Data Sekunder Sumber Data

33

BAB IV PEMBAHASAN

“KONTRIBUSI KH. M. SYAFI’I HADZAMI DALAM PENDIDIKAN ISLAM”

A. Pengertaian Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain. Kontribusi dalam pendidikan Islam berarti kontribusi atau sumbangan tersebut bisa dipakai untuk kepentingan ilmu pengetahuan keislaman. Contoh: KH. Muhammad Syafi’i Hadzami telah banyak berkontibusi dalam bidang keilmuan fiqih yang memudahkan masyarakat mengetahui dalil-dalil dalam permasalahan kehidupan sehari-hari.

B. Guru, Muallim, Ustadz, Sayyid dan Habib

Masyarakat Betawi mengklasifikasi para ulama dan penganjur agama ke dalam tiga kriteria, pertama adalah Guru, yaitu ulama ang mempunyai keahlian dalam suatu disiplin ilmu tertentu, mempunyai otoritas untuk mengeluarkan fatwa dan memiliki kemampuan mengajar kitab. Seorang Guru biasanya memiliki kemampuan mengajar kitab. Seorang Guru biasanya menghabiskan seluruh waktunya di masjidnya saja, biasanya di dekat masjidnya itu berdiri komplek madrasah. Guru tidak keluar dari lingkungannya karena masyarakatlah yang mendatanginya. Kriteria berikutnya adalah Mu’allim. Seorang mu’allim itu mempunyai otoritas untuk megajarkan kitab tetapi belum memiliki otoritas untuk mengeluarkan fatwa. Seorang mu’alllim masih aktif mendatangi kelompok- kelompok pengajian untuk mengajarkan kitab. Ktiteria ketiga adalah Ustadz yang mengajarkan ilmu pengetahuan dasar agama termasuk membaca al- Qur’an. 1 Selain dari tiga kriteria tersebut, masyarakat Betawi juga memakai istilah Sayyid dan Habib bagi para ulama keturunan Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Hadramaut dan Makkah. Orang-orang Arab yang bermukim di Betawi sebagian besar dari Hadramaut. Hanya satu dua di antara mereka yang datang dari Maskat, di tepian teluk Persia, dari Yaman, Hijaz, Mesir atau dari pantai Timur Afrika. 2 Orang Hadramaut datang ke Betawi secara masal pada tahun terakhir abad ke-18. Mereka kebanyakan tinggal di Pekojan, Tanah Abang dan Krukut. Sayyid secara etimologi berarti “tuan” atau “junjungan”. Dalam msyarakat Arab golongan sayyid adalah mereka yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW melalui putrinya, Fatimah az-Zahra dan melalui cucunya Husein bin Ali bin Abi Thalib. Sedangkan keturunan Nabi Muhammad melalui cucunya yang lain, Hasan bin Ali bin Abi Thalib disebut Syarif. Kata Sayyid dan Syarif hanya atribut atau keterangan dan bukan sebagai gelar. Gelar bagi mereka adalah habib kekasih. Interaksi antara habaib dan ulama di Betawi sangat cair dan harmonis dalam konsep kesetaraan. Begitu pula dengan masyarakat Betawi, penghormatan mereka terhadap habaib sama saja dengan penghormatan mereka terhadap ulama. Misalnya, di rumah-rumah orang Betawi, foto-foto yang terpasang bukan hanya foto para habaib tetapi juga ulamanya. Perayaan haul 3 seorang habaib sama ramainya dengan perayaan haul seorang ulama Betawi. Masyarakat Betawi sangat menghormati para ulama-ulamanya, baik yang dipanggil guru, mu’allim, ustadz maupun habib dan sayyid. Rasa hormat orang 1 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadatnya, Jakarta: Gunara Kata, 2001, hal. 200-202 2 Ahmad Fadli, Ulama Betawi Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan Kontribusinya terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20, hal. 68-69 3 Haul yang dalam bahasa Arab berarti tahun, dalam masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, mempunyai arti yang sangat khusus, yaitu suatu upacara ritual keagamaan untuk memperingati meninggalnya seseorang yang ditokohkan dari para wali, ulama atau kyai. Lih. M. Hanif Muslih, Peringatan Haul Ditinjau dari Hukum Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2006, Cet. I, hal. 1