Struktur Kelembagaan Dewan Tambang. A.

212 4. Aspek kelembagaan dengan model pendekatan partisipasi yaitu faktor demografi masyarakt dengan jenis kelamin laki-laki memiliki peluang besar dalam partisipasi dibanding kaum perempuan, kemudian lembaga sosial ekonomi seperti koperasi, arisan, karang taruna, organisasi remaja masjid memiliki peluang partisipasi terhadap pemanfaatan sumberday tambang, klaim kepemilikan lahan dan tromol oleh penambang tanpa izin PETI, juga memberikan peluang terhadap partisipasi. Selanjutnya sektor pembungan sarana jalan, sarana perhubungan, sarana penerangan listrik serta prasarana olahraga oleh pemerintah cukup memiliki peluang terhadap partisipasi. Sektor penting lainnya yaitu sarana perekonomian seperti pasar tempat pelelangan ikan memiliki peluang yang baik terhadap partisipasi pemanfaatan sumberdaya tambang kaitanya terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Bone Bolango.

8.2 Saran

1. Proyeksi pemanfaatan lahan oleh masyarakat dan pemegang konsesi secara legal perlu disusun dalam suatu road map yang komprehensif agar masing- masing dapat beraktifitas dengan aman dan nyaman serta dapat hidup berdampingan dan dokumen ini menjadi pedoman buat para pihak untuk diterapkan secara konsisten dan konsekuen. 2. Kelayakan ekonomi tambang perlu memperhitungkan secara cermat aspek eksploitasi, memperkirakan tren eksploitasi jangka panjang, dan juga dapat menetukan tingkat kelayakan cadangan sumberdaya tambang bagi pembangunan jangka panjang melalui penelitian eksplorasi agar menjadi model neraca cadangan tambang yang aktual Mining resources accounting dan dapat menepis isu-isu keraguan pemerintah dalam mempertimabngan arah kebijakan pembangunan ekonomi disektor pertambangan. 3. Cadangan sumberdaya tambang tidak seharusnya dibenturkan dengan cadangan sumberdaya yang lain seperti hutan dan air karena masing-masing memiliki wilayah dan ruang yang berbeda sehingga pendekatan penyelesaian konflikpun harus berbeda meskipun tujuannya sama. Oleh karena itu hampir dapat dipastikan masing-masing sumberdaya tersebut 213 tidak memiliki unsur konflik satu sama lain bahkan masing-masing sumberdaya tersebut memiliki interaksi yang kuat untuk dijaga dan dipelihara ketersediaan dan kelayakan pemanfaatanya dalam skema dimensi deplesi sumberdaya tambang dan degradasi lingkungan, yang bertujuan pada pemanfaatan masing-masing sumberdaya secara rasional dan bertanggung jawab. 4. Kelayakan ekonomi tambang dari aspek ekonomi positif untuk dimanfaatkan secara professional yang tidak didukung oleh kelayakan kelembagaan sosial ekonomi dan kelayakan kelembagaan sosial budaya hanya dapat menciptakan konflik sosial yang berkepanjangan, sehingga dibutuhkan model pengembangan dan perluasan cadangan sumberdaya tambang melalui investasi sosial social capital, terutama peningkatan kapasitas masyarakat di bidang pendidikan dan keterampilan, serta kegiatan sosial keagamaan.

8.3 Rekomendasi

1. Upaya menghilangkan stigma ketidak pastian pemanfaatan dan penguasaan lahan yang telah berjalan selama 40 tahun di wilayah ini dapat dilakukan melalui pendekatan hukum dengan tanpak mengabaikan aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitar wilayah, seperti peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan yang berbasis pada investasi dan industri yang sedang berkembang di Kabupaten Bone Bolango dan membuka akses sarana perekonomian seperti jalan dan jembatan, pasar dan informasi harga komoditi pertanian, serta menjamin pemeliharaan lingjungan terutama keberadaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang menjadi land mark daerah ini sebagi bukti sinergi antara Pemerintah dan PT Gorontalo Minerals serta masyarakat dalam membangun wilayah. 2. Sektor pertambangan kadang dibenci karena selalu diidentikan dengan kerusakan bentang alam yang berakibat pada rusaknya ekosistem dan juga karakter sumberdaya tambang tidak dapat diperbaharui unrenewable sehingga generasi yang akan datang akan mengalami kelangkaan. Akan 214 tetapi sektor ini sering dirindukan karena banyak komponen-komponen yang dibutuhkan manusia saat ini berasal dari sektor pertambangan. Oleh karena itu perlu adanya intervensi teknologi untuk meghambat kelangkaan, misalnya melakukan daur ulang terhadap limbah produksi dan mengalokasikan pendapatan dari sektor ini ke sektor pertanian yang bersifat terbarukan. 3. Perlu adanya penelitian khusus tentang cadangan inventory sumberdaya tambang, dan dipadukan dengan berapa cadangan yang pantas di produksi serta dibutuhkan, agar situasi dan indeks kelangkaan sumberdaya tambang dimasa depan dapat diistimasi sejauh mungkin, dan adanya informasi neraca sumberdaya tambang tersebut dapat menetukan rencana dan arah kebijakan pembangunan ekonomi melalui sektor pertambangan sehingga negara kita akan jauh dari ketidak pastian. 4. Dibutuhkan sebuah lembaga yang didalamnya menujuk orang-orang yang memiliki kredibilitas dan kecakapan tertentu yang berasal dari berbagai pihak Lembaga Tambang Multi pihak yang di luar dari struktur pemerintahan dengan memiliki kewenangan antara lain mengatur penerimaan dana jasa lingkungan dari pihak perusahaan untuk di distribusikan kepada masyarakat untuk mengurangi ketimpangan distribusi bagi hasil yang dianggap belum seimbang dengan beban yang ditanggung oleh daerah penghasil tambang juga mendukung kegiatan sosial ekonomi diluar dari program Tanggung jawab Sosial Perusahaan CSR dan pembangunan masyarakat Community Development yang telah bersifat mandatory bagi perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Anwar A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Tinjauan Kritis. P4W Press. Bogor Indonesia. Aoki M. 2001. Toward a Comparative Institutional Analysis. The MIT Press. Cambridge, Massachusetts, Landon, England Azheri. 2011. Corporate Social Responsibility Dari Voluntary Menjadi Mandatory , Jakarta.: PT Rajagrafindi Persada. Baba Barus. 2005. Kamus SIP Sistem Informasi Geografis . Bogor: Pnerbit SOTIS Studio Teknologi Informasi Spasial Bagian Penginderaan Jauh dan Kartografis Departemen Ilmu Tanah da Sumberdaya lahan, FAPERTA, IPB Budihardjo dkk. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Bandung : Penerbit : Alumni. Budimanta A. 2007. Kekuasaan dan Penguasaan Sumberdaya Alam. Studi Kasus Penambang Timah di Bangka. Jakarta. Penerbit Indonesia Center for Sustainable Development denga Dukungan The Ford Foundation. Daryanto A dan Hafizrianda Y. 2010 Model-Model Kuantitatif Untuk Perencanaan Ekonomi Daerah, Konsep dan Aplikasi. , IPB Press Bogor. Dennis C. Pirages. 1996. Building Sustainable Societies. Penerbit : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data USA. Departemen Kehutanan RI.2010. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. 2000. Peraturan pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Pembagian Penerimaan Sumberdaya Alam. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. 2010.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Echols J, Shadily H. 1996. Kamus Inggris Indonesia . Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 216 Ekawan, 2009. Kajian Daerah Aliran Sungai Rona Awal dan Lingkungan di Daerah sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. PT LAPI. ITB. Fauzi A. 2006 Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama. International Finance Corporation IFC. 2010. Land Acquisition and Infoluntary Resettlement. World Bank Group. Washinton IFC. 2006. Labour and Working Condition. World Bank Gorup. Washington IFC. 2007. Social and Invironmental Assesment and Managament Systems. World Bank Goup. Washington IFC. 2006. Policy on disclosure of Information. World Bank Group. Washington IFC. 2007. Environmental, Health and Safety Guidelines for Mining. World Bank Group. Washington IFC. 2010. Resouerce Efficience and Pollution Prevention. World Bank Group. Washington IFC. 2006. Policy and Performance Standards on Social and Environmental Sustainability . World Bank Group. Washington Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisinis, Bogor : IPB Press. Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor. Diterbitkan IPB Press. Juoro. 7 November 1994. Pertumbuhan dengan Pemerataan. Kompas : halaman John Aldridge, Sutojo. 2005 Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan yang Sehat . Jakarta.: Penerbit Damar Mulia Pustaka. Larsen, Erling Roed. 2006. Escaping the Resource Curse and the Dutch Disease? When and Why Norway Cought up and Forget Ahead of its Neighbors. The American Journal of Economics and Sociology . Laoh Olly Esry .H1989. Dampak Kegiatan Penambangan Emas Pada Perekonomian Sulawesi utara Pendekatan Analisis Input Output , Tesis tidak di publikasiskan KPK IPB UNSRAT Manado. Mitchell, B. Setiawan, Dwita Hadi Rahmi. 2007 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. . Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University Press. 217 Malanuang, L. 2009. Model Pembangunan Daerah Berkelanjutan Melalui Transformasi Struktur Ekonomi Berbasis Sumberdaya Pertambangan ke Sumberdaya lokal terbarukan Studi Kasus Tambang Tembaga dan Emas Proyek Batu hijau PT.Newmont Nusa Tenggara Barat di Sumabwa Barat NTB. Disertasi tidak dipublikasikan. Bogor Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Margaret Blunden and Friends. 1994. Rethinking Public Policy-Making. Penerbit : SAGE Publications London Thousand Oaks. New Delhi. Markus Zahnd. 1999. Perencanaan Kota Secara Terpadu, Teori Perancangan Kota dan Penerapannya . Jogyakarta : Penerbit Kanisius Soegijapranata University Press. Menard,at al, 2005 Hand Book of New Institutional Economics, Published by Springer p.o. Box 17, 300 AA Dordrecht, The Nederland Ostrom E. 2001. The Puzzle Of Counterproductive Property Rights Reform: A Conceptual Analysis . In: De Janvry A, Gordillo AG, Platteau JP, Sadoulet E, eds. Acces To Land, Rural Property And Public Action. P. 127-156 Washington, DC: Island Press Ostrom E, Schlager E. 1996. The Formation Of Property Rights. In: Hanna S, Folke C, Maler KG, eds. Rights to nature: Ecological, economic, cultural, and political principles of institutions for the environment. P. 127-156. Washington, DC: Island Press. Peluso NL. 1996. Forest Trees And Family Trees In An Anthropogenic Forest: Ethics Of Acses, Property Zones And Environmental Changes In Indonesia. Cooperative Studies In Society And History 38: 510-548. Peluso NL. 1995. Whoose Wood Are These? Counter-Mapping Forest Territories In Kalimantan, Indonesia . Antipode 27: 383-406. Prahasta.2004. Sistem Informasi Geografis: Arch View Lanjut Edisi Revisi. Bandung.: Penerbit Informatika Praharsta, 2009. Tutorial Arch View. Bandung.: Penerbit Informatika. Rahardjo Adisasmita, 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Jakarta : Penerbit Graha Ilmu. Ricky Lam and Leonard Wantchekon, 2003. Political Duth Disease. Associate Proffesor of Politics and Economics at New york University. Rustiadi dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta : Penerbit Yayasan Obor Indonesia. 218 Rukminto Adi, 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intirrensi Komunitas . Jakarta.: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suparmoko, 2006. Panduan Analisis Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Konsep, Metode Perhitungan dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE Soelistijo, Ukar W., 2008. Pembangunan Regional Berkelanjutan, ITB, Bandung Suyanto dkk. 2010 A Rapid Land Tanure Assesment Manual for Identifying the Nature of Land Tanure Conflicts . ICRAFT Southeast Asia Regional Office. Bogor. Suryani M. 1991. Kajian tentang Flora dan Fauna di Swaka Margasatwa Bone Kabupaten Gorontalo . Kerjasama dengan PT Aneka Tambang. Jakarta. Sutrisno, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Penerbit : Kanisius Jogyakarta. Todaro, Michael P. 1994 Economics Development. Fifth edition, Longman, New York. London. Todaro, Michael P. Steven C Smith. 2009 Economic Development, Tenth Edition, Pearson Edition Wesley, Boston San Fransisco, New York, London, Toronto Sidney, Tokyo, Singapore, Madrid, Mexico, Montreal. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Republik Indonesia Tentang Kehutanan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Republik Indonesia Tentang Perimbangan Keuangan Anatar Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah . Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Republik Indonesia Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Republik Indonesia Tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Republik Indonesia Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bar a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Republik Indonesia Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.