Data Primer Sumber Data

karya pribadi, surat-surat pribadi, catatan-catan pribadi, data yang tersimpan di website, dll.

E. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis isi content analysis yang merupakan proses memilih, membandingkan, menggabungkan, memilih berbagai pengertian hingga ditemukan pengertian yang relevan dengan fokus penelitian. 9 Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan. 9 Amin Abdullah, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multi Disipliner, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semester, 2006, hal. 226 33

BAB IV PEMBAHASAN

“KONTRIBUSI KH. M. SYAFI’I HADZAMI DALAM PENDIDIKAN ISLAM”

A. Pengertaian Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Kontribusi dalam pendidikan Islam berarti kontribusi atau sumbangan tersebut bisa dipakai untuk kepentingan ilmu pengetahuan keislaman. Contoh: KH. Muhammad Syafi’i Hadzami telah banyak berkontibusi dalam bidang keilmuan fiqih yang memudahkan masyarakat mengetahui dalil-dalil dalam permasalahan kehidupan sehari-hari.

B. Guru, Muallim, Ustadz, Sayyid dan Habib

Masyarakat Betawi mengklasifikasi para ulama dan penganjur agama ke dalam tiga kriteria, pertama adalah Guru, yaitu ulama ang mempunyai keahlian dalam suatu disiplin ilmu tertentu, mempunyai otoritas untuk mengeluarkan fatwa dan memiliki kemampuan mengajar kitab. Seorang Guru biasanya memiliki kemampuan mengajar kitab. Seorang Guru biasanya menghabiskan seluruh waktunya di masjidnya saja, biasanya di dekat masjidnya itu berdiri komplek madrasah. Guru tidak keluar dari lingkungannya karena masyarakatlah yang mendatanginya. Kriteria berikutnya adalah Mu’allim. Seorang mu’allim itu mempunyai otoritas untuk megajarkan kitab tetapi belum memiliki otoritas untuk mengeluarkan fatwa. Seorang mu’alllim masih aktif mendatangi kelompok-