Metode Pengumpulan Data Coral Reefs Management Evaluation at Marine Conservation Area of Biawak Islands of Indramayu, West Java Province

responden didasarkan atas ciri-ciri responden yang sudah diketahui sebelumnya. Penetapan ini didasari atas informasi yang mendahului tentang keadaan responden Hadi 2005. Sampel diambil dengan maksud dan tujuan tertentu, dimana seseorang diambil sebagai responden karena dianggap memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian. Pemilihan responden berdasarkan kelompok kunci dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Responden yang dipilih secara purpossive sebanyak 50 responden yang terdiri dari pemerintah daerah 14 orang, DPRD 1 orang, Bappeda 1 orang, perguruan tinggi 3 orang, LSM 2 orang, swasta 1 orang, organisasi mahasiswa 4 orang dan masyarakat sekitar lokasi penelitian 20 orang.

3.3 Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan jenisnya. Adapun analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut: a Persentase tutupan karang Analisis persentase tutupan karang hidup berdasarkan metode TGM dihitung dengan formulasi English et al. 1997 yaitu: li Ni = x 100 L Dimana: Ni = persen penutupan karang li = panjang total lifeformjenis ke-i L = panjang transek 70 m Untuk menilai kondisi tutupan karang, digunakan kategori berdasarkan publikasi oleh Gomez et al. 1994 dimana untuk persentase tutupan karang hidup sebagai berikut Tabel 4: Tabel 4 Kategori kondisi persentase tutupan karang hidup Persentase tutupan Kategori – 24,9 Buruk 25 – 49,9 Sedang 50 – 74,9 Baik 75 – 100 Sangat baik b Analisis ikan karang Untuk mengetahui kelimpahan masing-masing ikan karang dengan jumlah stasiun ke-i, bisa dihitung kelimpahannya per satuan unit dengan rumus: ∑ind. Jenis ikan karang pada sts ke-i Kelimpahan jenis ikan = Luas transek Komunitas ikan karang yang teramati dikelompokkan ke dalam tiga kelompok utama English et al. 1997 yaitu: Ikan target, ikan indikator dan ikan major. Kelompok ikan target adalah ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis dan hidup berasosiasi dengan perairan terumbu karang; Kelompok ikan indikator adalah ikan yang hidupnya berasosiasi sangat erat dengan terumbu karang, seperti ikan kepe-kepe dari famili Chaetodontidae; Kelompok ikan major adalah semua ikan yang tidak termasuk di kedua kelompok tersebut, yang pada umumnya berupa ikan-ikan berukuran kecil yang dimanfaatkan sebagai ikan hias, kelompok ikan ini biasanya bergerombol dalam jumlah individu yang sangat banyak. Untuk menilai kelimpahan ikan karang di lokasi pengamatan, digunakan kategori menurut Djamali dan Darsono 2005 in Sumadiharga et al. 2006 sebagai berikut Tabel 5: Tabel 5 Kategori kelimpahan ikan karang Kelimpahan ikan indha Kategori 10.000 Sangat melimpah 4.000 – 10.000 Melimpah 2.000 – 4.000 Kurang melimpah 1.000 – 2.000 Jarang 200 – 1.000 Sangat jarang c Analisis benthos Untuk mengetahui kelimpahan masing-masing makrobenthos dengan jumlah stasiun ke-i, bisa dihitung kelimpahannya per satuan unit dengan rumus: ∑ind. benthos pada sts ke-i Kelimpahan benthos = Luas transek Untuk perhitungan analisis ekologis persentase tutupan karang, kelimpahan ikan karang dan kelimpahan benthos dilakukan dengan Ms. Excel 2007.

3.4 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder merupakan suatu sistem untuk mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya trade-off. Berdasarkan identifikasi stakeholder tersebut dilakukan analisis kepentingan importance dan pengaruh influence masing-masing stakeholder dalam kaitan dengan kebijakan operasional pengelolaan ekosistem terumbu karang. Kepentingan merujuk pada peran seorang stakeholder di dalam pencapaian output dan tujuan serta menjadi fokus pertimbangan terhadap keputusan yang akan dibuat, sedangkan pengaruh merujuk pada kekuatan yang dimiliki seorang stakeholder yang teridentifikasi dari hasil analisis stakeholder. Langkah-langkah dalam melakukan analisis stakeholder adalah Budiharsono et al. 2006: 1 Identifikasi stakeholder, melakukan identifikasi stakeholder terkait pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya dan membuat daftar stakeholder. 2 Membuat tabel stakeholder, daftar stakeholder dimasukan dalam tabel stakeholder untuk dilakukan analisis terhadap peran dan pengaruh masing- masing stakeholder. UNSUR STAKEHOLDER Unsur A Stakeholder A Unsur B Stakeholder B Unsur C Stakeholder C Unsur D Stakeholder D dan seterusnya dan seterusnya Gambar 4 Contoh tabel stakeholder dalam analisis stakeholder. 3 Menganalisis pengaruh dan kepentingan stakeholder, pengaruh dan kepentingan stakeholder dianalisis dengan format analisis stakeholder LGA Romania, RTI 2001 Chetwynd dan Chetwynd 2001. Kelompok Stakeholder Peran dalam kegiatan  Pelaksana  Pengorganisir  Pembuat keputusan  Pemanfaat  Pengontrol  Pendukung  penentang Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal 1 = tidak penting 2 = agak penting 3 = sedang 4 = sangat penting 5 = pemain kunci Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal 1 = tidak penting 2 = agak penting 3 = sedang 4 = sangat penting 5 = pemain kunci Tahap penyiapan Tahap pelaksanaan Stakeholder A Stakeholder B dan seterusnya Gambar 5 Contoh format analisis stakeholder. 4 Membuat stakeholder grid, stakeholder yang sudah di analisis dengan analisis stakeholder, dikelompokkan sesuai dengan pengaruh dan kepentingannya. Pengaruh Rendah Pengaruh Tinggi Kepentingan Tinggi Kelompok Stakeholder yang penting namun barangkali perlu pemberdayaan Kelompok stakeholder yang paling kritis Kepentingan Rendah Kelompok stakeholder yang paling rendah prioritasnya Kelompok yang bermanfaat untuk merumusan atau menjembatani keputusan dan opini Gambar 6 Format stakeholder grid dalam analisis stakeholder. 5 Menyepakati hasil analisis dengan stakeholder utama

3.5 Analisis Kebijakan

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan operasional pengelolaan ekosistem terumbu karang adalah metode AWOT, yaitu metode yang merupakan penggabungan antara AHP analytical hierarchy process dengan Analisis SWOT strengths, weaknesses, opportunities and threats. Penentuan faktor-faktor dari setiap komponen SWOT dan pembobotannya diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Wawancara adalah komunikasi langsung antara peneliti dan informan. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik informan merupakan pola media yang melengkapi informasi lisan yang disampaikan oleh informan. Keputusan alternatif dievaluasi dengan respek untuk masing-masing faktor SWOT dengan penggunaan AHP. Dalam hal ini, analisis SWOT digunakan sebagai frame dasar yang akan menghasilkan keputusan situasional, sedangkan AHP digunakan untuk membantu meningkatkan analisis SWOT dalam mengelaborasikan hasil analisis sehingga keputusan kebijakan operasional pengelolaan ekosistem terumbu karang dapat diprioritaskan. Penentuan faktor- faktor masing-masing komponen SWOT dilakukan secara partisipatoris. Setelah dilakukan penentuan faktor-faktor, SWOT kemudian dilakukan analisis AHP. Dalam Analisis AHP juga digunakan AHP partisipatif, yaitu respondennya adalah seluruh stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang. Tahapan metode AWOT adalah: 1 Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang dengan metode SWOT; dan 2 Melakukan analytical hierarchy process AHP. Hirarki AWOT penentuan kebijakan operasional pengelolaan ekosistem terumbu karang pada Gambar 7. Selanjutnya data yang sudah diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Expert Choice 2000 Budiharsono et al. 2006. Gambar 7 Hirarki analisis A’WOT.