Waktu dan Tempat Penelitian Jenis dan sumber Data

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis daya dukung pada dasarnya bersifat fleksibel dan dinamis cukup beragam, langkah-langkah tersebut antara lain : a Identifikasi luas areal yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian. b Identifikasi frekuensi panen per hektar per tahun. c Tentukan jumlah keluarga dalam area tersebut. d Tentukan persentase jumlah petani yang ada di area tersebut. e Tentukan ukuran lahan rata-rata yang dimiliki petani. f. Hitung kemampuan daya dukung dengan menggunakan rumus CCR. Selanjutnya, cara sederhana untuk menghitung kemampuan daya dukung suatu daerah dapat digunakan rumus matematis sebagai berikut : A i x r i CCR = H x h x F i Dimana : CCR = Kemapuan daya dukung Carrying Capacity A = Jumlah total area yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian i r = Frekuensi panen per hektar per tahun komoditi i H = Jumlah KK Rumah tangga h = Persentase jumlah penduduk yang tinggal F = Ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani Asumsi umum untuk menginterpretasikan hasil perhitungan analisis daya dukung tersebut, dapat terbagi dalam tiga bagian, yaitu : 1. Apabila CCR 1, berarti dilihat dari kuantitas lahannya, suatu wilayah masih memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk dan masih mampu menerima tambahan penduduk, pembangunan masih dimungkinkan bersifat ekspansif dan eksploratif lahan. 2. Apabila CCR 1, berarti bahwa berdasarkan jumlah lahan yang ada, di wilayah tersebut sudah tidak mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok telah berkurang. 3. Apabila CCR =1, berarti daerah tersebut masih memiliki keseimbangan antara kemampuan lahan dan jumlah penduduk, pemenuhan kebutuhan pokok masih dapat diatasi, namun kondisi ini harus diwaspadai oleh pemerintah daerah. Perhitungan carrying capacity lahan hanya dilakukan pada lahan pertanian pangan berupa sawah pasang surut dikarenakan wilayah studi ini merupakan daerah penyangga pangan dengan komoditi unggulan berupa padi sawah pasang surut, serta adanya pelarangan tanaman keras diaderah ini, sehingga untuk tanaman palawija dan perkebunan bukan merupakan komoditi yang dijual hanya berupa tanaman pekarang dan tanaman di tegalan, karenanya perhitungan carrying capacity lahan hanya dilakukan pada lahan sawah pasang surut. Perhitungan carrying capacity lahan pasang surut dilakukan di tiga level wilayah studi yaitu desa, kecamatan dan kabupaten, hal ini dilakukan mengingat jika dilakukan perhitungan secara administratif maka ada bias dalam penghitungan CCR, sehingga jika dilakukan dalam lingkup ekosistem yang lebih besar maka bias tersebut dapat dikurangi, namun ketersediaan data yang dapat diperoleh hanya berupa wilayah administratif. Asumsi wilayah kabupaten, kecamatan dan desa yang digunakan sebagai perhitungan CCR ini berarti kajian daya dukung lahan yang dilakukan hanya berupa lahan darat, tidak termasuk wilayah perairan, karena data yang digunakan adalah data luas lahan pasang surut berdasarkan data kabupaten dalam angka dari Badan Pusat Statistik, dalam hal ini Banyuasin dalam angka 2009 dan 2010, serta buku profil desa 2010.

4.4.3 Pengukuran Kepadatan Agraris

Tingkat kepadatan penduduk population density menggambarkan Jumlah penduduk pada setiap 1 km2 dalam suatu wilayah. Konsep kepadatan penduduk ini belum menggambarkan daya dukung dari suatu daerah dalam menampung Jumlah penduduk, karenanya untuk mengetahui hal itu konsep yang digunakan sebaiknya adalah konsep daya dukung Bratakusumah, 2004. Untuk mengetahui kondisi daya dukung ekosistem ekologi pasang surut dalam menopang kehidupan sosial ekonomi penduduk setempat dilakukan pengukuran kepadatan agraris, dengan formulasi sebagai berikut :