meningkatkan persaingan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan pantai. Kondisi ini berdampak nyata terhadap tingkat produktivitas per kapal yang terus
mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan timur Kabupaten Bangka sudah mengalami kapasitas
berlebih excess capacity dan mengarah pada gejala economic overfishing. Oleh karena itu, solusi jangka pendek melalui regulasi mengurangi upaya
penangkapan mengurangi effort yang tidak efisien, mengurangi inputan yang berlebih dan membatasi akses kapal baru, serta peningkatan pengawasan
terhadap masuknya kapal-kapal ikan dari daerah lain tanpa izin illegal fishing. Dengan penerapan solusi ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi
sumberdaya ikan agar dapat pulih dan meningkatkan pertumbuhan populasinya. Menurut Metzner 2005, pada jangka pendek kebijakan pengendalian input
produksi seperti pembatasan jumlah kapal akan mengurangi hasil tangkapan aktual, tetapi dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh berupa
peningkatan kapasitas penangkapan. Namun bila solusi tersebut diambil, pemerintah diharapkan mampu menyediakan informasi musim dan peta daerah
penangkapan yang akurat dan mutakhir up to date sehingga nelayan tidak akan terlalu lama mencari gerombolan ikan dan pemborosan penggunan BBM serta
biaya perbekalan melaut dapat diminimalisasi.
6.3 Kapasitas Penangkapan Armada Gillnet Hanyut
Hasil perhitungan kapasitas penangkapan armada gillnet hanyut PPN Sungailiat, menunjukkan bahwa nilai CU multi output lebih baik mendekati
nilai optimal di banding nilai CU single output baik total maupun per musim. Nilai total rata-rata CU mengalami kenaikan dari 0,91 single output menjadi
0,95 multi output atau sebesar 4,51. Menurut Tingley et al. 2002, pengukuran CU dan TE dengan multi output lebih akurat dibandingkan dengan
pengukuran single output. Berdasarkan hasil analisis DEA single dan multi output, menunjukkan nilai
kapasitas pemanfaatan kapal gillnet hanyut baik total maupun per musim tidak optimal nilai CU1. Hal ini diduga disebabkan penggunaan input secara
berlebih, seperti disajikan pada Tabel 9 dan 10. Agar kapasitas penangkapan
menjadi optimal diperlukan perbaikan dengan cara mengurangi penggunaan input variabel VIU seperti input upaya HOP, BBM dan ABK dengan asumsi
input tetap ukuran kapal, panjang dan lebar kapal dan ukuran mesin diabaikan karena input tersebut sangat kompleks untuk diterapkan. Upaya perbaikan
tingkat kapasitas pemanfaatan agar menjadi optimal dapat dilakukan dengan penambahan pada output atau pengurangan pada input Kirley dan Squire,
1999. Tingkat VIU gillnet hanyut dapat diukur berdasarkan rasio dari
penggunaan input optimal target dengan input aktual observasi. Dalam konteks ini, input optimal merupakan input yang digunakan pada kondisi
efisiensi teknis penuh kapasitas optimal. Jika rasio VIU kurang dari satu maka telah terjadi surplus penggunaan input variabel sehingga pelaku usaha sebaiknya
mengurangi penggunaan input tersebut Fare et. al., 1994. Tingkat VIU kapal gillnet hanyut yang beroperasi di perairan pantai timur Kabupaten Bangka
menunjukkan nilai masih kurang dari satu baik total maupun per musim lihat Tabel 9 dan 10. Hal ini mengindikasikan diduga perikanan gillnet hanyut PPN
Sungailiat mengalami kapasitas berlebih. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan VIU agar usaha penangkapan menjadi optimal. Secara total, proyeksi perbaikan
pada single output dengan mengurangi VIU upaya HOP dan BBM sebesar 0,92 dan VIU ABK sebesar 18,86. Sedangkan pada multi output dengan
mengurangi VIU upaya HOP dan BBM sebesar 1,15 dan ABK sebesar 9,13. Perbandingan relatif tingkat kapasitas pemanfaatan gillnet hanyut menurut
musim, menunjukkan bahwa hasil perhitungan single output pada empat musim barat, peralihan I, musim timur dan peralihan II diperoleh rata-rata nilai CU
antara 0.89 musim peralihan II hingga 0,92 musim timur. Hasil perhitungan dengan multi ouput diperoleh rata-rata nilai CU antara 0,94 musim peralihan II
hingga 0,96 musim peralihan I dan timur. Hal ini diduga, pada musim peralihan I mulai memasuki musim ikan dan musim timur tercapai puncaknya.
Hasil perhitungan IMP ikan target tenggiri dan tetengkek menunjukkan puncak musim ikan terjadi pada awal peralihan I Maret dan musim timur Mei hingga
Juni dengan nilai IMP diatas 100, seperti tersaji pada Gambar 15. Kondisi ini,
direspon oleh nelayan gillnet hanyut dengan mengoperasikan seluruh armada
penangkapan. Pada musim peralihan II September-Oktober, umumnya hasil tangkapan mulai menurun seiring berakhirnya musim ikan. Namun diduga
jumlah upaya penangkapan tidak dikurangi pada periode ini sama dengan musim timur sehingga terjadi kelebihan upaya tangkap. Kelebihan upaya
tangkap akan berimplikasi pada penggunaan BBM, ABK dan kebutuhan melaut lainnya secara tidak efisien sehingga tingkat kapasitas gillnet hanyut pada musim
peralihan II menjadi rendah. Hasil perhitungan single dan multi output per musim, menunjukkan bahwa
nilai VIU kapal gillnet hanyut masih kurang dari satu berarti diduga perikanan gillnet hanyut PPN Sungailiat telah mengalami kapasitas berlebih. Hasil
perhitungan single output, nilai tertinggi VIU upaya HOP dan BBM sebesar satu terjadi pada musim timur, sedangkan nilai terendah sebesar 0,989 terjadi pada
musim barat dengan proyeksi perbaikan pada periode ini sebesar 2,6. Untuk nilai VIU ABK pada keempat musim dibawah 0,95 musim timur sehingga
diperlukan pengurangan input ABK pada keempat musim tersebut, pengurangan input ABK paling signifikan pada musim peralihan I sebesar 24,23. Sedangkan
hasil perhitungan multi output, nilai tertinggi VIU upaya HOP dan BBM sebesar satu terjadi pada musim timur dan nilai terendah sebesar 0,97 terjadi pada
musim barat dengan proyeksi perbaikan sebesar 5,8. Nilai VIU ABK pada keempat musim dibawah 0,97 musim timur sehingga diperlukan pengurangan
input ABK pada keempat musim tersebut, pengurangan input ABK paling signifikan pada musim peralihan I sebesar 13,55.
Dalam rangka mengatasi kapasitas berlebih di perairan pantai timur Kabupaten Bangka, penerapan kebijakan pembatasan intensitas operasi
penangkapan dengan mengurangi VIU upaya HOP dan BBM berdasarkan musim penangkapan merupakan strategi kebijakan relatif memiliki resiko kecil
dibandingkan dengan kebijakan pengendalian input dengan menarik kapal-kapal skala kecil vesel decommisioning yang dinyatakan tidak efisien. Meskipun
kebijakan kedua ini secara ekonomi mampu mencegah kapas itas berlebih dengan efektif, akan tetapi dampak sosial yang diperkirakan timbul akan jauh lebih
besar seperti pengangguran dan faktor resistensi pemilik kapal. Menurut Sularso 2005, penerapan kebijakan ini perlu memperhatikan tindakan terhadap kapal-
kapal yang dikeluarkan dari perairan, bagaimana bentuk kompensasi dan siapa yang akan memberikan kompensasi perlu dikaji secara hati-hati.
6.4 Kapasitas Penangkapan Armada Pancing Ulur