Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Hingga saat ini program transmigrasi masih terus berjalan, namun bersifat swakarsa. Transmigrasi swakarsa ini dilakukan dimana transmigran hanya diberikan fasilitas lahan pertanian sebesar 2 ha, sedangkan untuk pemukiman dan biaya kepindahan semuanya menjadi tanggungjawab transmigran sendiri. Pada Tabel 10, terlihat bahwa penempatan transmigrasi 5 tahun terakhir di Kabupaten Banyuasin semakin sedikit. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang semakin bertambah di daerah ini sehingga luas wilayah yang tersedia sebagian besar telah dimanfaatkan untuk pemukiman dan lahan pertanian.

5.4 Sektor Pertanian

Lebih dari setengah luas wilayah Kabupaten Banyuasin dipergunakan untuk lahan pertanian, sedangkan sisanya kurang dari setengah luas wilayah digunakan untuk lahan usaha non pertanian. Lahan pertanian dan perkebunan seluas seluas 919.767 ha terdiri dari lahan sawah 198.721 ha; perkebunan 206.124 ha; hutan 168.523 ha, rawa, tambak dan kolam 166.688 ha, tegalan dan ladang 35.934 ha sisanya tidak diusahan sebanyak 143.777 ha.

5.4.1 Pertanian Tanaman Pangan

Jumlah produksi padi tahun 2010 sebanyak 795,6 ribu ton atau naik 3,68 persen dibanding jumlah produksi tahun 2009 sejumlah 740,2 ribu ton. Peningkatan produksi padi disebabkan meningkatnya luas panen dan penggunaan benih unggul. Saat ini di Kabupaten Banyuasin sedang dilaksanakan Program Peningkatan Beras Nasional P2BN yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi melalui penyaluran pupuk bersubsidi, benih unggul dan dan perluasan lahan sawah oleh pemerintah. Tanaman palawija meliputi tanaman ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan jagung. Dari seluruh jenis tanaman palawija produksi terbanyak ubi kayu mencapai 30,3 ribu ton, diikuti jagung sebanyak 10,3 ribu ton dan produksi ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai masing-masing kurang dari 5,0 ribu ton.

5.4.2 Perkebunan

Perkebunan ditinjau dari sisi pelaku usaha, terbagi menjadi dua yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Karet, kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditi perkebunan yang banyak diusahakan oleh penduduk di Kabupaten Banyuasin. Luas perkebunan rakyat dan jumlah petani menurut jenis komoditi di Kabupaten Banyuasin tahun 2010 adalah sebagai berikut. Tabel 11 Luas dan jumlah petani perkebunan rakyat di Kabupaten Banyuasin, 2010 Komoditi Luas Kebun Ha Jumlah Petani KK Karet 89.307 37.646 Kelapa Sawit 17.296 15.489 Kelapa 46.476 28.607 Jumlah 153.079 81.742 Sumber: Banyuasin dalam angka 2010 Dalam Penelitian ini, di Wilayah Pasang Surut Banyuasin, rata-rata tidak ada lahan yang sengaja diusahakan oleh petani dan diperuntukkan untuk perkebunan. Tanaman perkebunan yang terdapat di wilayah pasang surut hanya berupa kelapa dan kelapa sawit yang ditanam dipekarangan dan sebagai tanaman pagar di tegalan sawah. Hal ini dikarenakan pelarangan tanaman keras didaerah ini, karena sesuai dengan peruntukkan wilayah pasang surut di Kabupaten Banyuasin ini adalah sebagai wilayah penyangga pangan.

5.5 Kelembagaan Petani

Sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan adalah faktor yang menentukan dalam pembangunan pertanian, keberhasilan pengembangan usahatani di lahan pasang surut tidak cukup dengan hanya meintroduksi teknologi, tetpi diperlukan adanya dukungan melalui pembinaan dan pengembangan kelembagaan sebagai sistem penunjang kegiatan usahatani tersebut. Dengan adanya kelembagaan diharapkan mampu mendukung sistem usahatani berikut pemecahan masalah yang dihadapi petani. Lembaga penunjang sistem usahatani dibedakan antara lembaga bisnis dan lembaga sosial non bisnis. Lembaga penunjang non bisnis antara lain Dewan Riset Daerah, Penyuluh, P3A, Kelompok Tani yang merupakan lembaga penunjang usahatani pendampingan, penyampaian dan penggunaan teknologi serta pengerahan partisipasi masyarakat. Lembaga bisnis penunjang usahatani merupakan lembaga yang bertujuan mencari keuntungan, keberadaan lembaga ini tergantung ada tidaknya kegiatan bisnis dan bekerjanya mengikuti proses mekanisme pasar. Bentuk usaha merupakan isaha perorangan, kelompok, koperasi maupun badan usaha yang kesemuanya mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan, seperti usaha penangkaran benih, penyaluran saprodi, usaha pelayanan jasa asintan, usaha pengolahan hasil agroindustri, usaha pemasaran hasil, usaha pelayanan permodalan dan sebagainya Pramono, 2003. Pembentukan kelompok tani di daerah pasang surut didasarkan pada pengelompokkan petani berdasarkan domisili dan jenis usaha yang sama. Para petani yang umumnya berasal dari Jawa yang mengikuti program transmigrasi, dimana setiap kepala keluarga mendapatkan 0,25 ha lahan pekarangan, 1,0 ha lahan usaha I dan 1,0 ha lahan usaha II. Jumlah kelompok tani yang ada di Kecamatan Muara Telang sebanyak 16 hingga 21 kelompok tani Per Desa, yang tergabung lagi menjadi satu Gapoktan dan terdapat juga Paguyuban Tani.

VI. STRUKTUR NAFKAH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA ANALISIS MIKRO

6.1. Pendapatan Rumah Tangga Responden Desa Mekar Sari Desa Mekar Sari merupakan salah satu desa yang terdapat didaerah pesisir muara sungai di Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin, tepatnya di jalur 10, desa ini memiliki luas sebesar 1.569 ham2, dengan jumlah penduduk 2.498 jiwa. Sebagian besar penduduk merupakan transmigran asal Jawa, Sunda, Bali serta pendatang dari daerah lain di Sumatera Selatan. Dalam penelitian ini responden yang diambil di desa Mekar Sari sebanyak 40 rumahtangga yang ditentukan secara purposive sengaja, dengan pertimbangan responden tersebut dapat mewakili populasi rumah tangga yang memiliki mata pencaharian On Farm, Off Farm dan Non Farm serta mewakili pendapatan rumah tangga yang telah panen dua kali dan yang masih panen satu kali dan sebagian besar bekerja sebagai petani, serta berada pada usia produktif yakni 20 hingga 55 tahun, tingkat pendidikan rata-rata adalah Sekolah Dasar SD. Jumlah anggota keluarga rata-rata 4 orang per KK. On Farm 41,63 Off Farm 0,4 Non Farm 57,98 On Farm Off Farm Non Farm Gambar 5 Persentase Pendapatan Mata Pencaharian Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari, 2012. Pada Gambar 5, terlihat bahwa sebagian penduduk telah melakukan kegiatan Non Farm sebagai mata pencaharian tambahannya dan hanya sedikit sekali petani yang melakukan usaha sampingan pada kegiatan Off Farm, dari 40 responden hanya 1 satu rumahtangga yang melakukan kegiatan Off Farm, sedangkan untuk kegiatan Non farm sebagian besar dilakukan oleh petani yang mencari tambahan penghasilan,berupa: usaha penggilingan padi, jasa perontok padi, dan tengkulak pekerja meubel, P3N, Kepala Dusun, membuka warung, berdagang sayur. Tabel 12. Mata Pencaharian Rumahtangga Responden Desa Mekar Sari MT Pencaharian Jumlah RT On farm 14 35,0 Off Farm 1 2,5 Non farm 25 62,5 Jumlah 40 100,0 Sumber: Data primer diolah, 2012 Rumahtangga yang melakukan kegiatan Non Farm lebih banyak jumlahnya dibandingkan rumahtangga yang hanya melakukan kegiatan On Farm saja, meskipun rumahtangga yang melakukan kegiatan Non Farm juga tetap melakukan kegiatan On Farm yang merupakan mata pencaharian utamanya, namun jika dibandingkan jumlah petani yang melakukan kegiatan mata pencaharian tambahan ternyata lebih banyak dari pada petani yang hanya melakukan kegiatan usaha tani saja, hal berarti sebagian besar rumahtangga petani merasakan perlunya mencari pendapatan tambahan dari usahatani yang mereka lakukan. Jika dilihat perbandingan antara jumlah total pendapatan dari suatu kegiatan mata pencaharian rumah tangga yang dibandingkan dengan jumlah total rumahtangga yang melakukan kegiatan mata pencaharian tersebut. Total Pendapatan kegiatan On Farm ternyata memberikan kontribusi terbesar yaitu 41,63 persen dan Off Farm hanya 0,4 persen sedangkan kegiatan Non Farm memberikan kontribusi pendapatan totalth sebesar 57,98 persen.