Pemerintah Dearah dan DPRD merupakan mitra sejajar yang sama-sama melakukan tugas sebagai penyelenggara pemerintahan daerah. Hubungan tercermin dalam pembuatan kebijakan daerah yang berupa Peraturan Daerah. Dengan demikian antara kedua lembaga tersebut harus membangun hubungan yang saling mendukung dalam melaksanakan fungsi masing-masing. Untuk itu perlu memperkuat peran dan fungsi DPRD dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Peranan DPRD dalam penyusunan APBD dapat dilihat pada Gambar 51. Keterangan: APBD = Anggaran Pendapatan Belanja Daerah PPAS = Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara RKA-SKPD = Rencana Kerja Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA-PPKD = Rencana Kerja Anggaran-Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Gambar 51 Peran DPRD dalam Proses penyusunan APBD. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bappeda berperan sebagai pendukung dalam pengelolaan terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Bappeda berperan dalam menentukan perencanaan pembangunan suatu daerah setiap tahunnya. Menurut aturan KEPRES Nomor 27 Tahun 1980, dalam BAB I bahwa badan ini adalah Badan Staf yang langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Dimana Bappeda berperan sebagai pembantu kepala daerah dalam menentukan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan daerah. Peran dan fungsi Bappeda adalah: 1 Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan daerah; 2 Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum bidang perencanaan pembangunan daerah; dan 3 Pemberian pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Seperti halnya DPRD, maka dipandang perlu untuk memperkuat peran dan fungsi Bappeda dalam pengelolaan terumbu karang kedepannya. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perhubungan dan Kantor Lingkungan Hidup merupakan stakeholder pendukung dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM berperan sebagai pendukung dan pelaksana dalam pengelolaan terumbu karang. LSM yang bergerak di bidang lingkungan memiliki visi dan misi menciptakan kelestarian lingkungan, sehingga dukungan lembaga ini terhadap pengelolaan terumbu karang sangat bermanfaat. Pengalaman serta upaya yang telah dilakukan LSM terkait pengelolaan terumbu karang akan sangat membantu dalam keberhasilan pengelolaan selanjutnya. Masyarakat memiliki kepentingan yang kuat terhadap pengelolaan terumbu karang, mereka berperan sebagai pemanfaat, pelaksana sekaligus pengontrol dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Hanya saja, pada kasus pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, peranan masyarakat dalam pengelolaannya sangat rendah dikarenakan lokasi KKLD yang cukup jauh dari lokasi penduduk lokal Indramayu. Sehingga fungsi masyarakat sebagai pengontrol menjadi kurang. Masyarakat tidak dapat optimal dalam membantu pengawasan terumbu karang. Sistem pengelolaan dengan berbasis masyarakat tidak akan terlaksana dengan baik apabila diterapkan dalam pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Peran dan kepentingan stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan sekitarnya disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Peran dan kepentingan stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya Stakeholder Peran yang dilakukan dalam pengelolaan terumbu karang Kepentingan dalam pengelolaan terumbu karang Dinas Perikanan dan Kelautan Stakeholder kunci - Menjalankan fungsi pengelolaan KKLD sesuai SK Bupati Indramayu 1. Implementasi visi dan misi Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu 2. Merupakan Tugas Pokok dan Fungsi dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu 3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan Kab. Indramayu khususnya di sekitar KKLD Pemerintah Pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan 1. Penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria dalam pengelolaan terumbu karang 2. Pembiayaan dalam pengelolaan terumbu karang Implementasi visi dan misi terkait pengelolaan dan pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan DPRD 1. Penetapan kebijakan publik terkait pengelolaan terumbu karang 2. Penerbitan Peraturan Daerah terkait pengelolaan terumbu karang 3. Meningkatkan peran KKLD P. Biawak sebagai daerah wisata Implementasi Misi DPRD Kab Indramayu: Berperan aktif dalam percepatan dan mendukung proses pengambilan kebijakan publik yang berkualitas BAPPEDA Pemetaan dan penyusunan data untuk perencanaan tata ruang Mewujudkan Tata Ruang Daerah Dinas Kehutanan dan Perkebunan 1. Rehabilitasi kawasan 2. Peningkatan kualitas lingkungan Perlindungan dan Pengamatan hutan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata 1. Promosi KKLD 2. Peningkatan kegiatan wisata bahari 3. Penyediaan operator wisata Meningkatkan nilai pariwisata Kab. Indramayu Dinas Perhubungan Secara tidak langsung membantu pengawasan perairan KKLD karena adanya petugas mercusuar Sekitar KKLD merupakan jalur transportasi kapal Kantor LH 1. Pengembangan teknologi 2. Pengembangan data dan informasi 3. Pengendalian pencemaran 4. Rehabilitasi Pengelolaan Lingkungan Hidup LSM Siklus 1. Pemberdayaan masyarakat sekitar KKLD 2. Program rehabilitasi terumbu karang 3. Peningkatan kerjasama dan kinerja antar lembaga 4. Pemantauan kondisi terumbu karang 1. Melestarikan alam dan mensejahterakan masyarakat Indramayu 2. Menjalin kemitraan dengan pemerintah dalam menjalankan program Universitas Wiralodra 1. Kegiatan penelitian 2. Praktek Kerja Lapang mahasiswa 3. Program rehabilitasi terumbu karang 4. Program edukasi terhadap masyarakat sekitar KKLD Meningkatkan pelaksanaan dan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi menghasilkan ilmuan yang profesional, mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat indramayu dan mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi di dunia perguruan tinggi Mahasiswa Pencinta Alam 1. Membantu program rehabilitasi kawasan Melestarikan alam Masyarakat 1. Pemanfataan yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem 2. Berpartisipasi dalam rehabilitasi terumbu karang Pemanfaatan sumberdaya terumbu karang