Kemampuan Daya Dukung Carrying CapacityLahan
Selanjutnya pada Gambar 22, dilakukan pembandingan carrying capacity di tiga level analisis. Dan dapat dilihat perbandingan antara carryingcCapacity
lahan pasang surut di desa mekar Sari, desa Telang Rejo dengan Carrying Capacity
Kecamatan Muara Telang dan Kabupaten Banyuasin. Terdapat perbedaan hasil perhitungan carrying capacity lahan di ketiga level studi tersebut.
Gambar 23 Perbandingan Carrying Capacity Desa, Kecamatan dan Kabupaten Pada Gambar 23, diperoleh gambaran tentang Carrying Capacity lahan pasang
surut sebagai berikut: 1. Berbeda dengan carrying capacity Kabupaten Banyuasin dan Kecamatan
Muara Telang yang berada pada status defisit, carrying capacity lahan pasang surut di Desa Mekar Sari dan Desa Telang Rejo berada pada status waspada,
kondisi ini dikarenakan kajian carrying capacity dilakukan pada lingkup ekosistem yang lebih kecil yakni desa. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
desa ini masih memiliki daya dukung bagi aktifitas pertanian penduduknya, yang berarti bahwa kegiatan pertanian pangan masih dapat dikembangkan di
kedua desa ini, namun perlu di waspadai terhadap usaha perluasan areal pertanian yang merambah kawasan lindung, serta areal konservasi, sehingga
keseimbangan dengan alam tetap terjaga, dan carrying capacity lahan yang ada tidak mengalami penurunan lebih lanjut akibat aktifitas pertanian tersebut.
Mekar Sari Telang Rejo
Muara Telang Banyuasin
CCR 1.018
1.021 0.600
0.460 -
0.200 0.400
0.600 0.800
1.000 1.200
Ind e
ks C
C R
2. Perlunya usaha menjaga keseimbangan daya dukung lahan di kedua desa ini belum mendapatkan perhatian pemerintah dan masyarakat setempat,
berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, responden rata-rata menyatakan ketidaktahuan mereka akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan, lahan dan air. Sampai saat ini masyarakat belum mengetahui upaya menjaga keseimbangan daya dukung, sehingga tidak ada upaya apapun
yang dilakukan untuk mengantisipasi penurunan daya dukung lahan ini. 3. Masyarakat petani yang ada di kedua desa ini masih terus melakukan ekspansi
perluasan lahan pertanian untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga, namun kurangnya pengetahuan membuat mereka tidak menyadari bahwa
perluasan areal pertanian yang mereka lakukan terus menerus mengakibatkan penurunan daya dukung lahan, dan peningkatan produktivitas hanya
dikarenakan adanya penambahan luas areal pertanian ekstensifikasi, bukan dikarenakan optimalisasi produksi usaha tani intensifikasi, cara yang masih
sederhana untuk
meningkatakan pendapatan
rumahtangga, dan
mengeksploitasi lahan tanpa memperdulikan batasan ketersediaan lahan sebagai penyangga lingkungan.
4. Dengan kondisi carrying capacity lahan yang telah mengalami penurunan bahkan defisit ditingkat Kabupaten dan Kecamatan, maka upaya antisipasi
yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan carrying capacity lahan lebih lanjut adalah dengan menekan pertambahan jumlah penduduk dan
melakukan program intensifikasi pertanian, program 2 kali panen yang mulai dilakukan pemerintah di daerah ini, merupakan salah satu alternatif yang dapat
menahan laju penurunan carrying capacity lahan didaerah ini. 5. Program dua kali panen dalam setahun ini mampu meningkatkan pendapatan
rumahtangga petani, sehingga para petani tidak dihadapkan dengan keinginan untuk menambah luas lahan terus menerus agar pendapatan rumahtangga
meningkat. Namun berbagai kendala yang ada saat ini seperti rusaknya saluran air irigasi dan pendangkalan, serta perubahan musim penghujan dan kemarau
menyebabkan masih sangat sedikitnya petani yang mampu melakukan program dua kali panen dalam setahun ini.
7.3 Kepadatan Agraris Dan Daya Dukung Kehidupan 7.3.1 Kepadatan Agraris
Kepadatan agraris merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang beraktifitas dibidang pertanian dengan luas lahan pertanian yang tersedia di suatu
daerah atau wilayah. Di lokasi penelitian yaitu Desa Telang Rejo dan Desa Mekar Sari rata-rata aktivitas penduduknya di sektor pertanian tanaman pangan. Desa ini
merupakan daerah eks transmigrasi, sehingga rata-rata penduduk memiliki areal pertanian berupa lahan sawah pasang surut yang diberikan oleh pemerintah
masing-masing sebanyak 2 ha per KK, dan lahan cadangan sebesar 1 ha per KK, dan untuk saat ini penduduk di lokasi ini rata-rata telah memanfaatkan lahan
cadangan tersebut, sehingga terjadi penambahan luas areal pertanian didaerah ini.
Gambar 24 Perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah, 2010. Pada Gambar 24, terlihat bahwa Desa Telang Rejo memiliki jumlah
penduduk yang lebih banyak dibanding Desa Mekar Sari, namun jumlah KK Desa Telang Rejo lebih sedikit, yang mengindikasikan rata-rata jumlah anggota
keluarga di masing-masing KK Desa Telang Rejo 4,06 orgKK lebih banyak dari Desa Mekar Sari 3,76 orgKK dan untuk luas areal pertanian dan luas
wilayah Desa Telang Rejo memiliki areal yang lebih luas dibanding Desa Mekar Sari. Dengan jumlah rumahtangga KK yang lebih banyak di desa Telang Rejo
namun karena areal yang dimiliki lebih luas, maka kepadatan agrarisnya lebih
2,883
709 1,820
3,602 2,521
772 1,436
3,300
Jumlah Penduduk Jiwa 2010 Jumlah Rumahtangga KK 2010
Luas areal Pertanian 2010 Luas Wilayah 2010
Telang Rejo Mekar Sari
rendah dan daya dukung kehidupan tentunya lebih baik, dengan asumsi produktifitas lahan yang sama dan kondisi sosial yang baik dan aman.
Tabel 26 Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Kehidupan
Kecamatan Muara Telang
Kepadatan Agraris kkha
Daya Dukung Kehidupan tonkkth
Telang Rejo 1.58
3.12 Mekar Sari
1.75 2.84
Sumber: Profil Desa Mekar Sari Dan Telang Rejo 2011, data diolah
Pada Tabel 26, terlihat bahwa kepadatan agraris di lokasi penelitian lebih besar dari satu 1. Dimana Desa Telang Rejo sebesar 1,58 kkha dan Desa Mekar
Sari sebesar 1,7 kkha yang berarti bahwa luas lahan pertanian dibanding jumlah penduduk yang ada di desa tersebut berada pada kondisi waspada dan tidak
disarankan untuk melakukan perluasan
lahan lagi
meskipun masih
memungkinkan. Jika perluasan lahan masih terus berlangsung maka kondisinya akan menjadi defisit, yang diperlukan adalah usaha peningkatan produktivitas
lahan. Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa lahan yang dimiliki setiap KK sebanyak 2 ha ditambah dengan merambah lagi lahan cadangan yang
dipersiapkan pemerintah 1 hakk sehingga rata-rata setiap KK memiliki 3 ha, belum ditambah lahan yang mereka beli sendiri. Hal ini menyebabkan petani
pemilik lahan kekurangan tenga kerja penggarap karena lahan yang dimiliki cukup luas, sehingga produktivitas sawah itu sendiri tidak optimal.
Jika dibandingkan kepadatan agrarisnya, Desa Mekar Sari lebih padat dibandingkan Desa Telang Rejo, padahal jumlah penduduk Desa Mekar Sari lebih
sedikit dibandingkan Desa Telang Rejo, hal ini dikarenakan letak atau lokasi Desa Mekar Sari yang berada dipesisir sungai musi, sehingga lahan sawah yang mereka
garap rata-rata berada di pesisir sungai musi dan dibandingkan dengan Desa Telang Rejo yang berada di daerah daratan bagian dalam, maka pemanfaatan
lahan sawahnya lebih maksimal. Di Desa Mekar sari hanya 43,52 persen dari luas wilayahnya yang termanfaatkan untuk areal pertanian, sedangkan di Desa Telang
Rejo areal yang dimanfaatkan untuk pertanian sebesar 50,52 persen. Letak Desa Mekar Sari yang berada dipesisir mengakibatkan lahan sawahnya lebih rentan
fragile, sehingga resiko yang dihadapi petani sawah pasang surut berupa ancaman terendam air pasang lebih besar dibandingkan Desa Telang Rejo.
Pasang yang terjadi di Desa Mekar sari lebih lama dari pasang yang terjadi di Desa Telang Rejo. Di Desa Telang Rejo pasang hanya terjadi beberapa saat
ketika curah hujan tinggi dan akan langsung surut kembali sehingga tidak merusak areal pertanaman padi. Sedangkan kondisi di desa Mekar Sari berbeda, Pasang
yang terjadi di desa ini bias berlangsung beberapa hari dan ini mengakibatkan rusaknya tanaman padi, sehingga mengakibatkan busuk leher atau gagal panen
bahkan gagal tanam. Hal ini juga menjadi penyebab lebih rendahnya kemampuan mendukung kehidupan di Desa Mekar Sari dibandingkan Desa Telang Rejo.
Gambar 25 Perbandingan Kepadatan Agraris Dan Daya Dukung Kehidupan, 2010.
Pada Gambar 25, terlihat bahwa semakin tinggi kepadatan agraris semakin rendah kemampuan mendukung kehidupan, dan semakin rendah kepadatan agraris
semakin tinggi kemampuan mendukung kehidupan. Perbandingan antara kedua desa menunjukkan hal tersebut. Hal ini dikarenakan share atau hasil produksi
yang diperoleh setiap petani lebih tinggi di desa yang kepadatan agrarisnya lebih rendah. Tetapi kondisi saat ini adalah luas lahan yang telah dibuka untuk areal
pertanian yang terus bertambah mengakibatkan kekurangan tenaga kerja petani penggarap, sehingga upah tenaga kerja menjadi lebih tinggi yaitu Rp. 50.000hari,
dan rata-rata pekerja upahan ini hanya berkerja setengah hari, yaitu mulai siang hari, karena dipagi hari waktu mereka digunakan untuk menggarap lahan sendiri,
baru sisa waktu disiang hari untuk mengerjakan lahan sawah pemilik lahan lain.
- 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
Kepadatan Agraris Daya Dukung Kehidupan
In d
e k
s
Desa
Telang Rejo Mekar Sari