Pengujian Parameter Regresi Metode Pengolahan dan Analisis Data

40 Gambar 8 Tingkat pendidikan responden

5.2.4 Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden terbagi menjadi empat kategori, antara lain wiraswasta sebanyak 10 orang atau sebesar 21,28, karyawan swasta sebanyak 15 orang atau sekitar 31,91, buruh sebanyak 16 orang atau sebanyak 34,04, dan Ibu Rumah Tangga IRT sebanyak 6 orang atau sebesar 12,77. Berdasarkan hasil survei, mata pencaharian tertinggi adalah buruh dengan jumlah responden sebanyak 16 orang dari 47 responden. Hal ini sesuai dengan kondisi sekitar tempat tinggal responden yang terdapat banyak pabrik. Gambar 9 Jenis pekerjaan responden

5.2.5 Tingkat Pendapatan

Berdasarkan tingkat pendapatan, responden memiliki kisaran pendapatan mulai dari yang terkecil Rp 1.000.000 sampai yang terbesar Rp 3.000.000. Sebaran pendapatan responden yang memiliki pendapatan Rp 1.000.000 –Rp 1.500.000 yaitu sebanyak 14 orang atau sebesar 29,79. Responden yang memiliki pendapatan Rp 1.500.001 –Rp 2.000.000 sebanyak 10 orang atau sekitar 21,28. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan per bulan pada kisaran Rp 2.000.001 –Rp 2.500.000 yaitu sebanyak 20 orang dari atau sebesar 42,55. Sedangkan untuk tingkat pendapatan Rp 2.500.001 –Rp 3.000.000 yaitu ada sebanyak 3 atau sebesar 6,38. Persentase sebaran tingkat pendapatan per- bulan responden dapat dilihat pada Gambar 10. 27,66 29,79 42,55 SD SMP SMA 21,28 31,91 12,77 34,04 Wiraswasta Swasta IRT Buruh 41 Gambar 10 Pendapatan responden

5.2.6 Jumlah Tanggungan

Berdasarkan jumlah tanggungan setiap responden, sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak dua orang yaitu sebanyak 20 responden atau sekitar 42,55. Responden yang tidak memiliki tanggungan ada sebanyak enam orang atau sekitar 12,77, responden yang memiliki tanggungan satu orang ada sebanyak dua belas atau sekitar 25,53, responden yang memiliki jumlah tanggungan tiga orang ada sebanyak tujuh orang atau sebesar 14,89, dan sebanyak 2 responden memiliki jumlah tanggungan 3 atau sebesar 4,26. Jika dilihat hasil tersebut menandakan tingkat kelahiran diantara masyarakat Kelurahan Nanggewer yang menjadi responden tidak tinggi. Hal ini disebabkan program keluarga berencana telah dilaksanakan diantara masyarakat yang menjadi responden. Persentase sebaran jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Jumlah tanggungan responden 29,79 21,28 42,5 6,38 Rp 1000000 - Rp 1500000 Rp 1500001 - Rp 2000000 Rp 2000001 - Rp 2500000 Rp 2500001 - Rp 3000000 12,77 25,53 42,55 14,89 4.,6 1 2 3 3 42

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Eksternalitas Negatif yang Timbul Akibat Aktivitas Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer Lingkungan merupakan tempat bagi makhluk hidup yang ada di bumi untuk melakukan kegiatannya, baik untuk memenuhi kebutuhan, berkembang biak, maupun berinteraksi satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, aktivitas manusia yang berupa produksi, konsumsi, maupun distribusi yang dalam prosesnya selalu meninggalkan hasil akhir atau biasa dikenal dengan limbah yang apabila tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal dapat berakibat buruk terhadap kualitas lingkungan. Pada kenyatannya, jika kualitas lingkungan yang baik tentunya akan dapat membantu mewujudkan kualitas mahluk hidup yang baik pula. Kegiatan manusia yang berupa produksi, konsumsi, maupun distribusi dalam prosesnya selalu meninggalkan hasil akhir yang apabila tidak dikelola optimal dapat berakibat buruk terhadap kualitas lingkungan. Salah satu aktivitas manusia yang memberikan dampak terhadap penurunan kualitas lingkungan adalah aktivitas manusia dalam sektor industri. Sektor industri mempunyai peranan yang besar jika dilihat dari segi perekonomian, namun selain itu, sektor industri pun dapat menimbulkan dampak eksternalitas lain berupa pencemaran akibat limbah yang dihasilkannya, baik pencemaran udara, padat, dan cair. Terdapat dua dampak yang diakibatkan dari keberadaan industri keramik yang berada di sekitar pemukiman warga RT 02 RW 05 Kelurahan Nanggewer, yaitu bisa berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif akibat adanya industri keramik tersebut antara lain berupa terbukanya lapangan pekerjaan dan timbulnya usaha-usaha mikro milik masyarakat sekitar. Usaha- usaha mikro milik masyarakat sekitar contohnya adalah warung kelontong, warung-warung nasi, counter pulsa, penjual pakaian, dan usaha pencucian motor. Industri keramik yang berada di sekitar tempat tinggal warga RT 02 RW 05 Keluarahan Nanggewer selain mendatangkan manfaat juga menimbulkan kerugian. Kerugian yang paling dirasa oleh masyarakat adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang berupa pencemaran air tanah. 43 Hasil penelitian terhadap 47 responden menunjukkan bahwa seluruh responden 100 merasakan adanya perubahan lingkungan akibat kegiatan industri. Bentuk perubahan lingkungan yang dirasakan bervariasi. Kerugian yang paling dominan dalam kasus ini dibuktikan oleh sebanyak tiga puluh empat responden 72,34 yang menyatakan bahwa perubahan lingkungan yang dirasakan berupa perubahan kualitas air tanah. Menurut hasil wawancara dengan sebagian key person dan beberapa warga bahwa pencemaran air terjadi akibat industri keramik belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL, sehingga pembuangan limbah cair dibuang langsung ke saluran air warga langsung tanpa dilakukan pengolah terlebih dahulu yang mengakibatkan sebagian warga yang tempat tinggalnya berada di sekitar saluran air sangat merasakan dampak dari pembuangan limbah tersebut. Seluruh responden yang mengeluhkan adanya penurunan kualitas air tanah dapat dilihat dari kualitas air tanah yang mereka manfaatkan yang saat ini keadaan sudah tercemar. Masyarakat mengatakan bahwa sebelum adanya industri keramik di sekitar tempat tinggal mereka, kebanyakan masyarakat menggunakan sumur gali sebagai sumber air bersihnya dimana kondisi airnya sangat jernih. Semenjak adanya industri keramik, satu per satu warga mulai mengganti sumur galinya dengan sumur bor karena jika memakai sumur gali, masyarakat tidak bisa memanfaatkan airnya untuk keperluan sehari-hari seperti minum atau mandi dikarenakan air sumur sudah terkontaminasi limbah sehingga menyebabkan air keruh, berbau, atau memiliki rasa. Tapi sampai saat ini, masih terdapat pula warga yang masih tetap memakai sumur gali sebagai sumber air bersihnya. Jika air sumurnya sedang dalam kondisi yang kurang bagus, warga yang masih memanfatkan sumur gali sebagai sumber air bersihnya mengakalinya dengan mengendapkan air terlebih dahulu selama semalam agar bisa dipakai keesokan harinya. Tidak hanya pencemaran air yang dirasakan oleh responden, sebesar 19,15 responden mengaku bahwa mereka merasakan kenyamanannya terganggu akibat pencemaran air tersebut. Terganggunya kenyamanan masyarakat sekitar ini diakibatkan karena industri keramik biasanya membuang limbah tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga selain membuat air menjadi kotor keruh