Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

 Penduduk Tahun tertentu Kepadatan Agraris =  Luas Lahan Subur Sehingga :  Panen dalam setahun Kemampuan Mendukung Kehidupan =  Penduduk Tahun tertentu Hasil perhitungan kepadatan agraris akan menunjukkan tingkat kepadatan lahan pertanian yang telah digarap, dan dilakukan pembandingan kepadatan agraris dikedua desa studi dengan kemampuan mendung kehidupannya. Selanjutnya hasil perhitungan kemampuan mendukung kehidupan ini dikonversikan dengan nilai rupiah, dimana 1 kilogram gabah diasumsikan sebesar Rp. 3000kilogram gabah. Hasil konversi nilai gabah ini akan dibandingakn dengan upah minimum regional UMR dan kebutuhan hidup rata-rata pekerja, berdasarkan standar Badan Pusat Sattistik BPS Kabupaten Banyuasin yaitu Banyuasin dalam angka tahun 2010.

4.4.4 Analisis Kualitatif

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi ketahanan Sosial dijawab dengan melakukan identifikasi dan menganalisis secara kualitatif komponen ketahanan sosial yang didapat dari hasil wawancara dan pengamatan langsung yang dilakukan, diolah secara tabulasi dan kemudian menguraikannya secara deskriftif. Adapun komponen ketahanan sosial ekologi socio ecology sustainability yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi ketahanan sosial ekologi ini adalah migrasi penduduk, peralihan mata pencaharian, konflik sosial, bencana alam banjir, erosi, desa adat, kepemilikan lahan fragmentasi lahan, infrastuktur, serta perubahan tutupan lahan, gangguan perubahan iklim, perubahan curah hujan, dan masalah-masalah lingkungan lainnya yang mempengaruhi ekosistem daerah pasang surut.

4. 5 Matriks Penelitian

Secara ringkas matrik penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5 Matriks Penelitian No Tujuan Alat Analisis Data Jenis Sumber 1 Menganalisis Carrying Capacity - Analisis CCR - Asumsi CCR Data Luas lahan Pertanian Data Jumlah Penduduk 1. Data Sekunder 2. Wawancara 3. Kuesioner 2 Untuk mengetahui status kesejahteraan ekonomi - Analisis Pendapatan rumah tangga - Garis Kemiskinan Poverty line Data primer tentang pendapatan usaha pertanian farm dan usaha non pertanian non farm 1. Wawancara 2. Kuesioner 3 Untuk mengetahui kondisi ketahanan ekologi - Pengukuran kepadatan agraris - Kemampuan mendukung kehidupan Data primer dan sekunder 1.Data Sekunder 2. Wawancara 3. Kuesioner 4 Untuk mengetahui kondisi ketahanan Sosial ekologi - Analisis Kualitatif Data primer dan sekunder 1. Data Sekunder 2. Observasi 3. Wawancara 4. Kuesioner

V. KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5.1 Kondisi Fisik 5.1.1 Letak, Batas dan Luas Wilayah Letak suatu wilayah yang strategis akan memberikan kontribusi pengaruh terhadap perkembangan wilayah tersebut. Kondisi umum daerah penelitian berkaitan erat dengan Geografis dan Luas Wilayah, Topografi, Demografi, Pendidikan, Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat. Kabupaten Banyuasin dibentuk berdasarkan pertimbangan pesatnya perkembangan dan kemajuan pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan dan di kabupaten Musi Banyuasin Khususnya, sehingga Kabupaten Banyuasin dimekarkan dari Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 dan secara resmi Kabupaten Banyuasin berdiri tanggal 2 Juli 2002. Secara Geografis Kabupaten Banyuasin mempunyai letak yang strategis berada di jalur lintas antar Provinsi, jalur gerbang transportasi ekspor impor melalui pelabuhan samudra Tanjung Api-api, dan mempunyai sumber daya alam yang melimpah serta berbatasan langsung dengan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu dari Lima Belas KabupatenKota yang berada di Provinsi Sumatera Selatan, secara geografis terletak pada posisi 1,30 - 4,00 Lintang Selatan dan 104,00 - 105,35 Bujur Timur, dengan batas wilayah: Sebelah Utara: Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dan Selat Bangka Sebelah Timur: Kecamatan Pampangan dan Air Sugihan Kabupaten OKI Sebelah Barat: Kecamatan Sei Lilin, Lais, Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Sebelah Selatan: Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten OKI, Kota Palembang, Kecamatan Sungai Rotan, Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Muara Enim. Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin 11.823,99 Km2 1.182.300,99 Ha yang terdiri dari 15 Kecamatan terdiri dari 288 Desa dan 16 Kelurahan. Kecamatan terluas yaitu Kecamatan Banyuasin II dengan wilayah seluas 2.681,28 km2 atau sekitar 22,66 persen dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin. Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Air Salek dengan luas 380,35 Km2 atau 3,21 dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin. Daerah Penelitian yaitu Kecamatan Muara Telang, memiliki luas wilayah 1.150,06 Km2 dan berjarak 85 Km dari ibukota Kecamatan yaitu Telang Jaya. Secara geografis Kecamatan Muara Telang terletak antara 104  25’46’’sampai 104  52’46’’Bujur Timur dan 2 31’13’’ sampai 357’17’’ Lintang Selatan, erdiri dari 22 desa. Tabel 6. Jumlah DesaKelurahan di Wilayah Penelitian Tahun 2010 Kecamatan Desa Kelurahan Muara Telang 1. Karang Anyar 2. Karang Baru 3. Marga Rahayu 4. Mekar Mukti 5. Mekar Sari 6. Muara Telang 7. Muara Telang Marga 8. Mukti Jaya 9. Panca Mukti 10. Sri Tiga 11. Sumber Hidup 12. Sumber Jaya 13. Sumber Mulya 14. Talang Indah 15. Talang Lubuk 16. Telang Jaya 17. Telang Karya 18. Telang Makmur 19. Telang Rejo 20. Terusan Dalam 21. Terusan Muara 22. Terusan Tengah Sumber: Banyuasin dalam angka, 2010 Batas – batas Wilayah Kecamatan Muara Telang, terdiri dari: - Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan BA II dan Makarti Jaya - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Makarti Jaya dan Kecamatan Tanjung Lago - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Lago - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Makarti Jaya.

5.1.2 Topografi dan Hidrologi

Menurut Topografinya wilayah kabupaten Banyuasin terdiri dari 80 persen daratan rendah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak terletak di bagian hilir sungai banyuasin, sedangkan 20 persen merupakan berombak sampai bergelombang berupa lahan kering dengan ketinggian 0- 40 meter diatas permukaan laut. Dataran rendah merupakan sumberdaya alam dibidang pertanian tanaman pangan dan perikanan, dataran tinggi merupakan sumberdaya alam perkebunan karet, kelapa sawit dan kelapa. Dataran rendah tersebut merupakan lahan rawa yang telah direklamasi untuk penempatan transmigran di daerah ini. Untuk Lokasi penelitian yaitu kecamatan Muara Telang sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 10 m dpl yang sebagian besar merupakan daerah eks transmigrasi yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Topografi ini sangat cocok untuk pengembangan budidaya tanaman pertanian seperti persawahan padi dan tanaman pangan lainnya Kecamatan Muara Telang, 2012. Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Secara umum di wilayah studi rata-rata pasang tertinggi purnama adalah 3,1 m dan pasang terendah 0,79 m Biotrop, 1984 dalam Eddrisea, 2004. Proses pembentukan tanah didaerah Muara Telang sangat dipengaruhi oleh proses alluvial, dengan pengaruh tambahan berupa air asin yang merembes atau menggenangi permukaan tanah pada waktu pasang disebagian wilayah. Pada wilayah yang tidak dipengaruhi air asin akan terbentuk tanah Tropaquent alluvial, gley humus dan gley humus rendah, faktor pembatas utama untuk pertumbuhan tanaman adalah rendahnya kesuburan tanah, pengeloaan tata air mikro, salinitas dan netralisir kemasaman tanah, di daerah yang relatif rendah dimana air pasang dapat masuk ke lahan dan pengaruh salinitas tidak begitu besar masih dipergunakan untuk sawah Yazid dan Susanto, 2002 dalam Pramono 2003. Sedangkan jenis tanah di Kabupaten Banyuasin terdiri dari 4 jenis yaitu : a Organosol: terdapat di dataran rendahrawa-rawa b Klei Humus: terdapat di dataran rendah rawa-rawa c Alluvial: terdapat di sepanjang sungai d Polzoik: terdapat di daerah berbukit-bukit Letak lahan rawa pasang surut terletak di sepanjang pantai timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasin II, Pulau Rimau, Air Salek, Muara Sugihan, Sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. Dari sisi Hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin dapat dibedakan menjadi dataran kering dan dataran basah yang sangat dipengaruhi pola aliran sungai. Aliran sungan dataran basah pola alirannya rectangular dan di daerah dataran kering pola alirannya dandritik. Beberapa sungai besar seperti sungai musi, sungai banyuasin, sungai Calik, Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya berperan sebagai sarana transportasi air disepanjang garis pantai lebih dari 150 Km. Sedangkan daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut aliran sungainya adalah subparali, dimana daerah bagian tengah disetiap daerah sering dijumpai genangan air yang cukup luas. Lahan pasang surut dikelompokkan juga berdasarkan jangkauan air pasang atau ketinggianmuka genangan air yang disebut tipe luapan. Tipe luapan dibedakan berdasarkan siklus pasang bulanan, diman terdapat tipe A, B, C dan D Pengelompokkan ini penting untuk arahan penataan dan pemanfaaatan lahan, juga untuk penentuan sistem pengelolaan air dan pola tanam. Lahan bertipe luapan A selalu terluapi air pasang besar dan kecil, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau, sedangkan lahan bertipe luapan B hanya terluapi air pasang besar pada musim hujan saja, lahan bertipe luapan C tidak terluapi air pasang tetapi kedalaman muka air tanahnya kurang dari 50 cm, sedangkan lahan bertipe luapan D adalah seperti C hanya kedalaman muka air tanahnya tidak lebih dari 50 cm Badan litbang Deptan, 2002. Untuk Kecamatan Muara Telang rata-rata bertipe luapan A dan B, untuk desa Telang Rejo bertipe Luapan B sehingga tidak terpengaruh oleh air pasang karena saat air pasang naik hanya berlangsung beberapa jam saja dan langsung surut kembali hal ini juga dikarenakan lokasi desa di daerah pedalalam bukan dipesisir muara sungai, sedangkan untuk Desa Mekar sari rata-rata bertipe luapan A sehingga saat kemarau tetap terluapi air pasang tetapi tidak sampai merusak tanaman padi disawah, akan tetapi saat musim hujan rata-rata terluapi pasang besar dan terjadi banjir dilahan sawah petani sehingga merusak tanaman padi di sawah, mengakibatkan gagal panen bahkan gagal tanam. Kecamatan Muara Telang banyak dilalui sungai besar yaitu Sungai Telang dan Sungai Upang. Keberadaan Sungai ini sebagai sumber air untuk kegiatan Pertanian dan keperluan domestik. Kecamatan Muara Telang memiliki potensi untuk pengambilan air bersih intake. Daerah Aliran Sungai DAS Telang memiliki debit air rata-rata 763m detik, dan untuk aliran Sungai Telang yang berada di bagian Barat dan Sungai Upang yang berada dibagian Timur dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut Kecamatan Muara Telang, 2012.

5.1.3 Iklim dan Curah Hujan

Wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki tipe iklim B1 menurut klasifikasi Oldemand dengan suhu rata-rata 26,10  - 27,40 Celcius dan kelembaban relatif 69,4 persen - 85,5 persen dengan rata-rata curah hujan 2.723 mmtahun. Kabupaten Banyuasin memiliki iklim tropis basah dengan variasi hujan antara 1,07 – 13,32 mm sepanjang tahun, dengan hari hujan 96 sampai 191 hari per tahun, bulan hujan tertinggi pada bulan Oktober sampai Februari dan terendah bulan Juni sampai Agustus. Seperti iklim kebanyakan di wilayah Indonesia, secara umum terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dimana pengaruh arus angin yang bertiup sangat mempengaruhi perubahan musim tersebut. Kecamatan Muara Telang mempunyai iklim tropis dan basah dengan curah hujan rata-rata 205,9 mm sepanjang tahun, dengan rata-rata hari hujan 11,5 hari per bulan. Dengan iklim tropis basah ini , Kecamatan Muara Telang memiliki kisaran temperature antara 27 C sampai dengan 37C Kecamatan Muara Telang, 2012.

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Wilayah Kabupaten Banyuasin yang sebagian besar berupa dataran rendah yaitu pesisir pantai, rawa, pasang surut dan lebak mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakatnya. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar, potensi sumberdaya manusia yang cukup besar. Jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. yang merupakan modal dasar bagi pembangunan daerah. Lahan pasang surut merupakan lahan marjinal yang rapuh dengan karakteristik yang tidak stabil dan selalu berubah sesuai dengan perubahan lingkungan. Pengelolaan yang salah dari awal akan berdampak negatif dan untuk memperbaharuinya membutuhkan waktu yang lama sekali, atau bahkan tidak dapat diperbarui sama sekali. Secara umum kendala yang dihadapi di lahan pasang surut adalah mengembangkan sosial ekonomi dan kelembagaan Purnomo, 2003.

5.2.1 Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuasin Pada Tahun 2009 adalah 818.280 jiwa, yang diperoleh dari data kependudukan 15 Kecamatan. Dengan jumlah penduduk laki-laki 412.200 jiwa dan perempuan 406.080 jiwa, sehingga Rasio Jenis Kelamin 101,151 penduduk Laki-laki dan 100 penduduk Perempuan, hal ini meunjukkan bahwa penduduk laki-laki berjumlah lebih banyak dari penduduk perempuan. Jika dibandingkan antara jumlah penduduk dan luas wilayahnya 11.832.99 km2 maka rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Banyuasin pada tahun 2009 adalah 69.15 jiwaKm2. Jumlah Rumah Tangga sebanyak 196.230 KK dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4.18 orang per KK.