Kapasitas Penangkapan Armada Pancing Ulur

kapal yang dikeluarkan dari perairan, bagaimana bentuk kompensasi dan siapa yang akan memberikan kompensasi perlu dikaji secara hati-hati.

6.4 Kapasitas Penangkapan Armada Pancing Ulur

Hasil perhitungan kapasitas penangkapan armada pancing ulur PPN Sungailiat, menunjukkan bahwa nilai CU multi output juga lebih baik di banding nilai CU single output baik total maupun per musim. Secara total terjadi kenaikan rata-rata nilai CU dari 0,81 single output menjadi 0,89 multi output atau sebesar 10,29. Namun rata-rata nilai CU tersebut masih kurang dari nilai satu, berarti kapasitas penangkapan pancing ulur tidak optimal. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan kapasitas pancing ulur dengan cara mengurangi input penangkapan khususnya VIU. Hasil perhitungan nilai VIU dengan single dan multi output, menunjukkan bahwa secara total tingkat VIU kapal pancing ulur berkisar antara 0,93 hingga 0,99. Nilai VIU tersebut masih kurang dari satu, berarti diduga perikanan pancing ulur juga mengalami kapasitas berlebih. Secara total, proyeksi perbaikan kapasitas penangkapan pancing ulur dengan mengurangi VIU upaya HOP dan BBM sebesar 1,61 single ouput dan sebesar 0,71 multi ouput. Sedangkan pengurangan VIU ABK sebesar 9,11 single ouput dan sebesar 5,63 multi ouput. Perbandingan relatif tingkat kapasitas pemanfaatan armada pancing ulur berdasarkan musim, menunjukkan hasil perhitungan single output diperoleh rata- rata nilai CU antara 0,75 musim timur hingga 0,86 musim peralihan II. Umumnya musim puncak ikan terjadi pada musim timur dan mulai menurun di musim peralihan II, tetapi hasil perhitungan single output sebaliknya nilai CU lebih tinggi dari musim timur. Hal ini dapat dipahami, mengingat target ikan pancing ulur PPN Sungailiat lebih dari 16 spesies. Sehingga kemungkinan besar untuk perhitungan single output total hasil tangkapan 16 spesies menghasilkan nilai CU lebih umum tidak hanya jenis pelagis tetapi juga demersal. Diduga hasil tangkapan ikan demersal memberikan kontribusi lebih besar pada musim peralihan II sehingga pada periode ini nilai CU lebih tinggi dibanding musim lainnya. Sedangkan hasil perhitungan dengan multi output lebih spesifik terhadap ikan pelagis tenggiri, tetengkek dan selar menghasilkan rata-rata nilai CU pada musim peralihan II sebesar 0,87 lebih rendah dibanding pada musim timur sebesar 0,94. Pernyataan ini didukung oleh Tingley et al. 2002, pengukuran CU dan TE dengan multi output lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran single output. Nilai CU tertinggi pada musim timur multi output karena periode ini merupakan puncak musim ikan pelagis target pancing ulur tenggiri, tetengkek dan selar. Hasil analisis IMP terhadap ikan tenggiri dan tetengkek, menunjukkan musim ikan mulai terjadi pada awal peralihan I Maret- April dan puncaknya pada musim timur Mei hingga Juni dengan nilai IMP diatas 100 Gambar 15. Sedangkan musim ikan selar terjadi pada musim timur dan peralihan II dengan puncaknya pada bulan Agustus hingga September Gambar 17. Kondisi ini, direspon oleh nelayan pancing ulur dengan mengoperasikan seluruh kemampuan armada penangkapan. Sementara itu, pada peralihan II dan musim barat September-Pebruari hasil tangkapan ikan target mulai menurun seiring berakhirnya puncak musim ikan Nilai IMP 100 dan kondisi cuaca yang tidak mendukung. Diduga nelayan pancing ulur meresponnya dengan mengurangi jumlah upaya penangkapan pada periode ini tetapi tidak signifikan dengan hasil tangkapan yang terus cenderung menurun, sehingga berimplikasi pada penggunaan input variabel VIU secara tidak efisien. Oleh karena itu, agar kapasitas pemanfaatan pancing ulur menjadi optimal diperlukan pengurangan VIU upaya HOP, BBM dan ABK pada peralihan II dan musim barat. Hasil perhitungan nilai VIU dengan single ouput menurut musim, menunjukkan bahwa pada musim barat tingkat VIU upaya HOP dan BBM terendah sebesar 0,97 sehingga diperlukan perbaikan sebesar 3,68 Tabel 11. Nilai VIU ABK pada keempat musim dibawah 0,96 sehingga pada keempat musim tersebut diperlukan pengurangan input ABK. Nilai VIU ABK terendah terjadi pada musim barat sehingga diperlukan pengurangan input pada periode ini sebesar 9,82. Sedangkan hasil perhitungan nilai VIU dengan multi output, menunjukkan bahwa pada musim timur, peralihan I dan II memiliki nilai VIU upaya HOP dan BBM antara 0,99-1 mendekati optimal dan hanya musim barat memiliki nilai 0,978 sehingga pada periode ini diperlukan perbaikan VIU upaya HOP dan BBM sebesar 1,46 . Untuk nilai VIU ABK pada keempat musim dibawah 0,99 sehingga pada keempat musim tersebut diperlukan pengurangan input. Secara signifikan, nilai VIU ABK terendah terjadi pada musim barat dan diperlukan perbaikan VIU ABK sebesar 5,23.

6.5 Kapasitas Penangkapan Armada Payang