Keuangan Daerah Struktur Ekonomi

93 Data daerah irigasi baik irigasi teknis dan irigasi non teknis dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Data Daerah Irigasi DI di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005 Data Uraian DI Teknis DI Non Teknis Alale Lomaya Hulu- duo- tamo Mou- tong Ulanta Waduk Perintis Luas Areal Ha Luas Fungsional 425 2263 21 125 7 21 Luas Belum Berfungsi 140 320 79 75 143 179 Luas Rencana 565 2583 100 200 150 200 Panjang Saluran m Panjang Saluran Primer 3130 3130 874 1250 1080 195 Panjang Saluran Sekunder 34467 34467 - - - - Sumber : Balai Sungai Wilayah Sulawesi II 2005

4.5 Tinjauan Demografi Lokasi Penelitian

Tinjauan demografi dalam penelitian ini telah dimulai dengan melakukan wawancara langsung dengan responden dengan dimulai pada kondisi profil rumah tangga responden dengan tujuan unutk lebih mengetahui keadaan dan jumlah keluarga disetiap rumah tangga.

4.5.1 Profil Rumah Tangga Responden

Penelitian ini dimulai dengan mendalami data tentang jumlah kepala keluarga. Nampak bahwa dari total jumlah 83 responden terdiri dari 15 perempuan atau 18,1 persen dan laki-laki 67 atau 80,7 persen serta yang tidak jelas 1 responden atau 1,2 persen. Kepala keluarga lebih didominasi oleh laki-laki bila dibandingkan dengan kepala keluarga perempuan. Perilaku sosial ekonomi ini dapat diinformasikan bahwa meskipun kondisi alam medan penambang tanpa izin serta karakter atau watak penambang cukup keras namun tetap member kesempatan bagi perempuan untuk mengurus rumah tangga keluarga. Hal ini nampak pada Tabel 29. 94 Tabel 29. Jumlah Kepala Keluarga Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid perempuan 15 18.1 18.3 18.3 laki-laki 67 80.7 81.7 100.0 Total 82 98.8 100.0 Missing System 1 1.2 Total 83 100.0 Jumlah kepala keluraga obyek penelitian ini memiliki peran strategis bagi para pihak, karena logika keputusan melembaga yang dibangun dan disepakati oleh responden terutama penambang tanpa izin sangat terkait dengan salah satu aspek yaitu kapasitas pendidikan. Demikian halnya dengan kemampuan responden untuk memahami aturan hukum dan perundang-undangan beserta turunanya terutama berkaitan hokum pertambangan dan bagaimana pelaksanaan praktek penambangan yang baik Good Mining Practice sangat dipengaruhi pula oloh kapasitas pendidikan. Bila ditelaah seperti pada Tabel 30 nampak bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak yaitu pendidikan SLTP dengan jumlah 47 orang atau 56,6 persen dan diikuti oleh pendidikan SD berjumlah 21 atau 25,3persen, sedangkan responden yang tamat pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi yaitu 4 orang atau 4,8 persen serta responden yang tidak sekolah atau tidak berpendidikan yaitu 1 orang atau 1,4 persen. Akan tetapi dalam penelitian ini terdapat 10 atau 12,0 persen responden yang tidak memberikan informasi terkait dengan tingkat pendidikannya, sehingga total responden yaitu 83 orang. 95 Tabel 30. Tingkat Pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tdk sekolah 1 1.2 1.4 1.4 Tamat SD 21 25.3 28.8 30.1 Tamat SMP 47 56.6 64.4 94.5 Tamat SMA- PT 4 4.8 5.5 100.0 Total 73 88.0 100.0 Missing System 10 12.0 Total 83 100.0 Meskipun dirasakan sulit untuk mengeksplorasi data secara terstruktur melalui angket yang telah diedarkan, namun usaha tersebut tidak sia-sia. Karena dari total 83 responden yang berhasil diwawancarai terdapat 54 responden 65,1 persen yang memiliki mata pencaharian penambang tanpa izin dan diikuti oleh petani sebanyak 19 responden atau 22,9 persen serta nelayan sebanyak 4 responden atau 4,8 persen. Namun responden yang tidak menyampaikan tentang pekerjaan utama yang dilakukan yaitu berjumlah 6 responden atau 7,2 persen. Lokasi Penelitian berada di posisir Teluk Tomini yang berada diwilayah administrasi Kabupaten Bone Bolango. Dijumpai sebagian besar masyarakat yang berdomisili di pesisir berprofesi bukan nelayan, terutama masyarakat yang bermukim di wilayah konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals, penduduknya lebih banyak berprofesi sebagai penambang tanpa izin. Demikian pula petani telah banyak yang beralih profesi yang sama bukan karena disebabkan oleh adanya obyek pekerjaan baru yaitu PETI, namun disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah dalam membasmi binatang babi dan hewan lainnya yang memakan tanaman petani seperti jagung, sayur mayur dan tanaman lainnya. “Kitorang ini masih mau bertani, tapi pemerintah tidak memberikan bantuan dan penyuluhan bagaimana membasmi binatang Babi. Seandainya menanam jagung hari ini maka sampai dipanen harus dijaga terus dari Babi Ujair NusaPaci Kuja ,Tokoh Masyarakat dan Petani di Tombulilato ”