HOP dan BBM sebesar 1,46 . Untuk nilai VIU ABK pada keempat musim dibawah 0,99 sehingga pada keempat musim tersebut diperlukan pengurangan
input. Secara signifikan, nilai VIU ABK terendah terjadi pada musim barat dan diperlukan perbaikan VIU ABK sebesar 5,23.
6.5 Kapasitas Penangkapan Armada Payang
Hasil perhitungan kapasitas penangkapan armada payang PPN Sungailiat, menunjukkan bahwa nilai CU multi output lebih baik mendekati optimal di
banding nilai CU single output baik total maupun per musim. Secara total terjadi kenaikan rata-rata nilai CU sebesar 4,48 dari 0,894 single output menjadi
0,934 multi output. Akan tetapi rata-rata nilai CU masih kurang dari satu yang berarti kapasitas penangkapan payang PPN Sungailiat masih tidak optimal. Oleh
karena itu, diperlukan perbaikan kapasitas payang menjadi optimal dengan cara mengurangi input penangkapan khususnya VIU upaya HOP, BBM dan ABK.
Hasil perhitungan nilai VIU dengan single dan multi output, menunjukkan bahwa secara total nila i VIU upaya HOP dan BBM sebesar 0,98 baik single
ouput maupun multi ouput, tetapi nilai VIU tersebut masih kurang dari satu berarti diduga perikanan payang PPN Sungailiat mengalami kapasitas berlebih.
Oleh karena itu, diperlukan pengurangan VIU upaya HOP dan BBM dengan mengurangi sebesar 2,76 single ouput dan sebesar 4,41 multi ouput.
Sedangkan nilai VIU ABK sebesar 0,95 single ouput dan 0,97 multi ouput juga mas ih kurang dari satu, sehingga diperlukan perbaikan VIU ABK dengan
mengurangi sebesar 9,55 single ouput dan sebesar 4,01 multi ouput. Perbandingan relatif tingkat kapasitas pemanfaatan armada payang
menurut musim, hasil perhitungan single output diperoleh rata-rata nilai CU antara 0.86 musim peralihan II hingga 0,95 musim timur kurang dari satu.
Begitupula hasil perhitungan dengan multi ouput pada keempat musim diperoleh rata-rata nilai CU antara 0,88 musim peralihan II hingga 0,97 musim timur
kurang dari satu. Hal ini diduga pada musim timur merupakan puncak musim ikan target payang lemuru, tembang dan selar. Hasil analisis IMP terhadap ikan
lemuru, tembang dan selar, menunjukkan musim ikan lemuru dan tembang mulai terjadi pada awal peralihan I Maret- April dan ikan selar musim timur Juni,
sedangkan puncaknya ikan lemuru dan tembang pada musim timur Mei hingga Juni dan ikan selar pada musim timur dan peralihan II Agustus-September
dengan nilai IMP diatas 100. Kondisi ini direspon oleh nelayan payang dengan
mengoperasikan seluruh kemampuan armada penangkapan. Sementara itu, pada musim peralihan II September-Oktober hasil tangkapan tembang dan lemuru
mulai menurun seiring berakhirnya puncak musim ikan tersebut Nilai IMP 100 dan hanya bergantung pada musim ikan selar Juni-Nopember. Akan
tetapi hasil tangkapan nelayan payang pada periode ini tidak sesuai dengan jumlah upaya tangkap jumlahnya sama dengan musim timur, sehingga upaya
penangkapan menjadi berlebih dan berimplikasi pada penggunaan input variabel VIU secara tidak efisien. Agar kapasitas pemanfaatan payang menjadi optimal
diperlukan perbaikan VIU dengan cara mengurangi VIU upaya HOP, BBM dan ABK yang diduga berlebih.
Hasil perhitungan nilai VIU dengan single ouput berdasarkan musim, menunjukkan bahwa pada musim timur rata-rata nilai VIU upaya HOP dan BBM
bernilai satu optimal. Sedangkan rata-rata nilai VIU terendah terjadi pada musim barat dengan nilai 0,97 dengan proyeksi perbaikan sebesar 3,45. Untuk
keempat musim nilai VIU ABK dibawah 0,97 sehingga pada keempat musim tersebut diperlukan pengurangan input, tetapi pengurangan input ABK yang
signifikan terjadi pada musim peralihan II sebesar 13,65. Sedangkan hasil perhitungan multi output, VIU upaya HOP dan BBM optimal terjadi pada
musim timur dengan nilai satu. Rata-rata nilai VIU terendah terjadi pada musim peralihan I dengan nilai 0,95 dengan proyeksi perbaikan sebesar 7,53. Nilai
VIU ABK keempat musim dibawah 0,99 sehingga pada keempat musim tersebut diperlukan pengurangan input, tetapi pengurangan input ABK yang paling
signifikan terjadi pada musim peralihan I sebesar 8,36.
6.6 Kapasitas Penangkapan Armada Mini Purse seine