35
Sumber : Sulistiyo 2008.
Gambar 11. Proses Pengembangan Wilayah
2.6.2 Interaksi Sumberdaya Alam - Ekonomi - Lingkungan
Pengelolaan sumberdaya alam pada dasarnya adalah untuk mengadakan transformasi atau pengalihan dari sumberdaya alam menjadi modal ekonomi. Pada
proses transformasi ini terdapat suatu interaksi dengan lingkungan hidup dalam wawasan pembangunan berkelanjutan. Artinya pembangunan berkelanjutan
merupakan satu proses perubahan dan pertumbuhan berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi, berwawasan kewilayahan dan lingkungan hidup serta didukung oleh
transformasi dibidang teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter potensi sumberdaya lokal denga visi masing individu masyarakat atau kelompok
untuk melihat lingkungan sekitar kawasan pertambangan akan lebih maju dan mandiri.
Efisiensi dalam arti bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan bagi setiap marginal produk setiap komoditi adalah sama. Berwawasan kewilayahan dalam
arti bahwa proses transformasi tersebut harus menghasilkan nilai tambah bagi wilayah terdapatnya sumberdaya alam. Berwawasan lingkungan bahwa segenap
biaya pelestarian fungsi lingkugan oleh akibat eksploitasi sumberdaya alam harus
36 dimasukkan ke dalam biaya eksploitasi. Interaksi sumberdaya alam, ekonomi,
lingkungan seperti pada Gambar 12 sebagai berikut :
Sumber : Sulistiyo 2008.
Gambar 12. lnteraksi SDA - Ekonomi - Lingkungan Hidup dan Tujuan Pembangunan
2.6.3 Sistem Pengembangan Sumberdaya Alam.
Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan potensi energi dan sumberdaya mineral untuk mendukung dan mendorong peran ESDM dalam
konvergensi ekonomi antar kabupatenkota di Provinsi Gorontalo, dapat disajikan melalui kaitan integral subsistem dalam pengembangan sumberdaya mineral
tersebut, yaitu meliputi: l.
Subsistem Pemerintah. Subsistem merupakan subsistem yang menetapkan kebijakan serta regulasi yang diperlukan agar proses transformasi
sumberdaya alam dapat mencapai tujuan secara optimal. Tujuan dapat berupa tujuan nasional pada tingkat nasional atau tujuan regional pada
tingkat wilayah provinsi, kabupatenkota. Dalam subsistem ini Pemerintah mengendalikan kebijaksanaan dan
peralatan kebijaksanaan yang meliputi pengaturan standarisasi, perizinan, pengembangan, pengawasan, pembinaan evaluasi dan pengambilan
keputusan. Sebagai penjabaran dari kebijaksanaan pengembangan usaha pertambangan sejalan dengan semangat debirokrasi dan deregulasi untuk
37 mendorong peningkatan investasi dalam upaya pemerataan pembangunan.I.
Subsistem produksi - konsumsi subsistem industri. 2.
Subsistem produksi konsumsi merupakan mata rantai dari hulu produksi sampai dengan hilir konsumsi berikut mata rantai niaga. Subsistem ini
merupakan mata rantai penghasil nilai tambah. Peran serta Pemerintah Provinsi
Gorontalo dalam
menunjang peran
sektor pertambanganpenggalian sebagai sektor penyedia bahan baku. Salah
satunya adalah dengan mendirikan “customer plant dan blending plant” yang dapat digunakan untuk proses pengolahan khususnya berbagai macam
pengolahan bahan galian industri dengan proses yang sama sehingga dapat digunakan oleh banyak perusahaan untuk efisiensi dan efektivitas.
3.6.4 Subsistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .
Pada pengembangan sumberdaya mineral pada dasarnya subsistem ini menyangkut penelitian yang berhubungan dengan mata rantai yang ada di dalam
subsistem pemerintah dan subsistem produksi-konsumsi. Tujuannya adalah agar mampu membantu ke dua subsistem tersebut dalam mengambil keputusan dan
pemecahan masalah baik dari segi inventarisasi, evaluasi sumberdaya dan pengembangan teknologi. Selanjutnya terjadinya proses transformasi tersebut
mungkin untuk menciptakan adanya loncatan produktivitas dalam sektor pertambangan. Saat ini hampir dapat dikatakan perusahaan yang bergerak di
bidang pertambangan di Indonesia cenderung memperluas kapasitas produksi yang pada akhirnya akan mengalami penurunan atau cadangan tertambang akan
habis.
2.6.5 Manajemen Dalam Proses Transfomasi
Manajemen menangani berbagai sumberdaya dan output dari proses transformasi. Sumberdaya meliputi kapital, tenaga kerja, bahan baku sumberdaya
alam, informasi, lingkungan, prasarana dan teknologi serta pasar. Termasuk manajemen terhadap ouput dari proses transformasi yaitu barang dan jasa yang
dihasilkannya. Proses transformasi sumberdaya berguna menciptakan konvergensi ekonomi antardaerah atau wilayah. Hal ini dapat dijadikan bagian acuan dalam
38 proses manajemen pemanfaatan sumberdaya tambang agar sistem yang dibangun
dapat memberikan dampak pada peningkatan fungsi produksi antara lain sumberdaya teknologi, sumberdaya lingkungan, sumberdaya infrusturktur,
sumberdaya pasar, sumberdaya informasi, sumberdaya alam, sumberdaya kapital investasi dan sumberdaya manusia. Model ini tertuang pada Gambar 13.
Sumber : Sulistiyo 2008.
Gambar 13. Kaitan Antara Fungsi Produksi dan Fungsi Manajemen Selanjutnya Gambar 14 menunjukkan bahwa dalam pemanfaatan
sumberdaya harus melalui proses atau mekanisme pengaturan dan tahapan. Agar terjadi suatu proses transformasi diperlukan suatu manajemen agar diperoleh hasil
transformasi yang bermanfaat bagi pemenuhan kepentingan umum baik pada skala nasional, regional maupun masyarakat secara optimal. Hal ini membuktikan
betapa pentingnya proses manajemen sumberdaya agar instrumen dalam manajemen tersebut dapat berjalan sesuai dengan perencanaan, tujuan, kerangka
dasar informasi, indikator yang digunakan serta output yang diharapkan. Manajemen meliputi perencanaan planning, pengorganisasian organizing,
penggerakan actuating, pengawasan controlling, dan penilaian evaluating.
39 Pertanyaan paling utama bagi masyarakat yaitu apakah memiliki niat atau
visi terhadap keterpaduan konsep pemanfaatan. Hal tersebut diperlukan untuk mencapai optimasi produksi efisiensi untuk mengarahkan tingkat pendapatan
masyarakat agar mencapai surplus pasar dan bahkan surplus ekonomi. Adanya proses transformasi tersebut akan memunculkan balikan terhadap output dari input
yang telah diproduksi dalam skala ekonomi tertentu.
Sumber : Sulistiyo 2008.
Gambar 14. Matrik Manajemen Kebijakan Versus Sumberdaya
Sesuai dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah daerah dalam bentuk persentase tertentu dari
pemerintah pusat yang sumbernya berasal dari daerah yang bersangkutan. Bagi hasil sumberdaya alam di dalamnya termasuk penerimaan dari sektor minyak
40 bumi dan gas alam pertambangan umum, kehutanan dan perikanan disajikan pada
Tabel 5 beriku ini. Meskipun Undang-Undang ini telah diterapkan dengan peraturan pemerintah yang baru namun filosofis dari masing-masing peraturan
tentang bagi hasil ini relative hampir sama, karena item-item yang dibagi ke daerah tidak banyak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan pertautran
pemerintah sebelumnya. Diharapkan nanti peraturan bagi hasil ini akan semakin diperbaiki sesuai dengan kebutuhan dan tantangan ekonomi daerah yang semakin
meningkat. Tabel 5. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah
Sumber: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 No
Penerimaan Pusat
Provinsi KabKota
penghasilan KabKota
lainnya
I
Sumberdaya Alam Non-Migas Kehutanan :
- PSDH 20
16 32
32 - IHPH
20 16
64 - Dana Reboisasi
60 40
Pertambangan : - Land rent
20 16
64 - Royalti
20 16
32 32
Perikanan 20
II Sumberdaya Alam Migas
Penerimaan negara setelah dikurang
komponen pajak yang berasal dari
minyak bumi. 84,5
3 6
6 Penerimaan negara
setelah dikurangi komponen pajak
yang berasal dari migas
69,5 6
12 12