160
Pendekatan ini hampir tidak dapat ditemui di setiap kegiatan perusahaan baik perusahaan di bidang produksi maupun jasa. Isu yang sangat sensitif pada
kegiatan usaha pertambangan adalah isu lingkungan dimana kegiatan usaha pertambangan selalu diidentikan dengan isu perubahan bentang alam dan hasil
limbahnya dapat menurunkan kualitas sumberdaya air yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk di dunia ini. Pada bagian ini kemungkinan untuk menerapkan
telah dianalisis dengan menggunakan model matematika yang sama dengan asumsi mengelurkan biaya ekstraksi 8 persen. Adapun hasil uji tersebut dapat
dilihat pada grafik dimana meskipun nilai cadangan mineral logam ini tidak banyak mengalami penurunan sampai umur usaha pertambangan 30 tahun namun
penurunan nilai cadangan ini hampir memiliki tren yang sama dengan grafik sebelumnya. Dari hasil di atas terlihat bahwa perubahan harga cukup sensitif pada
periode awal ekstraksi selanjutnya tidak banyak mengalami perubahan karena menurunnya cadangan. Sementara besaran biaya lingkungan cukup berpengaruh
terhadap besar ekstraksi pada periode awal dimana biaya lingkungan yang rendah akan meningkatkan ekstraksi pada periode awal dan ketika biaya tersebut
meningkat ekstraksi juga menurun karena pengaruh biaya yang harus dikeluarkan menyebabkan ekstraksi tidak optimal jika harus dalam jumlah besar.
VII. ANALISIS MODEL KELEMBAGAAN SEBAGAI SINTESA KERANGAKA RESOLUSI KONFLIK
7.1 Analisis Fakta dalam Pendekatan
Institutional Governance
Aspek institusional governance akan lebih dioptimalkan analisisnya dalam rangka mencapai penjelasan ilmiah terkait dengan variabel-variabel yang telah
diajukan dalam angket. Aspek ini demikian pentingnya juga karena terkait dengan beberapa alasan yaitu: 1 isu negatif terhadap kegiatan usaha pertambangan
terutama pada aspek kerusakan lingkungan, ketimpangan antara wilayah dan klaim penguasaan lahan PETI sejatinya dapat dihindari bila ada proses
penyadaran institutional kepada masyarakat sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan secara melembaga; 2 hal ini dapat dilakukan bila ada asumsi ilmiah
yang dilakukan melalui model pengembangan dan pendalaman persepsi masyarakat dan rona awal sosial ekonomi masyarakat sekitar pemanfaatan
sumberdaya tambang; 3 oleh karena prinsip tatakelola kelembagaan dalam penelitian ini akan diawali dengan membangun model data tentang aspek-aspek
yang dibutuhkan untuk dijadikan rujukan awal. Adapun lokasi yang menjadi sampel dalam penelitian dapat ditunjukkan pada pada Lampiran 9 Tabel sebaran
sampel lokasi pengambilan data. Model kelembagaan dalam penelitian ini diarahkan pada sembilan unsur
yang terkandung dalam tatakelola atau yang dikenal dengan good governance seperti yang telah dijelaskan oleh United Nation Development programe UNDP
mungkin menjadi bagian pedoman pada model kelembagaan yang baik dalam konteks pengelolaan pertambangan di Kabupaten Bone Bolango. Setelah
dicermati dari sembilan unsur tersebut maka ada enam unsur tatakelola yang menjadi bagian pedoman. Enam unsur tersebut yaitu:
7.1.1 Peran Hukum Rule of Law
Pengertian peranan hukum dalam model kelembagaan sumberdaya tambang lebih dipandang bahwa hukum harus mencerminkan nilai keadilan dan
kesamaan setiap orang didepan hukum melalui upaya penegakan hukum law inforcement
dan hak asasi manusia. Mendalami hasil analisis pada unsur peran
162 hukum dalam penelitian ini digunakan keterkaitan antara penegakan hukum
dengan aktivitas penambang tanpa izin PETI yang selama ini menjadi isu konflik dan menjadi bahan perdebatan bahkan telah masuk pada rana politik
disetiap forum berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya tambang. Masalah ini dimulai dengan sejarah permulaan penambang tanpa izin.
Berdasarkan hasil wawancara kegiatan PETI ini dimulai sejak 1985 yaitu seorang responden, tahun 1989 yaitu dua orang responden, tahun 1990 yaitu lima orang
responden, tahun 1991 yaitu satu orang responden, kemudian pada tahun 1992 yaitu sepuluh responden. Mulai kembali lagi tahun 1997 yaitu 1 responden, tahun
2005-2010 masing-masing 1 responden dan terakhir tahun 2011 yaitu 2 responden dengan total 27 responden yang menjawab pada bagian ini atau 32,5 persen dari
total 83 responden. Terlihat terjadi lonjakan Penambang Tanpa izin pada tahun 1992 dimana terdapat 10 responden yang menjawab permulaannya menambang di
wilayah berhimpitan langsung dengan konsesi kontrak karya PT Gorontalo Minerals.
Permulaan dari penambangan ini yaitu di dusun Mohutango tepatnya berada di sudut utara sebelah kiri peta konsesi kontrak karya. Daerah ini di bawah
administrasi Kecamatan Suwawa Timur yang merupakan pemekaran Kecamatan Suwawa. Kemudian semakin meluas ke wilayah bekas titik bor penelitian
eksplorasi oleh pemegang konsesi sebelumnya diantaranya PT New Crase, PT BHP, PT Yutah Pasific. Perusahaan ini melepas kontrak karyanya ke perusahaan
lain yaitu PT Gorontalo Minerals merupakan pemegang hak kontrak karya generasi ke tujuh. Adapun alasan pelepasan ini take over belum dapat dijumpai
sampai saat ini namun informasi dari para penambang karena perusahaan itu telah menemukan cadangan yang lebih besar di wilayah lain. Adapun awal mulai
kegiatan penambang tanpa izin dapat dilihat pada Lampiran 10. Tabel awal mulai penambang tanpa izi PETI.
Selanjutnya dalam analisis ini yaitu hubungan penambang tanpa izin dengan pengelolah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone lebih diartikan dalam
konteks kelembagaan hukum di saat wilayah ini masih bagian dari TN. Pada di lokasi penelitian terdapat Kantor Sub Balai Taman Nasional Bogani Nani
Wartabone yang berlokasi di Desa Bube Kecamatan Suwawa. Di kantor ini