187 pelayanan pendidikan yang baik. Terkait dengan persepsi masyarakat yang
dibahas, dapat dilihat pada Lampiran 61. Kebutuhan lain yang tidak kalah pentingnya bagi masyarakat terutama
diwilayah konsesi kontrak karya yaitu sarana penerangan listrik terutama sarana ini dibutuhkan pada malam hari agar masyarakat tetap dapat melakukan aktivitas
sosial ekonomi dam meningkatkan perekonomian. Terdapat 25 responden yang menjawab bahwa sarana penerangan buruk atau 30.1 persen sedangkan
jawabannya terhadapa sarana penerangan sedang yaitu 15 responden atau 18.1persen dan yang menjawab sarana penerangan baik yaitu 12 responden atau
14.5persen. Bila dibandingkan dengan tabel sebelumnya maka dikatakan sarana penerangan relatif baik. Demikian juga untuk persepsi terhadap sarana penerangan
jalan dapat dilihat pada Lampiran 62. Persepsi masyarakat terhadap Air bersih disekitar kawasan konsesi yang
berhimpitan langsung denga pemukiman relatif menjawab bahwa sarana air bersih dalam keadaan buruk yaitu 38 responden atau 46 persen. Selanjutnya yang
menjawab bahwa sarana air bersih kondisinya sedang sebanyak 13 responden atau 16 persen, dan yang menjawab baik yaitu 5 responden atau 6.0 persen dengan
jumlah total responden yang menjawab yaitu 56 atau 67.5persen. Hal ini dapat dijumpai pada beberapa daerah aliran sungai seperti Sungai Waluhu dan Sungai
Mamungaa telah mengalami perubahan warna akibat penambangan tanpa izin dihulu sungai sehingga tidak layak lagi diproses manjadi air bersih. Mengenai
persepsi terhadap sarana air bersih yang dibahas, dapat dilihat tabelnya pada Lampiran 63.
Aspek lain menarik dalam pembahasan ini yaitu terkait dengan sarana ibadah di wilayah konsesi kontrak karya. Kecenderungan masyarakat menjawab
bahwa sarana ibadah dalam keadaan buruk yaitu 45 responden atau 54.2 persen, dan yang menjawab bahwa sarana ibadah kondisinya sedang sebanyak 7
responden atau 8.4 persen. Jawaban bahwa sarana ibadah kondisinya baik 1 responden atau 1.2 persen dengan akumulasi persentase 85 persen. Sehingga
sarana ibadah realtif dipersepsikan buruk. Terkait dengan persepsi terhadap sarana ibadah yang dibahas, dapat dilihat tabelnya pada Lampiran 64.
188 Persepsi masyarakat diwilayah berhimpitan langsung dengan konsesi
kontrak karya terhadap kondisi sarana olahraga yaitu 32 responden yang menjawab buruk atau 39 persen, selanjutnya yang menjawab sarana olahraga
dalam kondisi sedang 11 responden atau 13.3 persen dan yang menjawab sarana olahraga dalam kondisi baik 10 responden atau 12.0 persen dengan kumulasi
persentasi 60.4persen atau dapat dikatan bahwa data terkait dengan penelitian pada persepsi sarana olahraga cukup valid meskipun terdapat 30 responden atau
36.1 persen yang tidak menjawab. Tabel ini terdapat pada Lampiran 65.
7.1.7 Model Tata Kelola
Salah satu aspek penting model kelembagaan adalah mengenai tatakelola. Pada penelitian ini aspek tatakelola didekati dengan model persepsi masyarakat di
sekitar wilayah tumpang tindih. Hasil dari pendekatan ini yaitu yang menjawaban dari responden yaitu kurang sesuai sebanyak 6 responden atau 7.2persen, dan
menjawab cukup sesuai sebanyak 43 responden atau 52persen, kemudian yang menjawab sangat sesuai yaitu 26 responden atau 31.3 persen. Dijumpai adanya
keinginan masyarakat untuk menerima pertambangan secara professional tanpa mengabaikan pertamabngan secara tradisional. Demikian pula terkait dengan
pemukiman dimana keinginan untuk menetap dalam kawasan konsesi tersebut meskipun pengelolaan pertambangan ini akan dilakukan secara professional.
Terkait dengan model pengelolaan sumberdaya tambang yang aktual dibahas, dapat dilihat pada Lampiran 66
7.1.8 Biaya Transaksi Transaction cost
Model biaya transaksi yang didalami dalam penelitian ini diarahkan pada kegiatan transaksi secara aktual yang dilakukan oleh penambang tanpa izin karena
kegiatan pertambangan yang telah sedang berlangsung saat ini yaitu kegiatan PETI. Kemudian diarahkan juga kepada biaya transaksi yang dilakukan oleh
pihak perusahaan PT Gorontalo Minerals meskipun perusahaan ini belum masuk pada fase produksi. Hal ini dapat disampaikan bahwa pada Bab IV telah dibahas
asumsi-asumsi yang digunakan dalam biaya transaksi.
189 Dijumpai bahwa perusahaan memiliki beberapa staff yang direkrut dari
tokoh masyarakat dengan tugas utama yaitu mengkoordinasikan rencana kerja perusahaan kepada Pemerintah di Kabupaten Bone Bolango dan memberikan
pemahaman tentang manfaat dari pertambangan terhadap masyarakat serta kerugian yang diakibatkan oleh pertambangan. Pembahasan tentang biaya
transaksi pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan dua sub komponen yaitu:
A. Biaya Transaksi oleh Penambang Tanpa Izin PETI
Bentuk dukungan yang diberikan oleh para pihak pada penelitian ini berkonsekuensi pada pembiayaan yang mungkin dapat dikatakan sebagai biaya
perlindungan penambang tanpa izin. Hal ini dapat disimak pada pada penelusuran penelitian yaitu masyarakat penambang yang menjawab tidak tahu 1 responden
atau 1.2 persen, sedangkan yang menjawab tidak memberikan biaya perlindungan 24 responden atau 29 persen sedang yang menjawab memberikan biaya
perlindungan 8 responden atau 10 persen. Total yang menjawab yaitu 33 responden atau 40persen. Terkait dengan biaya perlindungan PETI yang dibahas,
dapat dilihat pada Lampiran 67. Meskipun jawaban mengeluarkan variabel biaya perlindungan hanya 8
responden, namun sedikit berbeda dengan jawaban penambang tanpa izin terhadap bentuk dan skema biaya perlindungan, nampak pada tabel frequensi
dimana penambang tanpa izin menjawab tergantung kebutuhan 2 responden atau 2.4 persen, sedangkan penambang menjawab skema biaya perlindungan tidak
menetu 10 responden atau 12.0 persen dan terakhir yang menjawab dengan skema bagi hasil yaitu 2 reponden atau 2.4persen. Jumlah respoden yang menjawab pada
pertanyaan ini 14 responden atau 17persen sedikit meningkat dibanding dengan pertanyaan sebelumnya. Hal ini telah menjadi rahasia umum bahwa terdapat
beberapa aparat pemerintah terutama Kepelisian dan TNI yang menjadi beking dari para PETI ini, termasuk wakil rakyat yang berada di DPRD Kabupaten Bone
Bolango yang teridentifikasi memiliki tromol di wilayah tumpang tindih dengan lahan kotrak karya. Adapun komponen bentuk dan skema biaya perlindungan oleh
PETI dapat dilihat pada Lampiran 68.
190
B. Biaya Transaksi oleh Pihak Perusahaan Pertambangan
Kiat untuk meningkatkan usaha ekonomi melalui bantuan penguatan usaha telah lama digulirkan, kenyataan ini merupakan fakta terbalik dari usaha ekonomi
yang ada disekitar kawasan konsesi kontrak karya, yang menjawab tidak mengetahui bahwa ada bantuan pengembangan usaha yaitu 19 responden atau 23
persen, dan responden yang menjawab bahwa tidak pernah menerima bantuan sebayak 18 responden atau 22 persen, sedangkan yang menjawab pernah
menerima bantuan yaitu 3 responden atau 4 persen. Hal ini merupakan informasi bahwa bantuan untuk meningkatkan usaha tersebut belum sampai kepada
pengusaha kecil diwilayah ini, meskipun secara georafis daerah ini hanya memilki satu ruas jalan dan merupakan jalan Trans Sulawesi lewat Pantai Selatan,
demikian pula diwilayah Kecamatan Suwawa Timur hanya terdapat satu ruas jalan utama yang dapat mengakses kewilayah tersebut sehingga informasi terkait
dengan bantuan tersebut relatif mudah diperoleh. Dijumpai dimasyarakat bahwa bantuan tersebut biasanya ada ketika mendekati Pemilihan Legislatif dan
Pemilihan Kepala Daerah. Terkait dengan penerimaan bantuan yang dibahas, dapat dilihat pada Lampiran 69.
Meskipun pada tabel sebelumnya hanya terdapat 3 responden yang menerima bantuan namun setelah ditelusuri terdapat dua lembaga pemberi
bantuan diwilayah ini yaitu 18 responden yang menjawab Lembaga Donor atau 22persen. Lembaga pemberi bantuan dari swasta dalam bentuk tanggung sosial
perusahaan CSR yaitu 1 responden. Dengan demikian bahwa pemberian bantuan diwilah konsesi ini relatif ada meskipun dari total reponden yang menjawab hanya
19 atau 23 persen. Dijumpai dilokasi penelitian terutama sepanjang Jalan Trans Sulawesi bagian selatan banyak usaha kecil yang berkembang, seperti pertokoan
atau kios barang campuran kebutuhan sehari-hari dan toko bahan bangunan dan juga terdapat beberapa rumah makan diwilayah konsesi tersebut. Hal ini dapat
dilihat pada Lampiran 70 . Terkait dengan bantuan yang diberikan mencoba mendalami apakah
responden tersebut merasa terbantu. Dari data yang ada, responden yang merasa terbantu hanya 5 atau 6.0 persen sedangkan yang merasa tidak mengetahui yaitu
33 responden atau 40 persen. Selanjutnya yang merasa tidak terbantu yaitu 1
191 responden atau 1.2 persen. Nampak bahwa konsistensi responden memberikan
jawan relatif tidak ada, terbukti dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengindikasikan bahwa terdapat jawaban-jawaban sebenarnya namun tidak
dikatakan oleh reponden. Dijumpai kebiasaan ini mulai ada sejak adanya otonomi daerah dimana
salah satu pilar yang dilakukan yaitu pemilihan langsung baik eksekutif maupun legislative, karena prinsip mereka yang penting ada bantuan dan pilihan pada
siapa itulah hak masyarakat. Indikasi lain yang ditemui yaitu adanya kejenuhan masyarakat terkait dengan pertanyaan menyangkut bantuan peningkatan usaha,
karena lebih banyak hanya sekedar pengambilan data saja namun realisasi bantuan nyaris tidak ada. Terdapat bantuan dalam bentuk natura yang disampaikan
pemerintah seperti bantuan sapi dan kambing disaat pemilihan Bupati pada tahun 2009 yang lalu. Setelah pemilihan terdapat isu bahwa bantuan akan ditarik lagi
karena Bupati yang terpilih bukan calon Bupati yang memberikan bantuan sapi dan kambing tersebut. Sehingga itu motif politik dalam barbagai bantuan di
wilayah ini masih cukup tinggi. Terkait dengan pembahasan responden merasa
terbantu pada aspek ini dapat dilihat di Lampiran 71.
Secara umum pengaruh bantuan peningkatan usaha selalu menjadi pertanyaan disetiap program bantuan yang dimaksud. Terdapat 29 responden yang
menjawab tidak tahu atau 35 persen, merasa usahanya tidak mengalami peningkatan yaitu 5 responden atau 6.0 persen. Selanjutnya yang meresa terjadi
peningkatan usaha karena adanya bantuan yaitu 6 responden atau 7.2 persen. Dijumpai pula bahwa sebagian bantuan yang diberikan seperti sarana produksi
pertanian saprodi berupa bibit jagung, pupuk atau alat pertanian lainnya itu tidak tepat waktu musim tanam sehingga bantuan ini tidak efektif bahkan beberapa
usaha penyalur bantuan merasa rugi dan lebih tidak baik lagi bantuan saprodI ini sering diperjual belikan oleh petani penerima bantuan. Mengenai peningkatan
usaha yang dibahas pada item ini, dapat dilihat di lampiran 72.
192
7.2 Analisis Regresi Model Logistik Persepsi dan Kelembagaan
Untuk melihat lebih jernih mengenai aspek kelembagaan pada pendekatan yuridis, maka dilakukan analisis Logistik yang merupakan proksi dari hasil
penelitian yang diawali dengan aspek profil rumah tangga responden kaitannya terhadap partisipasi pemanfaatan sumberdaya tambang. Kemudian tingkat
partisipasi pada model advokasi, partisipasi pada persepsi responden terhadap sarana dan prasarana, serta partisipasi pemanfaatan sumberdaya tambang pada
penambang tanpa izin PETI. Hasil analisis ini dapat menjadi informasi bagi para pihak untuk memilah dan memilih aspek-aspek manakah yang menjadi prioritas
dalam membangun dukungan masyarakat terutama terkait dengan konflik kelembagaan dan konflik pemanfaatan. Analisis ini akan sangat membantu
melihat manakah variabel-variabel yang memiliki pengaruh kevariabel lain secara positif signifikan dan manakah variabel-variabel yang tidak segnifikan namun
tetap memiliki hubungan atau pengaruh terhadap variabel-variabel yang diteliti. Adapun aspek-aspek yang dianalisis dengan menggunakan model ini
antara lain:
7.2.1 Regresi Partisipasi Versus Jenis Kelamin dan Umur dan Pekerjaan
Terdapat 4 variabel yang akan di interpretasi pada uji logistik terhadap aspek demografi responden yang telah di paparkan pada halaman sebelumnya dan
juga hasil uji statistik uji G serta hipotesis akan di deskripsikan sebagai berikut: Statistik uji G, hasil analisis Logistik diperoleh model P Value 0.001 dengan
nilai Log-Likelihood = -51.292 yang mengindikasikan model Fit, dan test that all slopes are zero: G = 22.457, DF = 6, P-Value = 0.001. secara umum hipotesis
yaitu H0 : Model Tidak Fit semua variabel X tidak signifikan dan H1 : Model Fit minimal ada satu variabel X yang signifikan .
Dari semua variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah Jenis Kelamin, nilai-p 0.008 alpha 10 persen maka Jenis Kelamin
berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 11.81 artinya pria untuk berpartisipasi 11.81 kalinya dibandingkan wanita untuk berpartisipasi,
dengan kata lain kecenderungan pria lebih berperan dibandingkan wanita. Selanjutnya variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah umur,
nilai-p 0.038 alpha 10 persen maka umur berpengaruh nyata terhadap
193 partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 0.90 artinya setiap kenaikan 1 tahun umur
maka peluang untuk berpartisipasi adalah 0.9 kalinya dibanding tidak berpartisipasi. kecenderungan orang lebih muda lebih berpartisipasi diabndingkan
dengan orang yang lebih tua. Demikian juga pada variabel X yang berpengaruh nyata terhadap
partisipasi adalah pendidikan SMA, nilai-p 0.079 alpha 10 persen maka pendidikan sma berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar
2.56 peluang orang yang pendidikan SMA untuk berpartisipasi adalah 2.56 kalinya dibandingakan peluang seseorang yang pendidikannya SMP.
Komponen variabel X lain yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah pendidikan PT, nilai-p 0.015 alpha 10 persen maka pendidikan PT
berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 15.19 peluang orang yang pendidikan PT untuk berpartisipasi adalah 15.19 kalinya
dibandingakan peluang seseorang yang pendidikannya smp. Kesimpulan semakin tinggi pendidikan maka peluang untuk berpartisipasi semakin besar.
7.2.2 Regresi Partisipasi Versus Model Advokasi Pemanfaatan sumberdaya Tambang
Pada aspek model advokasi pemanfaatan sumberdaya tambang pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat nampaknya hanya 1 variabel yang
memiliki hubungan, hal ini dipengaruhi antara lain dijumpai dilokasi penelitian program atau usaha para pihak untuk memberikan penyuluhan terhadap
masyarakat terutama yang bermukim diwilahan yang berhimpitan langsung dengan dengan konsesi kontrak karya belum memperoleh penyuluhan atau
advokasi secara khusus yang dikaitkan dengan konflik pemanfatan lahan. Statistik uji G, hasil analisis diperoleh nilai P value 0.000
mengindikasikan model fit dengan Log-Likelihood = -37.511 dan Test that all slopes are zero: G = 50.019, DF = 10, P-Value = 0.000. untuk Hipotesis yaitu H0 :
Model Tidak Fit semua variabel X tidak signifikan dan H1 : Model Fit minimal ada satu variabel X yang signifikan .
Dari semua variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah mengikuti, nilai-p 0.035 alpha 10persen maka mengikuti berpengaruh nyata
194 terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 12.78 artinya seseorang yang
mengikuti penyuluhan peluang untuk berpartisipasi adalah 12.78 kalinya dibandingkan dengan yang tidak mengikuti penyuluhan. Kecenderungan orang
yang mengikuti penyuluhan lebih berpartisipasi dibandingkan dengan yang tidak mengikuti penyuluhan.
7.2.3 Binary Logistic Regression Partisipasi versus Persepsi Responden
Terhadap Sarana dan Prasarana di Wilayah Pemanfaatan Sumberdaya Tambang
Uji Statistik logistik pada persepsi responden terhadap kesiapan sarana dan prasarana hubungannya terhadap partisipasi yaitu terdapat 4 variabel yang
memiliki hubungan signifikan terhapa partisipasi antara lain variabel infrastruktur jalan, variabel prasarana perhubungan, variabel sarana perekonomian seprti pasar,
Pelelangan ikan dan juga variabel sarana olahraga. Deskripsi dari masing-masing variabel yaitu:
Statistik uji G, hasil analisis diperoleh Nilai-p 0.013 alpha 10 persen tolak H0 artinya model fit dengan Log-Likelihood = -52.022 dan Test that all
slopes are zero: G = 20.998, DF = 9, P-Value = 0.013. Untuk Hipotesis yaitu H0 : Model Tidak Fit semua variabel X tidak signifikan H1 : Model Fit minimal
ada satu variabel X yang signifikan . Komponen variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah
infrastruktur jalan, nilai-p0.027alpha 10persen maka persepsi infrastruktur jalan berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 5.2 artinya
setiap kenaikan persepsi kebaikan maka peluang berpartisipasi adalah 5.2 kalinya dibandingkan tidak berpartisipasi. Kemudian diikuti oleh variabel X yang
berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah sarana perhubungan, nilai- p0.003alpha 10 persen maka persepsi perhubungan jalan berpengaruh nyata
terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 4.71 artinya setiap kenaikan persepsi kebaikan maka peluang perhubungan adalah 4.71 kalinya dibandingkan tidak
berpartisipasi. Aspek lain dalam variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi
adalah sarana perekonomian , nilai-p 0.060 alpha 10 persen maka persepsi perekonomian berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar
195 0.29 artinya setiap kenaikan persepsi kebaikan maka peluang perekonomian
adalah 0.29 kalinya dibandingkan tidak berpartisipasi. Selanjutnya variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah
sarana olah raga, nilai-p 0.066 alpha 10persen maka persepsi olah raga berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 3.02 artinya
setiap kenaikan persepsi kebaikan maka peluang olah raga adalah 3.02 kalinya dibandingkan tidak berpartisipasi.
7.2.4. Binary Logistic Regression Partisipasi versus Pertambangan Tanpa
Izin
Pada uji statistik logistik dengan masyarakat penambang tanpa izin hubungan terdapa partisipasi terdapat 1 varibel yang memiliki hubungan
signifikan yaitu variabel kepemilikan terhadap pertambangan tanpa izin. Deskripsi dari variabel tersebut sebagai berikut:
Statistik uji G adalah analisis diperoleh bahwa Nilai-p0.006 alpha 10persen tolak H0 artinya
model fit dengan Log-Likelihood = -46.451 dan Test that all slopes are zero: G = 32.139, DF = 15, P-Value = 0.006. Untuk Hipotesis
yaitu H0 : Model Tidak Fit semua variabel X tidak signifikan dan H1 : Model Fit minimal ada satu variabel X yang signifikan .
Komponen pada variabel X yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi adalah posisi pemilik PETI, nilai-p 0.062 alpha 10persen maka posisi
berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Nilai odds ratio sebesar 0.062 artinya kecenderungan yang bukan pemilik untuk berpartisipasi lebih tinggi dibandingkan
yang pemilik.
7.2.5 Binary Logistic Regression Partisipasi versus Kelembagaan yang
Efektif dalam Penyelesaian Konflik
Pada aspek kelembagaan yang efektif dalam penyelesaian konflik hubungannya dengan partisipasi responden pada penelitian ini, terdapat 1 variabel
berpengaruh nyata terhadap partisipasi. Variabel tersebut dapat dibaca setelah statistik uji G dibawah ini.