Analisis Stakeholder Coral Reefs Management Evaluation at Marine Conservation Area of Biawak Islands of Indramayu, West Java Province

Di Pulau Biawak tidak terdapat perkampungan, yang bermukim hanya petugas penjaga mercusuar dari Direktorat Jendral Perhubungan Laut. Para petugas bergilir untuk masa-masa tertentu. Pada umumnya setiap 6 enam bulan mereka menjaga mercusuar. Mercusuar dibangun pada tahun 1872 dan diresmikan oleh Z.M. Willem III. Menara ini merupakan salah satu daya tarik pengunjung obyek wisata. Kondisi pulau yang jaraknya relatif jauh dari daratan Indramayu Pulau Jawa menjadikan pulau ini jarang dikunjungi terkecuali nelayan-nelayan yang melakukan penangkapan ikan di sekitar perairan pulau tersebut, sedangkan pada Pulau Gosong dan Pulau Candikian sama sekali tidak ada manusia yang menghuni. Kedua pulau tersebut dikunjungi hanya untuk menangkap ikan. Pulau Biawak dan Pulau Gosong dijadikan tempat berlabuh bagi para nelayan ketika mereka terkena badai sehingga mereka dapat terhindar dari arus gelombang yang tinggi. Sumber foto: Foto survei, 2010 Gambar 9 Gerbang masuk Pulau Biawak. Pulau Gosong terletak sekitar 7 km dari arah timur laut Pulau Biawak. Biota laut sebagai komoditi perikanan masih banyak dijumpai. Pulau ini berbentuk cincin akibat pengerukan yang dilakukan oleh Pertamina Balongan Exor I untuk penimbunan wilayah pantai di kawasan industri pada awal tahun 1990-an. Di pulau ini dijumpai hanya beberapa vegetasi tumbuhan. Pulau ini merupakan karang dan biasanya muncul pada saat sedang surut. Pulau Candikian terletak sekitar 14 km arah timur laut Pulau Biawak. Pulau Candikian sebagian kecil saja daratan yang berada di atas permukaan air laut dan hanya ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan. Pulau Candikian juga bukan merupakan pulau hutan walaupun luas daratannya lebih besar dari Pulau Gosong. Jenis tanaman pantai yang ditemukan adalah ketapang dan bakau Bruguiera sp. Mangrove yang ada di dominasi oleh jenis Rhizopora sp. Pulau Biawak merupakan pulau hutan yang banyak ditumbuhi berbagai jenis bakau sebagai ciri khas ekosistem mangrove. Kondisi ekosistem mangrove masih baik dengan tumbuhnya berbagai ragam jenis mangrove yang sudah langka sebagaimana jarang dijumpai di pantai utara Jawa. Jenis-jenis bakau yang tumbuh diantaranya adalah Sonneratia spp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizopora sp , Ceriops sp, Acanthus sp, Lummitterae, Xylocarpus, Aigicera, Nipa sp, dan Heriera sp. Sementara di Pulau Gosong terdapat jenis Avicennia sp dan di Pulau Candikian terdapat jenis Bruguiera sp Diskanla, 2005. Pada umumnya kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki kesamaan morfologis. Formasi geologi wilayah pesisir pantai utara Indramayu terutama Pulau Biawak tersusun atas batuan sedimen yang terdiri batu-batuan kapur karang, dan hancuran batu karang, pasir putih, pasir, campuran hancuran bahan literit serta jenis batuan pliocene sedimentary facies, alluvium, sedimen kersik lumpur dan humus yang berasal dari daratan pesisir Indramayu dan Laut Jawa Diskanla 2005. Kondisi banjir jarang terjadi, tanah bersifat anaerobik ketebalan tanah dibawah top soil 0-4 m. Penyebaran ketiga jenis batuan menurut kedalaman laut adalah sebagai berikut batuan kapur karang 0-10 m, batuan pasir dan karang 10 –20 m, batuan pasir dan sedimen lebih dari 20 m. Wilayah Kabupaten Indramayu beriklim tropis yang mempengaruhi dominan angin laut yang berhembus sepanjang hari. Pulau Biawak dan sekitarnya didominasi oleh musim penghujan Bulan November-Maret dan musim kemarau Bulan Juni-Agustus, dengan adanya pengaruh dominan dua musim angin, yaitu musim barat angin baratan dan musim timur angin timuran. Kelembaban udara rata-rata mencapai 80 dengan suhu berkisar 23 –32 o C dan suhu rata-rata 30 o C perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar. Curah hujan disekitar perairan Kabupaten Indramayu bervariasi dengan nilai rata-rata per tahun sebesar 1.621 mm. Curah hujan bulanan antara 100-400 mm pada musim barat 50 –100 pada musim timur Diskanla 2005.