Ikhtisar STRUKTUR NAFKAH DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA ANALISIS MIKRO

VII. DAYA DUKUNG LAHAN CARRYING CAPACITY, KEPADATAN AGRARIS DAN KONDISI SOSIAL EKOLOGI

ANALISIS MAKRO 7.1. Kondisi Wilayah Pasang Surut Kabupaten Banyuasin Sebagian wilayah Kabupaten Banyuasin berupa rawa pasang surut yang sangatlah berpotensi bagi pengembangan pertanian pangan dengan penggunaan teknologi yang sesuai. Pembukaan areal rawa pasang surut yang merupakan lahan suboptimal telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1969 melalui reklamasi, namun sebelumnya areal ini telah lebih dahulu dibuka oleh para pendatang dari Bugis sejak tahun 1930. Pembukaan lahan pasang surut atau reklamasi dilakukan dengan tujuan untuk mendrainase kelebihan air permukaan dan air tanah, memungkinkan penyaluran air pasang untuk tanaman, mencegah banjir, mencegah intrusi air asin, menyediakan fasilitas transportasi untuk perahu-perahu kecil P2DR, 1995. Untuk tujuan diatas maka langkah awal dalam reklamasi rawa ini adalah dengan membuat saluran drainase. Saluran yang dibuat adalah saluran primer, sekunder, dan tersier Dinas PU Pengairan Sumsel, 2011. Beberapa lokasi yang dibuka dan dikembangkan untuk persawahan dengan masukan teknologi yang tepat dan pengelolaan air yang memadai telah memberikan hasil yang mampu menyamai persawahan beririgasi. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa daerah ini sangat prospektif bagi kegiatan di sektor pertanian. Sedangkan tanaman perkebunan yang terbukti potensial untuk dikembangkan antara lain adalah karet, kelapa, kelapa sawit, dan kopi. Karet dapat dikembangkan di lahan kering. Kelapa, kopi varietas tertentu dapat dikembangkan di lahan pasang surut. Sedangkan kelapa sawit dapat dikembangkan baik di lahan kering maupun pasang surut Humas Kabupaten Banyuasin, 2011. Lokasi Penelitian ini mengambil Sampel di Kecamatan Muara Telang dengan ibukota desa Telang Jaya, luas wilayah kecamatan ini 1.150 km2 yang mencakup 22 desa definitif terdiri dari 12 desa eks Transmigrasi dan 10 Desa eks Marga. Desa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Telang Rejo dan Desa Mekar Sari, kedua desa ini ditentukan secara sengaja Purposive dengan pertimbangan bahwa Kedua desa ini memiliki penduduk yang cukup padat, rata- rata penduduk bermata pencarian sebagai petani sawah, berada di daerah pesisir sungai yaitu desa Mekar Sari dan berada di daerah pedalaman yaitu desa Telang Rejo. Kondisi lahan pasang surut di kedua desa lokasi studi ini memerlukan penanganan yang lebih baik, dimana pemeliharaan saluran air yang kurang baik, sehingga saluran banyak yang dangkal, hal ini tentunya mempengaruhi tingkat produktifitas padi yang dihasilkan. Jika dengan tata air yang baik memungkinkan dilakukan penanaman dua kali dalam setahun, maka dengan kondisi saluran air yang ada saat ini petani masih mengalami kesulitan untuk melakukan penanaman dua kali dalam setahun. Untuk menjaga keberlanjutan dari areal pasang surut ini pemeliharaan terus menerus menjadi sangat penting, penyumbatan saluran air akibat pertumbuhan gulma, serta tidak mengalirnya air dari irigasi yang mengakibatkan kekeringan pada lahan dapat diatasi dengan adanya pemeliharaan yang terus menerus, dan ini tentunya tidak hanya menunggu penanganan dari pemerintah saja, akan tetapi perlu dilakukan penggerakan inisiatif petani dan kelompok tani untuk melakukan pemeliharaan saluran air tersebut secara berkelanjutan untuk kepentingan bersama. Secara umum lahan yang tersedia di kedua desa penelitian ini telah digarap semua, termasuk lahan cadangan yang disediakan oleh pemerintah, bahkan lahan yang dimiliki pemerintah juga telah mereka garap saat ini. Kepemilikan dan penguasaan lahan yang semakin meluas ini menyebabkan langkanya tenaga kerja petani penggarap, hal ini menyebabkan produktivitas lahan kurang optimal dan tingkat kesejahteraan penduduk tidak berbanding lurus dengan penambahan luas lahan tersebut. Untuk lebih jelasnya dilakukan perhitungan dan analisis Carrying Capacity untuk melihat daya dukung lahan yang ada saat ini, analisis pendapatan rumahtangga untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat saat ini, serta analisis kondisi sosial ekologi untuk mengetahui kondisi lingkungan hidup dan permasalahan kehidupan masyarakat tani di daerah ini.

7.1. Kemampuan Daya Dukung Carrying CapacityLahan

Daya dukung lingkungan hidup seharusnya menjadi pertimbangan terpenting dalam penataan ruang, agar alokasi pemanfaatan ruang seimbang dengan kondisi dan kapasitas sumberdaya yang tersedia dalam wilayah. Sumberdaya utama yang mendasari daya dukung lingkungan adalah lahan dan air, keterbatasan lahan dan air akan menjadi pembatas utama dukungan lingkungan bagi aktivitas manusia di suatu wilayah Rustiadi, 2010. Dalam studi ini dilakukan penghitungan daya dukung sumberdaya utama yaitu lahan sawah pasang surut. Mengingat komoditi utama dan mayoritas sebagai fokus mata pencaharian diwilayah pasang surut ini adalah padi sawah pasang surut., sehingga daya dukung lahan menjadi sumber daya utama.

7.1.1 Daya Dukung Carrying Capacity Lahan pasang Surut Kabupaten Banyuasin

Tabel 23 Hasil perhitungan CCR lahan sawah pasang surut Kabupaten Banyuasin Banyuasin Tahun A x r H x h x F CCR 2009 207.939 576.916 0,36 2010 156.209 568.165 0,27 Sumber: Banyuasin dalam angka 2009, 2010, data diolah Hasil perhitungan Carrying Capacity CCR lahan sawah pasang surut di Kabupaten Banyuasin yang diperoleh kurang dari satu 1 atau CCR 1 yaitu 0,36 pada tahun 2009 dan 0,27 pada tahun 2010, sehingga asumsinya Carrying Capacity lahan pasang surut di Kabupaten Banyuasin berada pada status defisit, yang berarti bahwa berdasarkan jumlah lahan yang ada, di wilayah tersebut sudah tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk menjadi berkurang. Sehingga yang perlu dilakukan adalah program peningkatan produktifitas usahatani, berupa intensifikasi pertanian, perbaikan teknologi, peningkatan pengetahuan dan akses informasi petani, perbaikan sarana dan prasarana penunjang produksi pertanian, serta penyediaan sarana pemasaran hasil usahatani berupa pasar bagi komoditi yang dihasilkan, yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani tanpa harus melakukan perluasan lahan pertanian secara terus menerus. Gambar 20 Penurunan Carrying Capacity Lahan Kabupaten Banyuasin , 2009-2010. Pada Gambar 20, terlihat bahwa Carrying Capacity CCR lahan sawah pasang surut di Kabupaten Banyuasin mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 0.36 menjadi 0.27, menurun sebesar 76 perssen dibanding tahun sebelumnya. Tanpa adanya penurunan sebesar ini saja kondisi Carrying Capacity telah berada pada status defisit, jika kondisi ini terus dibiarkan maka wilayah pasang surut di Kabupaten Banyuasin ini terancam keberlanjutannya, dan hal ini perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah, instansi dan penduduk didaerah tersebut.

7.2.2 Daya Dukung Carrying Capacity Lahan Pasang Surut Kecamatan Muara Telang

Tabel 24 Hasil perhitungan CCR Lahan Pasang Surut Kecamatan Muara Telang Muara Telang Tahun A x r H x h x F CCR 2009 26.753 36.640 0.73 2010 33.350 55.618 0.60 Sumber: Banyuasin dalam angka, data diolah 2009,2010. 0.36 0.27 - 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 CCR 2009 CCR 2010 CCR 2009 CCR 2010 Untuk Kecamatan Muara Telang yang menjadi lokasi penelitian, Carrying Capacity CCR lahan sawah pasang surut yang diperoleh juga kurang dari 1 atau CCR 1, yaitu 0,73 pada tahun 2009 dan 0,60 pada tahun 2010. Sehingga Carrying Capacity lahan pasang surut di Kecamatan Muara Telang diasumsikan berada pada status defisit, yang berarti diwilayah Kecamatan Muara Telang ini sudah tidak dimungkinkan lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan. Ketersediaan lahan sudah habis, sehingga penduduk perlu menyadari kondisi ini untuk dapat menahan laju perluasan atau ekspansi lahan secara terus menerus. Hasil survei dan wawancara dilapangan menunjukkan rata-rata petani di daerah ini telah membuka semua lahan yang tersedia, bahkan telah merambah perluasan ke daerah disekitarnya, baik dengan cara membeli maupun memanfaatkan lahan tidur milik pemerintah. Akan tetapi semakin luasnya areal sawah yang dibuka tidak yang diimbangi dengan peningkatan produksi hasil pertanian, dikarenakan kurangnya tenaga kerja untuk menggarap lahan dan frekuensi panen yang saat ini rata-rata masih satu kali dalam setahun. Minimnya pengetahuan tentang cara-cara peningkatan produktivitas usaha tani, menyebabkan petani terus menerus berusaha melakukan perluasaan areal sawah, karena hanya cara inilah yang menurut mereka mampu meningkatkan pendapatan rumahtangganya. Gambar 21 Penurunan Carrying Capacity Lahan Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, 2009-2010. 0.73 0.60 - 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 CCR 2009 CCR 2010 CCR 2009 CCR 2010 Hasil perhitungan menunjukkan terjadi penurunan Carrying Capacity CCR di Kecamatan Muara telang sebesar 82 persen dari 0,73 pada tahun 2009 menjadi 0,60 pada tahun 2010. Penurunan ini lebih besar di banding wilayah Banyuasin secara keseluruhan, Kecamatan Muara Telang merupakan salah satu wilayah perariran di Kabupaten Banyuasin, yang diperuntukkan sebagai salah satu daerah penyangga pangan Sumatera Selatan, penurunan Carrying Capacity CCR yang sangat besar dalam jangka waktu satu tahun, merupakan ancaman keberlanjutan bagi ketahanan pangan dan daya dukung lingkungan yang memburuk. Kondisi yang ada saat ini di Kecamatan Muara Telang adalah masyarakat yang mayoritas adalah petani, melakukan kegiatan usaha taninya dengan terus memperluas lahan usaha tani, tanpa mengetahui sedikitpun tentang perlunya menjaga kelestarian lingkungan, dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, kepala desa dan rumah tangga, diperoleh informasi bahwa masyarakat setempat tidak pernah melakukan usaha-usaha konservasi lahan, bahkan terpikirkan saja belum, selain itu untuk program pemerintah dalam pengendalian kerusakan dan pelestarian lingkungan juga belum sampai pada masyarakat. Hal ini merupakan salah satu penyebab penurunan Carrying Capacity lahan dari tahun ke tahun.

7.2.3 Daya Dukung Carrying Capacity Lahan Pasang Surut Desa Mekar Sari Dan Desa Telang Rejo

Hasil perhitungan daya dukung lahan pasang surut di kedua desa lokasi studi menunjukkan bahwa Carrying Capacity lahan pasang surut di kedua desa ini berada pada status waspada, dalam hal ini CCR  1 yaitu 1,018 untuk Desa Mekar Sari dan 1,021 untuk Desa Telang Rejo, yang berarti bahwa daerah ini masih memiliki keseimbangan antara kemampuan lahan dan jumlah penduduk yanga ada. Pemenuhan kebutuhan pokok masih dapat diatasi, namun kondisi tersebut harus diwaspadai karena proses pertambahan penduduk yang cepat dan kurang terkendali, serta adanya proses kegiatan pembangunan dapat menyebabkan penurunan daya dukung lahan di daerah ini, dan pemerintah daerah serta masyarakat setempat perlu melakukan upaya antisipasi dan mewaspadai kondisi saat ini.