`
atau Guru Cit, pelanjut kakeknya yang mendirikan Langgar Tinggi di Pecenongan, Jakarta Pusat.
Pada pertengahan abad ke-19 hingga abad ke-20 terdapat sejumlah sentra intelektual Islam di Betawi. Seperti sentra Pekojan, Jakarta Barat, yang banyak
menghasilkan intelektual Islam. Di sini lahir Syekh Djuned Al-Betawi yang kemudian menjadi mukimin di Mekah. Di sini juga lahir Habib Usman Bin
Yahya, yang mengarang puluhan kitab dan pernah menjadi mufti Betawi. Kemudian, sentra Mester Jatinegara, dengan tokoh Guru Mujitaba, yang
mempunyai istri di Bukit Duri. Karena itulah ia secara teratur pulang ke Betawi. Guru Mujitaba selalu membawakitab-kitab terbitan Timur Tengah bila ke Betawi.
Dia punya hubungan dengan Guru Marzuki Cipinang, yang melahirkan sejumlah ulama terkemuka, seperti KH Nur Ali, KH Abdullah Syafi’ie, dan KH Tohir
Rohili. Juga, sentra Tanah Abang, yang dipimpin oleh Al-Misri. Salah seorang
cucunya adalah Habib Usman, yang mendirikan percetakan 1900. Sebelumnya, Habib Usman hanya menempelkan lembar demi lembar tulisannya pada dinding
Masjid Petamburan. Lembaran itu setiap hari digantinya sehingga selesai sebuah karangan. Jamaah membacanya secara bergiliran di masjid tersebut sambil
berdiri.
48
Pembacaan rawi, manaqib, ratib juga banyak dijumpai di penjuru daerah masyarakat Betawi. Persentuhan Islam dengan budaya Betawi tanpa menimbulkan
konflik. Hal ini bisa terjadi karena Islam yang hadir di Betawi lebih bermadzhab Syafi’i dan berfaham Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang cenderung lebih toleran dan
inklusif serta menghargai budaya dan tradisi lokal. Organisasi Islam yang berfaham Wahabi kurang mengakar di kalangan masyarakat Betawi karena
organisasi tersebut kerapkali mengecam apa yang dinamakan TBC tahayyul, bid’ah, dan khurafat.
49
48
https:alwishahab.wordpress.com20091210penyebaran-islam-di-betawi-2 diakses pada 19 Januari 2015
49
Ahmad Fadli, HS, Ulama Betawi, Jakarta: Manhalun Nasyi-in Press, 2011, hal. 61-63
`
F. Penelitian yang Relevan
Penulisan kajian tentang kontribusi KH. M. Syafi’i Hadzami ini memiliki
penelitian yang relevan, diantaranya: 1.
Ahmad Fadli, HS., sebuah tesis yang berjudul “Ulama Betawi: Studi Tentang Jaringan Ulam Betawi dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Islam
Abad ke-19 ”, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia tahun 2006. Tesis
ini kemudian dicetak menjadi buku pada tahun 2011 dengan judul “Ulama
Betawi” disertai penambahan materi yang tidak ada pada saat berbentuk tesis. Tesis atau buku itu berisi penelitian tentang jaringan ulama Betawi yangn
belajar langsung kepada ulama Timur Tengah, khususnya Mekkah dan Madinah serta upaya pembaharuan keagamaan di Betawi abad ke-19 dan 20.
2. Sobri, sebuah skripsi yang berjudul “KH. Thohir Rohili, Riwayat Hidup dan
Perjuangannya di Kalangan Masyarakat Betawi ”, UIN Syarif Hidaytullah
Jakarta, tahun 2006. Pada skripsi ini diuraikan bagaimana biografi, aktivitas serta peranan KH. Thohir Rohili terhadap masyarakat Betawi.
3. Maya Maryati, sebuah skripsi yang berjudul “Peran KH. Ahmad Sanusi dalam
Pendidikan Islam”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Pada skripsi ini diinformasikan biografi serta peranan KH. Anwar Sanusi dalam pendidikan
Islam.
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah, maka upaya merekonstruksi masa lampau dari objek penelitian itu ditempuh melalui metode
Historis, yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi atau kritik sejarah, interpretasi: analisa dan sintesis, dan penulisan.
1
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Kontribusi KH. Muhammad Syafi’i Hadzami dalam Pendidikan Islam” ini dilaksanakan di Pesantren Al-‘Asyirotus Syafi’iyyah,
tepatnya di daerah Jl. KH. M. Syafi’i Hadzami, Gandaria, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Dalam proses pengumpulan data dibagi menjadi tiga tahap: Pertama, tahap persiapan dimulai pada tanggal 28 April 2016. Pada tahap
persiapan ini, penulis merinci daftar keluarga KH. M. S yafi’i Hadzami. Mulai dari
istri, anak, sampai murid-murid beliau. Kedua, pada bulan Mei 2016 penulis pertama kalinya berangkat ke Pesantren Al-
‘Asyirutos Syafi’iyah di Gandaria yang dibangun oleh KH. M. Syafi’i Hadzami untuk memperoleh sumber-sumber
tertulis yang diperoleh dari lembaran ataupun buku-buku autobiografi, tulisan tentang beliau ataupun karya-karya beliau. Selain itu penulis silaturahmi ke rumah
keluarga KH. M. Syafi’i Hadzami yang berada di pesantren tersebut guna mendapatkan informasi tentang beliau. Penulis juga memperoleh kutipan yang
bersangkutan dari perpustakaan, internet, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan kontribusi KH. M. Syafi’i Hadzami
dalam pendidikan Islam dari beberapa sumber sebagai sumber sekunder. Pada Mei 2016, penulis pun berangkat kedua kalinya ke Gandaria tepatnya
pesantren beliau guna mencari dokumentasi yang tersedia sekaligus digunakan untuk penelitian dalam bentuk wawancara dengan salah seorang keluarga dari
KH. M. Syafi’i Hadzami. Setelah didapatkan hasil wawancara dari keluarga- keluarga beliau, kemudian penulis mendatangi murid-murid beliau yang
umumnya sekarang masyhur menjadi ‘Ulama penerus beliau di daerahnya
1
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 1995, hal. 91