31
B. Penerimaan Daerah Dari Pengusahaan Mineral.
Penerimaan daerah atas pengusahaan sumberdaya mineral diperoleh dari pungutan-pungutan negara dalam bidang pertambangan diatur dalam Undang-
Undang No. 11 Tahun 1967 Pasal 28 dengan pelaksanaannya pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 Pasal 52 sampai 63. Peraturan menyebutkan
bahwa pemegang kuasa pertambangan membayar kepada negara berupa iuran tetap, iuran eksplorasi, dan atau iuran eksploitasi dan atau pembayaran-
pembayaran yang lain yang berhubungan dengan kuasa pertambangan yang bersangkutan. Iuran tetap dimaksudkan sebagai imbalan atas kesempatan yang
diberikan pemerintah atas kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi maupun eksploitasi.
Iuran eksplorasi dan atau iuran eksploitasi merupakan iuran atas hasil produksi yang diperoleh dari wilayah kontak karyanya. Hal ini dapat disimak pada
Undang-Undang Pokok Pertambangan Pasal 28 ayat 3, pungutan-pungutan negara tersebut akan dibagikan juga kepada Daerah Tingkat I dan II. Besar pembagian
adalah Pemerintah Pusat 30persen dan Pemerintah Daerah 70persen. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 Pasal 62 yang memuat masalah pembagian hasil
pungutan negara, kemudian direvisi dengan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 1992.
Hasil yang ditunjukkan setelah adanya revisi menyatakan bahwa besar pembagian hasil pungutan negara adalah Pemerintah Pusat 20 persen dan
Pemerintah Daerah 80 persen. Pembagian dari yang 80 persen adalah 16 persen untuk Pemerintah Daerah Tingkat I, 32 persen untuk Pemerintah Daerah Tingkat
II tempat lokasi bahan galian, 32 persen lainnya untuk Pemerintah Daerah Tingkat II yang lain yang ada di provinsi tersebut. Selain dari royalti, penerimaan daerah
juga diperoleh dari pajak-pajak dan iuran lainnya yang ditetapkan sesuai dengan Perda.
32
C. Kontribusi Perusahaan Terhadap Pengembangan Kelembagaan
Masyarakat Perusahaan tetap ada untuk kepentingan stakeholders yaitu mencakup
semua yang mempunyai kepentingan dalam kemakmuran perusahaan yang terdiri dari pemegang saham, karyawan, pemasok, pelanggan dan masyarakat sekitar.
Masyarakat sekitar adalah masyarakat sekitar tambang yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan dan ikut menanggung dampak dari
kegiatan operasional tambang. Untuk itu diperlukan usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program pemberdayaan dan pengembangan
masyarakat community development secara komprehensif dan integral dengan penduduk setempat. Karakteristik kegiatan pengembangan masyarakat di sekitar
daerah tambang, yaitu : 1.
Kegiatan pertambangan yang mempunyai jangka waktu tertentu dalam beroperasi, dan akan berakhir sesuai jumlah cadangannya serta Kontrak
Karya dengan Pemerintah. 2.
Industri pertambangan yang padat modal dan menggunakan teknologi tinggi.
3. Lokasi kegiatan yang berada di wilayah terpencil dengan infrastruktur yang
sangat minim, sehingga diperlukan pembangunan infrastruktur. 4.
Industri pertambangan yang sarat dan erat dengan isu lingkungan. Implementasi dari tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat
sekitar adalah dengan pengelolaan lingkungan yang baik, Bertanggung jawab terhadap aspek lingkungan dan sosial yang ditransformasikan ke
dalam aspek ekonomi wilayah yang ditinggalkan baik setelah eksplorasi maupun setelah penutupan tambang, untuk dapat dimanfaatkan oleh
generasi mendatang, hal ini merupakan konsep pembangunan berkelanjutan dan memiliki komitmen yang kuat atas pengembangan komunitas dan
wilayah disekitar lokasi kerja tambang. Cakupan wilayah kegiatan pengembangan kelmbagaan masyarakat
berdasarkan urutan prioritas, yaitu: Desa dan Kecamatan dalam pengaruh langsung pertambangan, Kecamatan di luar pengaruh langsung pertambangan.
Program kegiatan pengembangan masyarakat yang akan dikembangkan di daerah sekitar tambang akan mencakup kegiatan sebagai berikut :
33 1.
Pengembangan Agribisnis dan Perikanan. 2.
Pengembangan Kesehatan Masyarakat dan lingkungan. 3.
Pengembangan dan Pelestarian Alam. 4.
Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan. 5.
Pembangunan Infrastruktur. 6.
Pengembangan UKM dan kemitraan. 7.
Penguatan Kapasitas MasyarakatPemerintah, Operasional dan Penunjang. Model peningkatan kemandirian ekonomi lokal terhadap tambang beserta
strateginya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Model Peningkatan Kemandirian Ekonomi Lokal Terhadap Tambang
Kuartal I Kuartal II
Kuartal III Kuartal IV
•
Studi pengembangan
pertanianperika nan
•
Intensif training
•
Identifikasi lahan
•
Studi tata ruang
•
Implementasi studi
pertanianperika nan
•
Pemanfaatan lahan
rehabilitasi
•
Pengembangan pertanian
perikanan
•
Pengembangan pertanian
•
Industri perikanan
•
Pelayananjasa
•
Pengembangan teknologi
agribisnis
•
Pengembangan industri
pertanian
•
Pelayananjasa
•
Pengembangan ekspor
agribisnis
Tambang ± 65persen
Tambang ± 50persen
Tambang ± 35persen
Tambang ± 5persen
Non-tambang ±
95persen Non-tambang
±
65persen Non-tambang
± 50persen
Non-tambang ±
35persen
Sumber: Kajian DAS Rona Awal Lingkungan di Daerah sekitar Taman Nasionan Bogani Nani Wartabone. TP LAPI ITB 2009
D. Penggerak Pembangunan DaerahWilayah
Sumberdaya mineral jika dikelola dengan baik akan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi wilayah berupa kontribusi Produk Domestik Bruto
PDRB0, tenaga kerja sehingga pengangguran di daerah sekitar pemanfaatan akan berkurang. Sebagai contoh, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LPEM
– FEUI pada tahun 2001, Kabupaten Kutai Timur memperoleh 74 persen Produk
34 Domestik Regional Bruto PDRB dari sektor pertambangan. Secara khusus, PT
KPC sebagai perusahaan tambang batubara terbesar di daerah tersebut berkontribusi sebesar 30 persen terhadap total Pendapatan Asli Daerah PAD
Kabupaten. Tercatat sebanyak 71.000 orang anggota masyarakat setempat
menggantungkan kehidupannya dari perusahaan. Dari jumlah tersebut sebanyak 7.000 orang diantaranya secara langsung menggantungkan hidup kepada tambang.
Perlu diperhatikan bahwa semua usaha di atas tidak dapat berjalan dan berhasil tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Utamanya pemerintah daerah sebagai
fasilitator dan regulator untuk menumbuhkan keberlanjutan hasil usaha kegiatan pertambangan. Walaupun kegiatan pertambangan sudah usai, manfaat
ekonominya masih terasa dan tetap dapat menggerakkan ekonomi daerah. Manfaat ekonomi yang dimaksud yaitu adanya sumberdaya yang terbarukan telah
mengalami transformasi karena adanya dukungan anggaran serta asistensi yang tersistem dalam suatu model kelembagaan. Sehingga nati peran sumberdaya tidak
terbarukan uasi maka peran dan penerus pengembangan ekonomi disekitar kawasan pertambangan akan terus berjalan.
2.6. Konsep Dasar Pengelolaan Sumberdaya Alam
Terdapat beberapa konsep dan prinsip yang dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan sumberdaya alam. Beberapa konsep dasar tersebut antara lain adalah:
2.6.1 Proses dan Pengembangan Wilayah.
Prinsip dasar pengembangan wilayah adalah pemerataan pembangunan dan hasil hasilnya agar diperoleh suatu konvergensi ekonomi antardaerah.
Pengembangan wilayah merupakan suatu proses transformasi terhadap berbagai faktor masukan yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan berbagai
sumberdaya buatanpenunjang antara lain kapital, prasarana informasi, teknologi dan lingtungan, menjadi keluaran fisik tata ruang, prasaransarana dan
lingkungan fisik dan keluaran nonfisik sosial, ekonomi dan budaya secara
terpadu dan seimbang, seperti ditunjukkan pada Gambar 11 berikut ini.
35
Sumber : Sulistiyo 2008.
Gambar 11. Proses Pengembangan Wilayah
2.6.2 Interaksi Sumberdaya Alam - Ekonomi - Lingkungan
Pengelolaan sumberdaya alam pada dasarnya adalah untuk mengadakan transformasi atau pengalihan dari sumberdaya alam menjadi modal ekonomi. Pada
proses transformasi ini terdapat suatu interaksi dengan lingkungan hidup dalam wawasan pembangunan berkelanjutan. Artinya pembangunan berkelanjutan
merupakan satu proses perubahan dan pertumbuhan berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi, berwawasan kewilayahan dan lingkungan hidup serta didukung oleh
transformasi dibidang teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter potensi sumberdaya lokal denga visi masing individu masyarakat atau kelompok
untuk melihat lingkungan sekitar kawasan pertambangan akan lebih maju dan mandiri.
Efisiensi dalam arti bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan bagi setiap marginal produk setiap komoditi adalah sama. Berwawasan kewilayahan dalam
arti bahwa proses transformasi tersebut harus menghasilkan nilai tambah bagi wilayah terdapatnya sumberdaya alam. Berwawasan lingkungan bahwa segenap
biaya pelestarian fungsi lingkugan oleh akibat eksploitasi sumberdaya alam harus