berkomunikasi dalam kedua bahasa itu. Hal ini sejalan denga prinsip yang sejak lama terus dipertahankan dalam kehidupan pesantren yaitu al-
muhafazhoh ‘alal-qodimish-sholih wal-akhdzu bil jadidil-ashlah atau melestarikan barang lama yang baik dan mengambil barang baru yang lebih
baik. Untuk mendidik santri-santri, Muallim dibantu oleh beberapa orang guru.
Tetapi yang menangani keseluruhannya tetap beliau. Adapaun guru-guru bantu yang sudah dipertimbangkan oleh Muallim diantaranya adalah murid-
murid Muallim yang memenuhi syarat menjadi pengajar, antara lain KH Muhammad Sholeh Zawawi, KH. Sabilar Rosyad, KH. Syaifudin Amsir, dan
lain-lain. Juga pengajar-pengajar lain yang merupakan mutakharrijin dari luar negeri diantaranya KH. Syarifuddin Abdul Ghani keluaran Mekkah dan
terkenal sebagai ahli hadits, KH. Luthfi Fathullah pakar hadits, dan lain- lain.
Ada yang unik dari pesantren Arba’in ini. Jika yang masyhur di pesantren- pesantren lain menggunakan kitab Nahwu Alfiyyah ibnu Malik, tapi di kitab
Nahwu yang diajarkan di pesantren tersebut justru Syarah al-Kafrawi. Hal ini membuat terkejut para santri dan mendorong rasa ingin tahu mereka akan hal
tersebut, karena menurut mereka kitab Kafrawi merupakan kitab Nahwu kelas rendah jika dibanding kitab-kitab Nahwu yang lain seperti Alfiyyah ibn Malik,
Syarh Ibn ‘Aqil, dll. Namun ternyata justru yang memilih Kitab Kafrawi sebagai kitab Nahwu yang diajarkan adalah Muallim sendiri. Muallim
mengatakan, “Bahwa kita jangan memandang kecil besarnya kitab tapi kita
menandang bahwa semuanya ilmu, mudah-mudahan dari justru dari belajar yang kecil itu Allah berikan pemahaman. Kita jangan suka menghina kitab
yang kecil, karena ketika kita nisbahkan atau muqobalahkan dengan kitab- kitab yang besar, karena bisa jadi masalah-masalah, hal-hal yang tidak ada
pada kitab yang besar tapi ada pada kitab yang kecil ”. Hal ini sesuai dengan
kaidah:
ح ا ف ج ي ا ف ج ي
“Terkadang ada ikan yang bisa ditemukan di dalam sungai tapi tidak ditemukan di dalam laut”.
Selain itu alasan mengapa Muallim memilih kitab Kafrawi karena pengalaman beliau ketika itu mengaji Kafrawi termasuk sebab Allah
memberikan futuh pemahaman ilmu kepada beliau. Artinya Allah memberi futuh tidak harus dari kitab-kitab yang besar tapi bisa jadi dari kitab-kitab
yang kecil.
26
4. Mencetak Murid-murid yang Berkualitas
Cita-cita serta niat yang tulus serta dari Muallim untuk mencetak generasi- generasi muda penerus dakwah Islam merupakan perhatian yang luar biasa
terhadap kelangsungan dakwah. Pembangunan pesantren al- ‘Arba’in merupakan
salah satu wujud realistis dari harapan beliau. Rencana yang matang serta keikhlasan beliau dalam mencetak muballigh-muballigh muda dituangkan
seluruhnya di dalam pesantren tersebut. Muallim turun langsung untuk mengajar santri-santri, selain itu beliau memilihkan guru-guru terbaik dan berkualitas untuk
mengajar para santri al- ‘Arba’in agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Selain di dunia pesantren ada juga beberapa yang meminta mengaji khas kepada Mu’allim, mengikuti majelis ta’lim yang diasuhnya secara rutin hingga ke
berbagai tempat- tempat Muallim mengajar. Kualitas keilmuan Mu’allim inilah
yang menjadikan murid-murid beliau senantiasa mengikuti kemanapun beliau mengajar. Diantara murid-murid beliau yang sekarang berhasil meneruskan
perjuangan dakwah dan masyhur adalah:
26
Wawancara dengan KH. Bahruddin Pimpinan Ponpes Darul Hikam, Ciputat, murid Muallim Syafi’i Hadzami. Beliau termasuk salah satu santri angkatan pertama Ma’had Arba’in
yang merupakan santri terbaik yang mendapat hadiah umroh pada waktu itu. Sabtu, 17 September 2016, pukul 15.30 WIB
a. KH. Saifuddin Amsir
27
b. Mu’allim Bunyamin Kelapa Dua
28
c. Mu’allim Ubaidillah Hamdan
29
Jurangmangu d.
KH. Fakhruddin al-Bantani Bintaro
30
e. KH. Haris Hakam Parung
31
f. KH. Bahruddin Pondok Ranji, Ciputat
32
g. KH. Shofwan Nizhomi
33
h. dan lain-lain
27
Salah satu murid Mu’allim Syafi’i yang tertua. Beliau merupakan ahli fikih dan termasuk dalam salah satu Rais Syuriah PBNU sampai periode 2015. Beliau juga mendirikan Ponpes yang
diberi nama al- ‘Asyirah al-Qur-aniyyah juga pendiri Ma’had Zawiyah Jakarta.
28
Sebelum meninggal Mu’allim Syafi’i berpesan jika beliau sudah tidak ada umur, maka murid-
murid beliau disarankan mengaji kepada Mu’allim Bunyamin. Mu’allim Bunyamin lebih condong kepada ilmu tasawwuf. Banyak yang menyebutnya ia sebagai seorang sufi.
29
Kiai Betawi ini merupakan lulusan pesantren al- ‘Arba’in angkatan pertama. Beliau
sekarang menjadi muballigh dan mendapat sebutan Mu’allim karena kualitas keilmuannya. Ulama
kharismatik ini mendirikan Pondok Pesantren Darul Mushtofa.
30
Murid Mu’allim yang cerdas dan berwibawa ini adalah Pimpinan Majelis Ta’lim al- Bantani. Mengajar di puluhan Majelis Ta’lim yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta. Pesantren
nya saat ini sedang tahap pembangunan dengan nama Ponpes Ghou tsul ‘Ibad.
31
Merupakan murid Mu’allim Syafi’i Hadzami dari masih usia muda. Beliau sekarang menjadi muballigh yang masyhur dan sering mengisi acara ta’lim yang ditayangkan beberapa
stasiun televisi. Beliau juga mendirikan pesantren Persilaan as-Safinah di daerah Parung.
32
Beliau termasuk salah satu santri angkatan pertama Ma’had Arba’in yang merupakan santri terbaik yang mendapat hadiah umroh pada waktu itu. Beliau juga pendiri sekaligus pimpinan
Ponpes Darul Hikam, Ciputat.
33
Beliau saat ini menjadi muballigh terkenal di kalangan masyarakat Betawi khususnya Jakarta Selatan.