Musim dan Daerah Penangkapan Ikan

input produksi excess capacity. Jika jumlah input aktual yang digunakan lebih besar dari jumlah input optimal yang dibutuhkan untuk berproduksi, maka mengindikasikan telah terjadi economic overfishing Fauzi 2005. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Febrianto 2008, menyatakan salah satu jenis ikan pelagis yaitu ikan tenggiri di perairan Kabupaten Bangka mengalami gejala overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. Produktivitas alat tangkap ikan pelagis mengalami perubahan berfluktuasi setiap musimnya Gambar 10. Produktivitas alat tangkap ikan pelagis paling tinggi adalah mini purse seine dengan jenis ikan pelagis dominan tertangkap yaitu tembang, lemuru dan kembung. Produktivitas alat tangkap urutan kedua adalah payang dengan jenis ikan pelagis dominan tertangkap yaitu tembang, selar dan lemuru. Produktivitas alat tangkap urutan ketiga adalah gillnet hanyut dengan jenis ikan pelagis dominan tertangkap yaitu tongkol, tenggiri, dan tetengkek. Untuk produktivitas alat tangkap urutan keempat adalah pancing ulur dengan jenis ikan pelagis dominan tertangkap yaitu tenggiri, tetengkek dan selar. Meskipun mini purse seine memiliki produktivitas paling tinggi, tetapi jumlah unit nya sangat sedikit yaitu 25 unit kapal. Hal ini disebabkan kapal mini purse seine memerlukan investasi cukup besar, pengoperasiannya perlu banyak ABK dengan keterampilan khusus, sedangkan jenis ikan targetnya adalah ikan pelagis kecil untuk komsumsi lokal dan harganya relatif murah. Nelayan PPN Sungailiat lebih cenderung mengoperasikan pancing ulur, selain biaya invesatsi lebih murah dan mudah mengoperasikannya, serta jenis ikan targetnya pelagis besar dan ikan karang yang harganya relatif tinggi. Secara umum dapat dikatakan, pemilihan dan perkembangan jenis alat tangkap dipengaruhi faktor teknik dan kemampuan ekonomi dari masyarakat nelayan setempat.

6.2 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan

Berdasarkan nilai indeks musim penangkapan IMP, ada tiga pola musim penangkapan ikan pelagis di perairan timur Kabupten Bangka, yaitu: 1. Musim penangkapan ikan tenggiri, tetengkek, lemuru, kembung dan tembang Gambar 15, terjadi pada bulan Pebruari hingga Juli dan bulan Oktober hingga Nopember peralihan I hingga musim timur dan bulan Nopember awal musim barat. Secara rinci, musim penangkapan ikan lemuru dan kembung terjadi pada bulan Pebruari hingga Mei dan Oktober hingga November musim. Untuk musim penangkapan ikan tenggiri dan tetengkek terjadi pada bulan Maret hingga Mei dan November. Sedangkan musim penangkapan ikan tembang terjadi pada bulan Maret hingga Juli; 2 musim penangkapan ikan tongkol berfluktuasi sepanjang tahun Gambar 16, musim penangkapan ikan tongkol terjadi tiga kali dalam setahun yaitu sekitar bulan Pebruari hingga Mei, Juni hingga Agustus dan Nopember; dan 3 musim penangkapan ikan selar Gambar 17 terjadi pada bulan Mei hingga Nopember musim timur dan peralihan II dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus hingga September. Sedangkan musim paceklik penangkapan ikan terjadi pada bulan Desember hingga Mei. Pada pola musim penangkapan pertama pertama, dimulainya musim penangkapan ikan ditandai dengan musim penangkapan ikan pelagis kecil lemuru dan kembung pada bulan Pebruari dan Oktober, kemudian diikuti oleh ikan pelagis besar tenggiri dan tetengkek pada bulan Maret dan Nopember. Ikan pelagis kecil merupakan ikan yang makanan utamanya plankton sehingga kelimpahannya tergantung pada faktor-faktor lingkungan perairan Merta et al. 1998 diacu Desniarti 2007. Diduga pada bulan Pebruari dengan berakhirnya musim hujan, kondisi oseanografi perairan cocok untuk pertumbuhan produktivitas plankton. Kondisi ini mengundang datangnya ikan pelagis kecil. Bergerombolnya ikan pelagis kecil mengundang datangnya ikan pelagis besar yang makanan utamanya ikan- ikan kecil mekanisme rantai makanan. Untuk pola musim ke dua, musim penangkapan ikan tongkol berfluktuasi sepanjang tahun. Polanya sebenarnya mengikuti ikan pelagis besar lainnya. Pada bulan Pebruari, mulai musim penangkapan ikan lemuru dan kembung diikuti musim penangkapan ikan tongkol, pada bulan Maret, musim penangkapan ikan tembang diikuti musim ikan tongkol di bulan Mei dan bulan Nopember berakhirnya ikan selar diikuti dengan munculnya musim penangkapan ikan tongkol. Untuk pola ketiga, musim penangkapan ikan selar pada bulan Mei hingga Nopember musim timur dan peralihan II. Sebagaimana ikan pelagis kecil lainnya selar merupakan ikan pemakan plankton. Menurut Nontji 1993 mengatakan bahwa rata-rata konsentrasi klorofil- a di perairan Indonesia kira-kir a 0,21 mgm 3 selama musim timur lebih tinggi dibanding selama musim barat sebedar 0,19 mgm 3 dan 0,16 mgm 3 . Diduga dengan produktivitas perairan yang subur dan kondisi oseanografi yang mendukung pada musim timur seperti angin cenderung bertiup lebih lemah, arus perairan relatif tidak kuat dan sinar matahari yang cukup sangat sesuai bagi pertumbuhan plankton sehingga mengundang datangnya ikan pelagis kecil termasuk selar. Selain itu, karakteristik behaviour ikan pelagis sebagai perenang cepat memiliki keterkaitan kuat terhadap arus. Pada musim timur Juni-Nopember ikan pelagis kecil bermigrasi dari Laut Jawa ke arah utara menuju Natuna dan Laut Cina Djamali 1971 diacu Almuas 2005. Dari ketiga pola musim penangkapan ikan tersebut, memperlihatkan musim penangkapan ikan pelagis terjadi pada musim peralihan I hingga peralihan II dan puncaknya di musim timur sedangkan musim sedikit ikan terjadi pada musim barat Desember–Pebruari. Kondisi ini disebabkan perairan Bangka dipengaruhi dua musim, yaitu musim timur southeast monsoon dan musim Barat northwest monsoon beserta musim peralihan-peralihannya. Pada periode musim timur, angin cenderung bertiup lebih lemah dan udara yang relatif kering menyebabkan kondisi perairan terlihat tenang dan merupakan periode musim banyak ikan, sehingga nelayan banyak melakukan aktivitas penangkapan. Pada musim barat cenderung bertiup angin kencang yang mengandung banyak uap air, sehingga kondisi perairan mengalami gelombang besar dan sering disertai hujan. Pada periode ini umumnya hasil tangkapan tidak sebanyak pada musim timur karena para nelayan banyak yang mengurangi aktivitas penangkapan. Musim ini sering dikenal dengan istilah musim paceklik Sedana et. al., 2006. Berdasarkan wawancara terhadap nelayan, pihak PPN Sungailiat dan Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Bangka, hasil tangkapan di perairan timur Kabupaten Bangka dapat digolongkan tiga musim penangkapan, yaitu musim banyak ikan Mei-September, musim sedang Maret- April dan Oktober-November, musim paceklik ikan Desember-Pebruari. Perubahan musim penangkapan tersebut menyebabkan daerah penangkapan ikan mengalami perubahan secara spasial dan temporal. Pada musim timur dan peralihan II secara spasial daerah penangkapan ikan pancing, gillnet hanyut dan payang bergerak ke arah utara sekitar Laut Natuna tepatnya di pulau Dua dan pulau Tujuh dekat Kabupaten Belinyu kira-kira 5 - 10 mil dari pantai. Pada musim barat dan peralihan I, daerah penangkapan bergerak ke arah selatan dekat Selat Gaspar. Pernyataan ini didukung oleh Djamali 1971 diacu Almuas 2005, menyatakan bahwa pada musim timur Juni-Nopember ikan pelagis kecil bermigrasi dari Laut Jawa ke arah utara menuju Natuna dan Laut Cina Selatan dan sebaliknya pada musim barat Desember-Maret bermigrasi dari Natuna dan Laut Cina Selatan ke arah selatan menuju Laut Jawa. Hal ini disebabkan sistem angin muson. Oleh karena sistem angin muson ini bertiup secara tetap, walaupun kecepatan relatif tidak besar, maka akan tercipta suatu kondisi yang sangat baik untuk terjadinya suatu pola arus. Hembusan angin muson timur pada bulan Juni – Agustus, mengerakan arus permukaan secara umum menangalir dari Laut Jawa menuju Laut Cina Selatan dan pada musim barat hembusan angin barat pada bulan Desember – Pebruari menyebabkan arus permukaan berbalik arah mengalir ke arah selatan dari Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa Wyrtki, 1961. Sebagaimana di uraikan sebelumnya, bahwa pada musim barat sering angin bertiup kencang, kondisi perairan bergelombang besar disertai hujan dan badai sehingga nelayan pancing, gillnet hanyut dan payang cendrung menangkap ikan di sekitar perairan Selat Gaspar dan pulau-pulau kecil sekitar Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini diduga apabila terjadi gelombang besar dan badai nelayan dapat cepat berlindung di pulau-pulau kecil tersebut. Sedangkan daerah penangkapan mini purse seine sekitar 1-3 mil laut dari pantai timur Kabupaten Bangka karena waktu operasinya hanya satu hari one day fishing, secara tematik disajikan pada Gambar 18. Perikanan skala kecil memiliki berbagai keterbatasan modal, teknologi dan ukuran kapal lebih kecil dari 10 GT, sehingga jangkauan penangkapan terbatas dan terkonsentrasi di perairan pantai secara intensif. Berdasarkan penelitian perikanan tangkap jenis ini, bukti empiris menunjukkan dari tahun ke tahun jumlah kapal perikanan skala kecil terus bertambah kuantitasnya lihat Gambar 9. Hal ini diduga menyebabkan pemanfaatan ikan pada setiap musim di daerah penangkapan ikan menjadi sangat padat. Dengan bertambahnya jumlah kapal meningkatkan persaingan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan pantai. Kondisi ini berdampak nyata terhadap tingkat produktivitas per kapal yang terus mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan timur Kabupaten Bangka sudah mengalami kapasitas berlebih excess capacity dan mengarah pada gejala economic overfishing. Oleh karena itu, solusi jangka pendek melalui regulasi mengurangi upaya penangkapan mengurangi effort yang tidak efisien, mengurangi inputan yang berlebih dan membatasi akses kapal baru, serta peningkatan pengawasan terhadap masuknya kapal-kapal ikan dari daerah lain tanpa izin illegal fishing. Dengan penerapan solusi ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi sumberdaya ikan agar dapat pulih dan meningkatkan pertumbuhan populasinya. Menurut Metzner 2005, pada jangka pendek kebijakan pengendalian input produksi seperti pembatasan jumlah kapal akan mengurangi hasil tangkapan aktual, tetapi dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh berupa peningkatan kapasitas penangkapan. Namun bila solusi tersebut diambil, pemerintah diharapkan mampu menyediakan informasi musim dan peta daerah penangkapan yang akurat dan mutakhir up to date sehingga nelayan tidak akan terlalu lama mencari gerombolan ikan dan pemborosan penggunan BBM serta biaya perbekalan melaut dapat diminimalisasi.

6.3 Kapasitas Penangkapan Armada Gillnet Hanyut