Kondisi Ketahanan Ekologi Wilayah Pasang Surut

8.2 Refleksi Teori Von Thunen pada hasil Studi

Johann Heinrich Von Thunen 1826, teori yang dikembangkan menekankan kepada pentingnya aksesibilitas terhadap pasar yang berpengaruh terhadap sistem penggunaan lahan pertanian dan dikenal dengan teori lokasi pertanian. Teori Von Thunen mengibaratkan pusat perekonomian sebagai suatu kota yang dikelilingi berbagai jenis pertanian dalam arti luas lahan yang kualitasnya homogen, dan kota menjadi pasar bagi komoditi pertanian tersebut. Jika direfleksikan teori Von Thunen terhadap hasil studi. Maka diperoleh data seperti terlihat pada Tabel 31. Indikator jumlah penduduk, tingkat produksi, luas lahan usaha tani, jarak pemasaran, serta jumlah KK yang tidak memiliki lahan yang mewakili tingkat sewa lahan merupakan faktor analisis keterkaitan hasil studi dengan teori Von Thunen. Tabel 31 Refleksi Teori Von Thunen pada hasil studi Teori Von Thunen Desa Mekar Sari Desa Telang Rejo Jumlah penduduk jiwa 2.498 2.237 Produksi tonha 7.180 8.970 luas lahan ha 1.436 1.794 Jarak Ke pasar km 60 30 Jumlah kk tidak ada lahan rt 47 10 Sumber: Buku Profil Desa 2011 Pada Tabel 31, terlihat bahwa jumlah penduduk Desa Mekar Sari lebih banyak daripada penduduk di Desa Telang Rejo, dikarenakan letak Desa Mekar Sari di bagian depan pesisir muara sungai, yang mengakibatkan banyak pendatang, sedangkan Desa Telang Rejo berada pada daerah daratan bagian dalam sehingga penduduk adalah transmigran dan penduduk asli marga. Jika dibandingkan dengan jarak pemasarannya Desa Mekar Sari memiliki jarak yang lebih jauh ke pusat pemasaran yaitu Sumatera Selatan, sehingga tingkat produksi Desa Mekar Sari juga lebih rendah. Hal ini mengindikasikan pengaruh jarak pusat pemasaran terhadap tingkat produksi, semakin jauh jarak semakin rendah tingkat produksi. Jika dilihat dengan jumlah KK yang tidak memiliki lahan lebih banyak terdapat di desa mekar sari, dibandingkan Desa Telang Rejo, ini membuktikan asusmi Von thunen bahwa petani cenderung memilih lahan yang lebih dekat dekat pusat pemasaran. Desa Telang Rejo yang memiliki jarak lebih dekat dengan pusat pemasaran. Hal ini menyebabkan desa ini lebih memiliki potensi dalam peningkatan produksi usaha tani, serta nilai lahan yang lebih tinggi. Terlihat lebih sedikitnya rumahtangga KK yang tidak memiliki lahan dikarenakan petani cenderung memilih mengusahakan usahatani ditempat yang lebih menguntungkan. Dan hal ini sesuai dengan asumsi yang dikemukakan oleh Von Thunen yaitu jumlah pilihan-pilihan menguntungkan yang semakin menurun dengan bertambahnya jarak ke pusat pasar. Teori ini menekankan pentingnya keberadaan pasar yang dekat dengan desa, sehingga memungkinkan para petani memasarkan hasil pertaniannya dengan jarak yang lebih dekat. Lokasi lahan menjadi lebih bernilai ketika akses terhadap pasar semakin dekat, jika dibandingkan dengan kondisi di desa Mekar Sari dan desa Telang Rejo sepertinya teori ini belum tampak, dimana kondisi dikedua desa ini yang belum memiliki pasar bagi komoditas pertanian yang mereka hasilkan. Pasar yang tersedia hanya di Kecamatan Muara Telang yang merupakan pasar konsumsi kebutuhan rumahtangga, bukan pasar utama untuk pemasaran komoditi hasil pertanian dikecamatan tersebut, yang menjadi pasar bagi komoditi dari kedua desa ini justru wilayah diluar Kabupaten Banyuasin yaitu Kota Palembang. Prospek untuk mewujudkan kedua desa ini menjadi pusat pertumbuhan baru tentunya masih selalu ada. Namun kondisi saat ini kedua desa belum bisa menjadi pusat pertumbuhan baru dan pemberi spread effect bagi desa disekitarnya, karena masih banyak fasilitas yang perlu disiapkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Von Thunen tentang pentingnya aksesibitas terhadap pasar dan akses prasarana jalan, maka untuk menjadikan kedua desa ini sebagai pusat pertumbuhan perekonomian di kecamatan Muara Telang. Keberadaan pasar dan sarana jalan harus menjadi fasilitas utama yang disediakan disini. Kondisi yang ada saat ini dimana pemasaran hasil pertanian hanya mengandalkan tengkulak, menjadikan petani tidak memiliki kekuatan dalam penentuan harga jual komoditi yang mereka hasilkan. Hal ini tentunya mempengaruhi pola pikir dan motivasi petani dalam melakukan usaha taninya, sehingga mereka cenderung mengambil alternatif kegiatan mata pencaharian lain selain berusaha tani, yang mengakibatkan daerah ini menjadi pasar perdagangan