sumberdaya ikan semakin tidak efisien dan semakin terbatasnya sumberdaya ikan yang dapat dimanfaatkan nelayan. Indikasi ketidak-efisienan dapat dilihat dari
semakin banyaknya energi, dana dan waktu yang dikerahkan untuk memperoleh ikan serta semakin kecilnya individu ikan yang tertangkap dan penurunan total
produksi perikanan King 1995; Gordon 1954. Overfishing telah menjadi masalah serius terhadap perikanan dunia,
kelebihan pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut menimbulkan over exploitation dan economic waste yang sangat besar FAO 1998. Gejala overfishing juga telah
terjadi di beberapa wilayah perairan Indonesia, seperti Selat Malaka, pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa dan Bali. Overfishing tidak hanya menyebabkan
penurunan sejumlah stok ikan tetapi juga menimbulkan krisis ekologi, ekonomi dan sosial di wilayah utama perikanan khususnya daerah pantai Nikijuluw 2002.
Begitu pula perairan Kabupaten Bangka yang merupakan bagian perairan pantai timur Sumatera, potensi perikanan ikan tenggiri ikan pelagis sedang menghadapi
gejala overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. Upaya penangkapan aktual rata-rata ikan tenggiri ikan pelagis mencapai 798 trip per bulan, telah
melebihi kondisi maximum sustainable yield MSY sebesar 491 trip per bulan dan kondisi maximum ekonomi yield MEY sebesar 381 trip per bulan Febrianto
2008. Pemecahan masalah overfishing merupakan suatu tugas yang kompleks,
sehingga tidak bisa dipecahkan secara parsial tetapi perlu melibatkan stakeholder. Pemberian subsidi pada sektor perikanan tanpa memperhatikan jumlah stok ikan
bukan merupakan solusi yang tepat, karena pemberian subsidi tersebut akan menambah kapasitas penangkapan ikan tetapi stok ikan relatif tidak bertambah.
Konsekuensinya akan menimbulkan masalah kapasitas berlebih, yang berkaitan dengan overfishing Fauzi 2005.
2.3 Kapasitas dan Kapasitas Berlebih Excess Capacity
Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah keluaran output yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem produksi dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata
lain, kemampuan suatu unit produksi input untuk menghasilkan sejumlah produk output pada periode waktu tertentu Chase et al. 2001. Menurut Pascoe dan
Herrero 2004, konsep kapasitas dapat diartikan berdasarkan pendekatan teknis engineering, teknologi, dan ekonomi. Berdasarkan konsep teknologi diartikan
sebagai output potensial maksimum yang dapat diproduksi oleh perusahaan atau industri, dengan teknologi, stok kapital dan faktor produksi lainnya tanpa
keterbatasan faktor produksi dalam jangka pendek. Hal ini ditegaskan Johansen 1968 diacu Kirkley et al. 2001, kapasitas merupakan jumlah maksimum yang
dapat diproduksi per unit waktu dengan lahan dan teknologi, dimana keberadaan dari berbagai faktor produksi variabel tidak dibatasi.
Kapasitas output didefinisikan sebagai output maksimum yang dapat diproduksi dengan menggunakan faktor produksi variabel penggunaannya tidak
dibatasi dan faktor produksi tetap fixed input pada suatu teknologi tertentu Johansen 1968 diacu Kirkley et al. 2001. Secara grafis, konsep kapasitas
disajikan dalam bentuk kurva produksi Gambar 3. Dalam bentuk fungsi, kurva produksi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
Y = g X,Z ...................................................................................... 1
Keterangan : Y = ouput
X = faktor input variable Z
= faktor input tetap g
= menunjukkan bentuk teknologi dalam memproduksi suatu tingkat output maksimum dengan menggunakan sejumlah input.
Ilustrasi Gambar 3, menunjukkan output maksimum YA dicapai dengan menggunakan sejumlah input variabel XA dan sejumlah Z input tetap pada
teknologi tertentu.
Gambar 3 Kurva fungsi produksi. Kapasitas penangkapan ikan fishing capacity lebih kompleks untuk
didefinisikan karena hasil tangkapan output pada usaha perikanan tangkap sangat tergantung pada tingkat populasi ikan, semakin besar populasi ikan maka
semakin besar hasil tangkapan, dan sebaliknya Kirley and Squires 1999. Kapasitas penangkapan fishing capacity dapat didefiniskan sebagai jumlah
maksimum ikan yang dapat ditangkap oleh sebuah kapal pada suatu periode tertentu musim atau tahunan pada tingkat biomasa dan struktur populasi, serta
pada teknologi tertentu FAO 1998; Wiyono 2005. Kapasitas penangkapan ikan telah menjadi pembicaraan utama pada
masyarakat perikanan internasional. Hal ini disebabkan banyak terjadi kelebihan kapasitas penangkapan overcapacity dan kelebihan input excees capacity pada
perikanan dunia yang dapat mengancam sumberdaya ikan atau krisis perikanan global Vestergaard 2005. Menurut Fauzi 2005, kelebihan kapasitas di sektor
perikanan akan menimbulkan berbagai masalah, yaitu: 1 tidak sehatnya sektor perikanan sehingga permasalahan kemiskinan dan degradasi sumberdaya ikan dan
lingkungan menjadi lebih persisten; 2 eksploitasi sumberdaya ikan dengan intensif melebihi titik lestarinya agar armada perikanan terus beroperasi pada
armada begitu padat, maka pengurangan armada akan sulit dilakukan baik secara politis maupun sosial; dan 3 menimbulkan inefisiensi dan memicu economic
Y=g X,Z A
Y
X Input X
Outpu
waste sumberdaya yang ada disamping menimbulkan komplikasi pengelolaan perikanan, terutama dalam situasi akses terbuka open access.
Kapasitas berlebih diterjemahkan sebagai situasi dimana berlebihnya kapasitas input perikanan armada penangkapan ikan yang digunakan untuk
menghasilkan output perikanan hasil tangkapan ikan pada level tertentu. Kapasitas berlebih yang berlangsung terus menerus dalam jangka panjang pada
akhirnya akan menyebabkan over fishing, yang ditandai dengan gejala pada suatu sumberdaya ikan, antara lain: 1 hasil tangkapan nelayan yang terus menurun, 2
daerah penangkapan fishing ground semakin jauh dan 3 ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil Widodo 2003. Hal senada dikatakan Murdiyanto
2004, tingkat pemanfaatan berlebih melewati nilai Maximum Sustainable Yield MSY dapat mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan per satuan upaya atau
catch per unit effort CPUE. Kapasitas berlebih tidak selalu disebabkan oleh teknologi penangkapan
modern dengan armada kapal yang besar dan cepat, tetapi kapasitas berlebih dapat terjadi pada perikanan skala kecil. Seperti halnya di Indonesia, peningkatan
armada penangkapan ikan skala kecil di perairan pantai telah menimbulkan persoalan yang berkaitan dengan kapasitas berlebih dan pengurangan kelebihan
jumlah upaya penangkapan Berkes et al. 2001. Dengan kata lain, kapasitas berlebih terjadi bukan karena secara teknologi namun lebih kepada ketidak-
efisienan pengoperas ian perikanan skala kecil yang disebabkan berlebihnya input perikanan tangkap dibandingkan dengan sumberdaya yang ada Wiyono dan
Wahju 2006. Pemecahan masalah kapasitas berlebih merupakan tugas yang kompleks,
sehingga tidak bisa dipecahkan secara parsial tetapi perlu dilakukan secara terpadu dan menyeluruh. Konsep pengelolaan perikanan berbasis kapasitas
penangkapan capacity utilization dan capacity measurement merupakan salah satu terobosan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Konsep ini mampu
memberikan arahan kebijakan baru tentang revitalisasi dan rekonstruksi pembangunan perikanan tangkap di masa mendatang Fauzi 2005.
2.4 Pengukuran Kapasitas Penangkapan Ikan