Metode Pengambilan Sampel METODE PENELITIAN

3. Apabila CCR =1, berarti daerah tersebut masih memiliki keseimbangan antara kemampuan lahan dan jumlah penduduk, pemenuhan kebutuhan pokok masih dapat diatasi, namun kondisi ini harus diwaspadai oleh pemerintah daerah. Perhitungan carrying capacity lahan hanya dilakukan pada lahan pertanian pangan berupa sawah pasang surut dikarenakan wilayah studi ini merupakan daerah penyangga pangan dengan komoditi unggulan berupa padi sawah pasang surut, serta adanya pelarangan tanaman keras diaderah ini, sehingga untuk tanaman palawija dan perkebunan bukan merupakan komoditi yang dijual hanya berupa tanaman pekarang dan tanaman di tegalan, karenanya perhitungan carrying capacity lahan hanya dilakukan pada lahan sawah pasang surut. Perhitungan carrying capacity lahan pasang surut dilakukan di tiga level wilayah studi yaitu desa, kecamatan dan kabupaten, hal ini dilakukan mengingat jika dilakukan perhitungan secara administratif maka ada bias dalam penghitungan CCR, sehingga jika dilakukan dalam lingkup ekosistem yang lebih besar maka bias tersebut dapat dikurangi, namun ketersediaan data yang dapat diperoleh hanya berupa wilayah administratif. Asumsi wilayah kabupaten, kecamatan dan desa yang digunakan sebagai perhitungan CCR ini berarti kajian daya dukung lahan yang dilakukan hanya berupa lahan darat, tidak termasuk wilayah perairan, karena data yang digunakan adalah data luas lahan pasang surut berdasarkan data kabupaten dalam angka dari Badan Pusat Statistik, dalam hal ini Banyuasin dalam angka 2009 dan 2010, serta buku profil desa 2010.

4.4.3 Pengukuran Kepadatan Agraris

Tingkat kepadatan penduduk population density menggambarkan Jumlah penduduk pada setiap 1 km2 dalam suatu wilayah. Konsep kepadatan penduduk ini belum menggambarkan daya dukung dari suatu daerah dalam menampung Jumlah penduduk, karenanya untuk mengetahui hal itu konsep yang digunakan sebaiknya adalah konsep daya dukung Bratakusumah, 2004. Untuk mengetahui kondisi daya dukung ekosistem ekologi pasang surut dalam menopang kehidupan sosial ekonomi penduduk setempat dilakukan pengukuran kepadatan agraris, dengan formulasi sebagai berikut :  Penduduk Tahun tertentu Kepadatan Agraris =  Luas Lahan Subur Sehingga :  Panen dalam setahun Kemampuan Mendukung Kehidupan =  Penduduk Tahun tertentu Hasil perhitungan kepadatan agraris akan menunjukkan tingkat kepadatan lahan pertanian yang telah digarap, dan dilakukan pembandingan kepadatan agraris dikedua desa studi dengan kemampuan mendung kehidupannya. Selanjutnya hasil perhitungan kemampuan mendukung kehidupan ini dikonversikan dengan nilai rupiah, dimana 1 kilogram gabah diasumsikan sebesar Rp. 3000kilogram gabah. Hasil konversi nilai gabah ini akan dibandingakn dengan upah minimum regional UMR dan kebutuhan hidup rata-rata pekerja, berdasarkan standar Badan Pusat Sattistik BPS Kabupaten Banyuasin yaitu Banyuasin dalam angka tahun 2010.

4.4.4 Analisis Kualitatif

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi ketahanan Sosial dijawab dengan melakukan identifikasi dan menganalisis secara kualitatif komponen ketahanan sosial yang didapat dari hasil wawancara dan pengamatan langsung yang dilakukan, diolah secara tabulasi dan kemudian menguraikannya secara deskriftif. Adapun komponen ketahanan sosial ekologi socio ecology sustainability yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi ketahanan sosial ekologi ini adalah migrasi penduduk, peralihan mata pencaharian, konflik sosial, bencana alam banjir, erosi, desa adat, kepemilikan lahan fragmentasi lahan, infrastuktur, serta perubahan tutupan lahan, gangguan perubahan iklim, perubahan curah hujan, dan masalah-masalah lingkungan lainnya yang mempengaruhi ekosistem daerah pasang surut.