Sumberdaya ikan adalah salah satu sumberdaya alam yang bersifat renewable resources dan common property resources Gordon 1954. Pengertian
sifat renewable adalah dapat dipulihkan, ini memberikan implikasi bahwa manusia dapat memanfaatkan sumberdaya ikan dengan hati-hati sehingga aliran
manfaatnya akan ada sepanjang tahun. Adapun pengertian common property adalah hak kepemilikan bersama atas sumberdaya ikan sehingga setiap orang
sebagai pemegang hak properti memiliki tanggungjawab dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Dengan kata lain tidak ada kebebasan bagi setiap orang
untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut Nikijuluw 2002. Menurut Nikijuluw 2002 terdapat tiga sifat khusus pada sumberdaya alam
milik bersama termasuk sumberdaya ikan, yaitu: 1 Eskludabilitas, berkaitan dengan upaya pengendalian dan pengawasan
terhadap akses ke sumberdaya bagi stakeholder tertentu. Upaya yang dimaksud semakin sulit dan mahal karena sifat sumberdaya ikan terus
bergerak di lautan luas. Hal ini menimbulkan kebebasan pemanfaatan sumberdaya tersebut oleh siapa saja sedangkan pengawasan oleh otoritas
manajemen menjadi sulit. 2 Substracabilitas, suatu kondisi bagi seseorang untuk menarik manfaat dan
keuntungan yang dimiliki orang lain, walaupun telah ada kerjasama di antara stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Kondisi tersebut dapat
menimbulkan kompetisi bahkan dapat mengarah ke konflik pemanfaatan sumberdaya.
3 Indivisibilitas, fakta bahwa sumberdaya milik bersama adalah sangat sulit untuk dibagi atau dipisahkan, walaupun pembagian secara administratif dapat
dilakukan.
2.1.2 Armada Perikanan Tangkap
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengelolaan sampai pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu bisnis perikanan UU RI No 31 Tahun 2004. Sedangkan Perikanan tangkap
didefinisikan sebagai perikanan yang berbasis usahanya berupa penangkapan ikan di laut maupun di perairan umum Ditjen Perikanan Tangkap DKP 2005.
Usaha perikanan tangkap adalah semua usaha yang dilakukan oleh perorangan atau badan hukum untuk menangkap ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkan ikan untuk tujuan
komersil Ditjen Perikanan Tangkap DKP 2005. Armada perikanan tangkap merupakan sekelompok kapal-kapal yang
terorganisasi untuk melakukan beberapa hal secara bersama-sama seperti kegiatan penangkapan ikan. Dengan kata lain, armada perikanan adalah sekelompok kapal-
kapal yang akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di suatu daerah perairan fishing ground. Sedangkan unit penangkapan didefinisikan sebagai kesatuan
teknis dalam suatu operasi penangkapan terdiri dari perahukapal penangkapan dan alat penangkapan yang di gunakan Ditjen Perikanan Tangkap DKP 2005.
UU RI No. 31 Tahun 2004, mendefinisikan kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan
ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksploitasi
perikanan. Berdasarkan fungsinya kapal perikanan, meliputi: kapal penangkapan ikan, kapal pengangkut ikan, kapal pengolah ikan, kapal latih perikanan, kapal
penelitianeksplorasi perikanan, dan kapal operasi penangkapan ikan. Menurut Ditjen Perikanan Tangkap DKP 2005, klasifikasi armada
perikanan tangkap terdiri atas: 1 Armada penangkapan ikan skala kecil adalah armada penangkapan ikan
menggunakan perahu tanpa motor, atau menggunakan perahu motor tempel, atau kapal motor berukuran 5 GT.
2 Armada penangkapan ikan skala menengah adalah armada penangkapan ikan menggunakan perahu motor tempel atau kapal motor berukuran 5 – 30 GT.
3 Armada penangkapan ikan skala besar adalah armada penangkapan ikan menggunakan perahu motor tempel atau kapal berukuran 30 GT.
Perikanan tangkap di Indonesia masih dicirikan oleh perikanan skala kecil seperti terlihat pada komposisi armada penangkapan nasional yang masih
didominasi oleh usaha perikanan skala kecil sekitar 85, dan hanya 15 dilakukan oleh perikanan skala besar. Struktur armada perikanan tangkap
didominasi oleh perahu tanpa motor sekitar 50, perahu motor tempel 26 dan kapal motor 24. Armada kapal motor ini didominasi oleh kapal motor berukuran
dibawah 5 GT sekitar 72, kapal motor berukuran 5 – 10 GT sekitar 14 dan kapal motor berukuran diatas 10 GT berkisar 14 Ditjen Perikanan Tangkap
DKP 2005. Dominasi jumlah armada dibawah 10 GT memperlihatkan perikanan skala kecil sangat berperan dalam perikanan nasional.
Kebijakan pembangunan perikanan tangkap diarahkan untuk 1 menjadikan perikanan tangkap sebagai salah satu andalan perekonomian dengan
membangkitkan industri dalam negeri; 2 rasionalisasi, nasionalisasi dan modernisasi armada perikanan tangkap secara bertahap dalam rangka
menghidupkan industri dalam negeri dan keberpihakan kepada perusahaan dalam negeri dan nelayan lokal; dan 3 penerapan pengelolaan perikanan fisheries
management secara bertahap berorientasi kepada kelestarian lingkungan dan terwujudnya keadilan Ditjen Perikanan Tangkap DKP 2005. Kebijakan pertama
mencerminkan peran perikanan tangkap yang diharapkan, sehingga kebijakan tersebut bersifat tujuan pembangunan perikanan; kebijakan kedua mencerminkan
pendekatan yang diterapkan, yaitu strategi untuk memperbaiki kinerja armada penangkapan ikan dan keberpihakan kepada stakeholder domestik; sedangkan
kebijakan yang ketiga mencerminkan strategi untuk mewujudkan perikanan berkelanjutan sustainable fisheries.
Paradigma perikanan berkelanjutan ini sangat penting dalam penangkapan ikan ketika populasi ikan menjadi semakin terbatas dan wilayah pengelolaan
perikanan mengalami kelebihan pemanfaatan sumberdaya ikan overexploited. Perikanan berkelanjutan mensyaratkan keserasian antara laju kegiatan
pemanfaatan sumberdaya ikan dengan ketersediaan stok ikan, guna menjamin aset sumberdaya ikan yang minimal sama untuk generasi mendatang.
2.1.3 Nelayan