Bagian Utara Pulau Biawak Stasiun 3

Persentase karang mati bervariasi antara 10,4±8,0 – 58,9±23,2 pada kedalaman 3 m dan 2,5±1,7 – 32,0±16,6 pada kedalaman 10 m. Salah satu faktor yang bisa mengakibatkan kematian karang diantaranya adalah tingginya pencemaran. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa lokasi KKLD merupakan wilayah jalur transportasi kapal sehingga rawan terkena pengaruh tumpahan minyak buangan kapal, dan juga peristiwa tumpahnya minyak yang terjadi pada Tahun 2005 di perairan sekitar Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Akibatnya terumbu karang juga tidak luput dari pengaruh pencemaran minyak. Menurut OSullivan dan Jacques 2001, jika terjadi kontak secara langsung antara terumbu karang dengan minyak maka akan terjadi kematian terumbu karang yang meluas. Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam. Menurut Fakhrudin 2004, lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob. Selain persentase karang mati, patahan karang juga memiliki nilai persentase yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari persentase patahan karang pada masing-masing stasiun yang berkisar antara 4,2±6,7 – 62,3±15,0 pada kedalaman 3 m dan 20,3±6,5 – 68,4±10,6 pada kedalaman 10 m. Kerusakan ini terjadi akibat masih adanya aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan terhadap ekosistem terumbu karang seperti pengeboman ikan, penggunaan jaring ikan yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan jangkar yang berlabuh di kawasan konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya. Wilayah utara Pulau Biawak adalah wilayah yang paling rawan terjadi aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan karena wilayah ini tidak dapat terawasi secara langsung dari wilayah daratan, dimana pintu gerbang kawasan terletak di bagian selatan Pulau Biawak. Data memperlihatkan bahwa persentase karang hidup di wilayah utara Pulau Biawak Stasiun 3 sangat rendah cenderung masuk kategori buruk hingga sedang dengan persentase 26,4±10,7 pada kedalaman 3 m dan 24,9±15,2 pada kedalaman 10 m, sementara persentase patahan karangnya masing-masing kedalaman 62,3±15 dan 41,5±18,9. Pada penelitian ini, penulis tidak melakukan kajian atas kerusakan pada terumbu karang yang disebabkan oleh faktor alam tapi lebih kepada faktor yang ditimbulkan oleh kegiatan antropogenik di sekitar KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Hasil kuesioner terhadap persepsi masyarakat terkait kerusakan terumbu karang dan penyebabnya terlihat pada Gambar 21. Gambar 21 Grafik persepsi masyarakat terhadap kegiatan yang merusak terumbu karang. Berdasarkan nilai persepsi masyarakat dari 50 responden yang diambil, 88 menyatakan bahwa masih terjadinya kegiatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan dengan persentase pengrusakan dengan bom sebesar 60 Gambar 21. Berdasarkan data setiap stasiun maka nilai persentase tutupan karang yang mewakili tiap pulau pada kawasan konservasi diketahui seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7 Persentase tutupan karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya Tahun 2010 Lokasi Keda- laman Karang Hidup Karang Mati Alga Karang Lunak Patahan Karang Pasir Lainnya Bagian Barat Pulau Biawak 3 m 37,0±9,3 44,0±11,7 3,8±6,5 - 4,2±6,7 10,9±2,4 0,2±0,3 10 m 27,4±10,6 2,5±1,7 1,4±1,5 0,3±0,5 68,4±10,6 - - Bagian Selatan Pulau Biawak 3 m 39,2±10,6 15,3±3,6 - 9,5±4,8 36,0±12,5 - - 10 m 42,3±20,9 31,0±22,6 - 0,3±0,5 20,3±6,5 - - Bagian Utara Pulau Biawak 3 m 26,4±10,7 10,4±8,0 - 1,0±1,0 62,3±15,0 - - 10 m 24,9±15,2 32,0±16,6 0,1±0,2 0,1±1,0 41,5±18,9 0,2±0,3 1,2±1,2 Pulau Gosong 3 m 42,4±18,4 22,6±8,9 1,3±1,2 2,4±2,3 31,4±24,7 - - 10 m 43,0±3,6 22,5±7,2 - 1,0±1,7 33,4±7,4 - - Pulau Candikian 3 m 22,7±5,9 58,9±23,2 - 3,6±3,1 19,9±23,3 1,5±2,6 - 10 m 45,7±13,2 9,2±4,8 - 1,0±1,1 41,8±22,0 2,2±2,2 - Sumber: olah data 2010