Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

` f. Persatuan Islam Persatuan Islam Persis didirikan di Bandung pada permulaan tahun 1920-an ketika orang-orang Islam di daerah-daerah lain telah lebih dahulu maju dalam berusaha untuk mengadakan pembaharuan dalam agama. Bandung kelihatan agak lambat memulai pembaharuan ini dibandingkan dengan daerah-daerah lain, meskipun Sarekat Islam telah beroperasi di kota ini semenjak tahun 1913. Kesadaran tentang keterlambatan ini merupakan salah sebuah cambuk untuk mendirikan sebuah organisasi. 20

3. Tokoh-Tokoh Ulama Pendidikan Islam di Indonesia

Semakin majunya pendidikan di Indonesia tidak lepas dari peran para tokoh pemikir pendidikan. Di antara beberapa tokoh pendidikan Islam di Indonesia adalah: a. KH. Ahmad Dahlan K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, khatib di masjid besar Jami’ Kasultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putrid Haji Ibrahim, seorang penghulu. 21 Beliau menggantikan kedudukan ayah menjadi khatib masjid besar Kauman Yogyakarta dan dianugrahi gelar Kathib Amin di samping jabatannya yang resmi itu. Pada tahun 1909 K.H. Ahmad Dahlan masuk Budi Utomo dengan maksud memberikan pelajaran agama kepada anggota-anggotannya. Dengan jalan ini ia berharap akan dapat akhirnya memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah pemerintah, oleh sebab anggota-anggota Budi Utomo itu pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah dan juga di kantor-kantor pemerintah. 22 Di bidang pendidikan, Ahmad Dahlan berusaha memmberikan pembaharuan dalam sistem pendidikan Islam. Selain mendirikan perkumpulan Muhammadiyah 20 Zuhairin., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana PTAI, 1986, hal. 210-215 21 Ibid., hal. 201 22 Ibid., hal. 203 ` pada tahun 1912 M, beliau juga membangun sekolah-sekolah formal. Lahirlah kemudian lembaga-lembaga pendidikan modern, yang memadukan antara ilmu- ilmu agama Islam dengan ilmu-ilmu modern. Ahmad Dahlan kemudian melangkah dengan nuansa Islam yang baru. Pikiran-pikiran pembaruan yang disampaikan lewat tablignya banyak memukau kalangan intelektual dan kaum terpelajar Islam di Indonesia. Tidak kurang para aktivis Boedi Oetomo ikut terpesona dan sering mengundang Ahmad Dahlan untuk memberikan ceramahnya. 23 b. K.H. Hasyim Asy’ari K.H. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1871 M di Jombang Jawa Timur, mula-mula ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri Kyai Asy’ari. Kemudian ia belajar ke pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan, Semarang, Madura, dan lain-lain. Beliau bermukim selam 8 tahun ke Mekkah untuk menuntut agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah ia membuka pesantren untuk mengamalkan dan membuka ilmu pengetahuaanya, yaitu Pesantren Tebu Ireng di Jombang pada tanggal 26 Rabiul Awal tahun 1899 M 24 . Selain mengembangkan ilmu di Tebu Ireng ia juga turut membangunkan perkumpulan Nahdlatul Ulama, bahkan ia sebagai Syekhul Akbar dalam perkumpulan itu. Selain daripada itu K.H. Hasyim Asy’ari duduk dalam pucuk pimpinan M.I.A.I. yang kemudian menjadi Masyumi. Sebagai ulama ia hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas kasihan orang. Tetapi beliau mempunyai sandaran hidup sendiri, yaitu beberapa bidang sawah, hasil peniagaannya. Beliau seorah salih, sungguh beribadat, taat dan rendah hati. Ia tidak ingin pangkat dan kursi, baik di zaman Belanda, atau di zaman Jepang. Kerap kali beliau diberi pangkat dan kursi, tetapi ia menolak dengan bijaksana. 25 23 Kholid O. Santosa, Manusia Panggung Sejarah: Pemikiran dan Gerakan Tokoh-Tokoh Islam, Bandung: Sega Arsy, 2007, hal. 12-13 24 Deliar Noer, Gerakan Modern, Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Sejarah Muhammadiyah, Pemikiran dan amal Usaha, Yogyakarta : Tiara Wacana, 1990, hal.62 25 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya, hal. 237- 238