3.1.2 Struktur Nafkah dan Tingkat Kesejahteraan
Secara spesifik kesejahteraan dinilai dari kekurangan pendapatan, konsumsi, pemilikan harta benda baik diam maupun bergerak, aset modal dan
stok. Nilai minimum penghasilan rumah tangga miskin adalah kurang dari 1920 kg setara beras per rumah tangga pertahun Sajogyo, 1993. Makin tinggi
pendapatan diasumsikan makin baik konsumsi kalori dan gizi. Keprihatinan akan hilangnya hak-hak hidup individu dan masyarakat
karena hempasan sistem ekonomi kapitalisme global dan kehancuran sumber daya alam dan lingkungan hidup akibat modernitas akhir late modernity merupakan
landasan pemikiran mengapa kita perlu memahami sistem nafkahpenghidupan dimasa
depan. Menurut
Sajogyo “Kita perlu memahami sistem
nafkahpenghidupan pedesaan guna mengungkap akar persoalan tata-penghidupan serta kerentanan-kerentanan yang menyertai sistem penghidupan livelihood
vulnerability penduduk pedesaan”. Persoalan kemiskinan kemudian menjadi
derivatnya. Selain itu implikasi persoalan struktural pedesaan yaitu : 1.ketimpangan penguasaan sumber-sumber nafkah agrarian yang menajam, 2.
Hilangnya berbagai sumber nafkah. Perkembangan sistem penghidupan dan nafkah pedesaan tidak bisa lepas dari keseluruhan proses destabilisasi sistem
sosial-ekonomi yang melanda pedesaan yang merupakan upaya menyelaraskan eksistensi mereka terhadap arus perubahan sosial dan menghasilkan sejumlah
gambaran dinamik sistem penghidupan dan nafkah pedesaan Dharmawan, 2007 Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok,
yaitu 1 berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya basic needs, 2 meningkatkan rasa harga diri self-esteem masyarakat
sebagai manusia dan 3 meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memilih freedom from servitude yang merupakan salah satu hak azasi manusia Todaro,
2000. Pada Mahzab Bogor, Strategi penghidupan dan nafkah pedesaan dibangun
selalu menunjuk ke sektor pertanian dalam arti luas. Dalam posisi sitem nafkah yang demikian, basis nafkah rumah tangga petani adalah segala aktifitas ekonomi
pertanian dan ekonomi non pertanian Dharmawan, 2007.
Menurut Dharmawan 2001, diversifikasi kegiatan dan melakukan banyak pekerjaan diluar sektor pertanian merupakan cara umum dan yang paling banyak
dilakukan dalam strategi bertahan hidup masyarakat petani, tidak adanya lahan dan lemahnya ekonomi dari hasil pertanian untuk menyediakan pendapatan yang
memadai, menyebabkan rumahtangga petani menggeser orientassinya dan melakukan aneka jenis kegiatan non farm baik diwilayah desa maupun di
perkotaaan. Pendapatan Farm adalah total bersih pendapatan tahunan baik tunai dan
lainnya yang diperoleh dari semua kegiatan pertanian yang dilakukan rumahtangga dalam setahun, pendapatan ini termasuk semua pendapatan yang
didapat dari lahan milik sendiri dan pendapatan yang diperoleh dari lahan bukan milik sendiri, misalnya bagi hasil. Pendapatan Off Farm adalah total bersih
pendapatan tahunan baik tunai dan lainnya yang diterima oleh rumahtangga sebagai konsekuensi dari meminjamkan lahan kepada orang lain. Pendapatan Non
farm adalah total pendapatan bersih baik berupa tunai dan lainnya yang diperoleh
rumahtangga dari semua kegiatan ekonomi selain sektor pertanian Dharmawan, 2001.
Struktur perekonomian perdesaan secara perlahan namun pasti akan terus bergeser ke sektor-sektor hilir sekunder dan tersier dicirikan dengan semakin
dominannya pekerja pedesaan yang pekerjaan utamanya disektor off farm dan semakin banyaknya petani yang juga memiliki pekerjaan off farm, sedangkan
petani yang bekerja di bidang on farm menjadi sangat minoritas, walaupun diversifikasi hulu hilir terus terjadi dan makin didominasi sektor hilir, sistem
ekonomi perdesaan akan tetap dicirikan oleh sistem produksi atau industri yang berbasis sumberdaya lokal Rustiadi, 2011.
Secara fungsi agribisnis, sistem pertanian berkelanjutan meliputi tiga subsistem utama yang satu sama lain saling terkait erat, yaitu: 1 on-farm
agribusiness, 2 off-farm agribusiness, dan 3 business environment. On-farm agribusiness terdiri dari kegiatan-kegiatan budidaya tanaman dan hewan,
pemanenan ekstraksi tanarnan dan hewan serta penanganan pasca panen, dan penjualan dan pernasaran produk primer bahan rnentah pertanian Tim IPB-
Bappenas: 1996.
Off-farm agribusiness secara garis besar terbagi dua, yakni kegiatan-
kegiatan industri hulu pertanian backward-linkage industries atau upstream agribusiness activities
dan kegiatan-kegiatan industri hilir pertanian foreward- linkage industries
atau downstream agribusiness activities. Industri dan kegiatan agribisnis hulu pertanian rneliputi: 1 industri input produksi budidaya pertanian
pupuk, pestisida, dan benih dan industri rnesin serta peralatan budidaya pertanian; dan 2 penyampaian serta distribusi bahan-bahan input budidaya
pertanian dan mesin serta peralatan pertanian. lndustri dan kegiatan agribisnis hilir pertanian rnencakup: 1 procurement bahan mentah, 2 industri pengolahan
bahan rnentah produk primer rnenjadi bahan setengah jadi dan bahan jadi, 3 penjualan serta pernasaran bahan setengah jadi dan bahan jadi Dahuri, 1998.
Ukuran garis kemiskinan nasional adalah jumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk makanan setara 2100 kilo per oranghari dan untuk
memenuhi kebutuhan non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi dan aneka barangjasa lainnya. Biaya untuk membeli
2.100 liko kalorihari disebut sebagai garis kemiskinan, sedangkan biaya untuk membayar kebutuhan minimum non makanan disebut sebagai garis kemiskinan
non makanan. Mereka yang pengelurannya lebih rendah dari garis kemiskinan disebut sebagai penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan atau penduduk
miskin Bappenas, 2010. Berdasarkan ambang batas standar Internasional world Bank
maka garis kemiskinan adalah 1 per orang per hari PPP dan 2 per orang per hari PPP.
3.1.3 Kondisi Sosial Ekologi
Menurut Honachefsky 2000, jejak ekologi sebuah negara terdiri dari populasi, Ecologi Footprint hakapita, Biocapacity yang tersedia hacapita,
dan defisit ekologi hakapita. Dalam perspektif dinamika kependudukan, krisis
ekologi bermula dari jumlah penduduk manusia di planet bumi yang terus meningkat secara signifikan. Dinamika itu menghasilkan perubahan status stabil
ke instabil sebuah ekosistem yang sangat cepat, dimana alam mengalami tekanan ekologis yang luar biasa. Dari perspektif pembangunan, strategi pertumbuhan
growth mania syndrome di seluruh negara di dunia., yang memaksa pemerintahan
disetiap negara memacu pembangunan melalui eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dan habis habisan tanpa mengindahkan konservasi secara
seimbang. Dalam ekologi kontemporer, bidang ilmu ini sangat memperhatikan pada persoalan pemenuhan kebutuhan pokok dan nafkah manusia, termasuk gizi
dan kesehatan masyarakatnya. Ekosistem rawa merupakan proses, fungsi dan struktur dinamis dari
ekosistem itu sendiri dengan atribut yang mendukung nilai-nilai sosial. Atribut dari struktur ekosistem antara lain sebagai wilayah penyangga pelestarian plasma
nutfah biodiversity, memiliki keunikan dimana didalamnya tersimpan warisan dan budaya kearifan lokal, serta ladang penggalian ilmu pengetahuan Barchia M.
F, 2006. Dengan menggali kearifan lokal kemiskinan tidak hanya dapat dikurangi
relieving tetapi juga dapat dihindari preventing karena lestarinya sumber daya bagi generasi berikutnya Soerjani, 2005; dalam Pattinama, 2009. Kearifan lokal
mengandung norma dan nilai-nilai sosial yang mengatur bagaimana seharusnya membangun keseimbangan antara daya dukung lingkungan alam dengan gaya
hidup dan kebutuhan manusia. Oleh karena itu kearifan lokal seharusnya tidak terpisahkan dengan kebijakan anti kemiskinan Pattinama, 2009.
Secara ekonomi dan sosial, struktur masyarakat desa menggambarkan komunitas yang menghadapi keterbatasan sumberdaya alam sekelilingnya, namun
komunitas desa memiliki ciri yang kuat berupa adanya beragam tipe ikatan sosial asli indigenous social capital yang berbasis kelembagaan sosial dalam
kehidupan tradisional. Hubungan sosial yang kuat sesama warga, merupakan ikatan yang sangat berguna sebagai “asset sosial” karena menjadi landasan
penting terbangunnya fundamental sosial penting berupa Societal-networking yang membuat aktivitas ekonomi rumahtangga dapat disusun secara konstruktif
diatasnya Dharmawan, 2007. Kebanyakan isu lingkungan memiliki aspek-aspek
“the common” di dalamnya. Inti dari semua teori sosial adalah perbedaan antara manusia yang
dimotivasi oleh kepentingannya yang sempit dan manusia yang dimotivasi oleh pandangan masyarakat secara keseluruhan. Logika
“tragedy of the common” sepertinya tidak bisa di hindari. Pemindahan hak milik penguasaan terkadang