Mengajar Ta’lim di Berbagai Wilayah DKI Jakarta

“Isnad itu sebagian dari urusan agama. Bila tidak ada isnad, setiap orang akan mengatakan apa yang diinginkannya.” 21

2. Mengarang Berbagai Macam Kitab

Mu’allim Syafi’i termasuk salah satu Ulama yang produktif. Beliau mengarang berbagai macam kitab dalam bidang keilmuwan dari fiqih, tauhid, sampai qiraat. Diantara kitab-kitab karya beliau adalah: a. Tawdhih al-Adillah, Seratus Masalah Agama. Buku ini merupakan tanya jawab yang diasuhnya di Radio Cendrawasih. Hingga kini, sudah terbit dalam 7 jilid dan telah berkali-kali dicetak ulang, yang peredarannya bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negri jiran Malaysia. b. Sullamu alArsy Qira’at Warsy. Risalah ini selesai disusun pada tanggal 24 D zulqa’idah 1376 H 1956 M. Jadi, KH. Syafi’i Hadzami menyusunnya di usia muda, yaitu pada usia 25 tahun. Risalah yang setebal 40 halaman ini berisi kaidah-kaidah khusus dalam pembacaan al- Qur’an menurut Syekh Warasy dan terdiri dari mukadimah, sepuluh mathlab pokok pembicaraan, dan satu khatimah penutup. c. Qiyas Adalah Hujjah Syariyyah. Risalah ini merupakan karya dalam bidang ushul fiqih. Dalam risalah ini, dikemukakan dalil-dalil dari al- Qur’an, 543 hadis, dan Ijma’ ulama ,yang menunjukan bahwa qiyas merupakan salahsatu argumentasi syariah. Risalah ini selesai disusun pada tanggal 13 Shafar 1389 H bertepatan dengan 1 Mei 1969 M. d. Qabliyyah Jum’at. Risalah ini membahas kesunatan shalat sebelum Jumat dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Dalam risalah ini dikemukakan nash-nash all-Quran. hadis, dan para ahli fikih. 21 Wawancara dengan KH. Bahruddin Pimpinan Ponpes Darul Hikam, Ciputat, murid Muallim Syafi’i Hadzami. Beliau termasuk salah satu santri angkatan pertama Ma’had Arba’in yang merupakan santri terbaik yang mendapat hadiah umroh pada waktu itu. Sabtu, 17 September 2016, pukul 15.30 WIB e. Shalat Tarawih. Untuk memenuhi kaum muslimin akan penjelasan tentang shalat Tarawih Di dalamnya dikemukakan dan dijelaskan dalil-dalil dari hadis dan keterangan para ulama yang berkaitan dengan shalat tarawih. Mulai dari pager-timnya, ikhtilaf tentang jumlah rakaatnya, cara pelaksanaanya, dan lain-lain dibahas dalam risalah ini. f. ‘Ujalah Fidyah Shalat. Risalah yang dituliskan pada tahun 1977 ini membahas perbedaan pendapat tentang pembayaran fidyah mengeluarkan bahan makanan pokok untuk seorang muslim yang telah meninggal dunia yang di masa hidupnya pernah meninggalkan beberapa waktu shalat fardhu. Risalah ini disusun karena adanya pertanyaan tentang masalah tersebut yang diajukan oleh seorang jamaah pengajiannya. g. Mathmah al-Ruba fi Ma’rifah al-Riba. Dalam risalah ini dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan riba, seperti hukum riba, benda-benda ribawi, jenis-jenis riba, bank simpan pinjam, deposito, dan sebagainya. Risalah ini selesai ditulis pada tanggal 7 Muharam 1397 H 1976 M. Bukan hanya karangan kitab- kitab namun dalam do’a akhir majelis yang sering dibaca setiap selesai majelis ta’lim masyarakat Betawi, enam bait pertama mukaddimah do’a tersebut disusun oleh Mu’allim KH.M. Syafi’i Hadzami dan sampai saat ini selalu dibaca di kalangan masyarakat Betawi setiap akhir majelis ta’lim. Suatu ketika dalam sebuah majelis ta’lim beliau, salah seorang jamaahnya bernama Bapak Ismail yang berasal dari Rawabelong, mengatakan kepada beliau, “Mu’allim, kalau baca do’a kok kita langsung aje? Enggak pake baca alhamdulillah sama sholawat. ” maksudnya langsung baca ya Rabbana tarafnaa, dan seterusnya. Mu’allim menjawab, “Ya, memang begitu adanya.” “Enggak enak, Mu’allim Tolong deh dibikinin, biar ada alhamdulillah dan shalawatnya.” Begitu permintaan Bapak Ismail. Akhirnya Mu’allim membuat mukaddimahnya yang susunannya mengikuti do’a tersebut. 22 22 Ibid., hlm. 321-322 Keterangan: Mukaddimah doa tersebut di atas, yaitu enam bait pertama disusun oleh KH. M. Syafi’i Hadzami.

3. Merintis Lembaga Pendidikan

a. Pendirian Yayasan

Pada tahun 1963 sewaktu Mu’allim Syafi’i Hadzami baru mengajar pada 14 majelis taklim, terbentuk sebuah badan yang bernama BMMT Badan Musyawarah Majelis Taklim yang mengkoordinasikan majelis-majelis itu. Badan ini dibentuk setelah memperhatikan kesungguhan dan ketekunan para jamaah Do’a yang Dibaca Setiap Akhir Majelis KH. M. Syafi’i Hadzami ِمْسِب ِها ِنَمْحَّلا ِمْيِحَّلا غ ا ع ♦ فغ ح ا ح ا ق ح ♦ أا ف ف ا ه اس ♦ ا ها اص خ ي ♦ إ جي ٰ ع ج ك حص ا ♦ ا ا أاٰ ع جعأا ع ♦ ا ا ق ف ف قا ♦ ف عا ي ف س ٰ ظ ٰ ع ♦ ف س إ ه ح ك سغ ♦ ه ي ع ف ع ا ي ♦ ا ع ا سا ي ♦ ي ا فغا ا ا ئ س ♦ ا خإا هأا ه حص يج ♦ ه ح ك ع سا ي ي ♦ ع ج ي س ا س ك ا ♦ اً ج ًا ف س ٰ ظح ♦ س ا ٰ فطص ح ا ع هي ع ♦ س ص حس ا شط ا ع ♦ حص ا ه آ ه ا ء ا ف ♦ إ ح ا majelis-majelis taklim dalam menuntut ilmu. Ide pendiriannya datang dari Mu’allim sendiri yang ketika itu berusia 32 tahun sebagai pengasuh majelis- majelis taklim teresebut. BMMT tersebut diberi na ma Al ‘Asyirotusy Syafi’iyyah. Semakin bertambahnya jumlah majelis taklim beliau menjadi 26 buah juga karena semakin berkembangnya kegiatan BMMT, maka untuk melancarkan gerak dan usahanya di bidang sosial, pendidikanpengajaran, dan lain-lain, pengurus BMMT al ‘Asyirrotusy Syafi’iyyah dengan berlandaskan musyawarah mufakat segenap anggota majelis taklim pada tahun 1975 dengan Akta Notaris M.S. Tadjoedin No. 288 tertanggal 30 Juni 1975, lahirlah suatu yayasan yang bernama Yayasan BMMT al Asyirotusy Syafi’iyyah dengan ketua umum KH. M. Syafi’i Hadzami. Untuk mewujudkan cita-citanya di bidang sosial, Yayasan BMMT al- ‘Asyirotus Syafi’iyyah 23 bertekad untuk lebih menggiatkan para anggota majelis taklim dalam pembinaan mental akhlak Islam dengan bimbingan praktis ke arah terjalinnya kerukunan hidup dan kegotong-royongan di segala bidang kehidupan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Sedangkan cita- cita dalam bidang pedidikan diupayakan untuk diwujudkan melalui tiga jalan usaha. Pertama, melalui majelis-majelis taklim, yayasan memberikan penyuluhan- penyuluhan lisan dan tulisan bagi jamaah majelis taklim pada khususnya dan warga Ibukota umumnya ke arah kemajuan pengetahuan ilmu agama Islam dan pengembangan jiwa ibadah. Kedua, melalui penyelenggaraan kursus-kursus yang intensif dan terarah, berusaha secepatnya untuk dapat mencetak sebanyak mungkin guru-guru agama, muballigh, dan lainnya, pria maupun wanita, untuk dapat mengisi kekurangan. Ketiga, melalui penyelenggaraan pendidikan pesantren, berusahan untuk turut membangun generasi muda Islam melalui penyediaan fasilitas ruang kehidupan belajar di mana para pemuda dan pemudi Islam dididik sepenuhnya agat menjadi pewaris-pewaris ulama, patriot-patriot dan 23 Al- Asyirotusy Syafi’iyyah arti ya keluarga besar pe gikut adzhab Syafi’i atau I a Syafi’i. Mu’alli Syafi’i Hadza i erupaka seora g Ula a pe ga ut adzah terseebut da guru- guru ya pu ber adzhab Syafi’i. geneerasi penerus umat Islam yang dinamis, militan, dan dapat diandalkan dalam membangun masyarakat ibukota yang religius. 24

b. Jenis-Jenis Pendidikan yang Diselenggarakan

1 Mendirikan TK – Madrasah Tsanawiyyah Perguruan al ‘Asyirotus Syafi’iyyah menyelenggarakan pendidikan dari tingkat TK hingga Aliyah. Sejak berdiri perkembangannya cukup pesat bahkan muridnya pernah mencapai 500 murid. Tetapi berangsur-angsur sampai sekarang mengalami penurunan. Faktor utamanya karena penggusuran rumah di sekitar yayasan, dengan adanya penggusuran otomatis murid-murid berkurang. Di samping juga karena persaingan antar perguruan pun makin meningkat. Sampai saat ini hanya dari TK-Tsanawiyyah sedangkan Madrasah Aliyahnya sudah ditiadakan. 2 Proyek Pesantren Arba’in Keberhasilan menelurkan sejumlah besar ulama yang berkualitas tinggi adalah berkat metode pendidikan sistem pesantren yang dikembangkan oleh para kiai. Tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid-murid dengan berbagai pengetahuan, tetapi juga untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, serta menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Dalam rangka menyiapkan kader-kader ulama yang memiliki bekal yang dapat diandalkan itulah, maka Muallim merencakan membuat sebuah pesantren khusus. Pesantren tersebut direncakan menampung santri sebanyak 40 orang. Nama yang diberikan untuk pesantrennya adalah Ma’had al- ‘Arba’in atau lengkapnya Ma’had al-‘Arba’in al-Islami as-Salafi as-Sunni 24 Ibid., hal. 129-133