35 bebas terhadap variabel terikat dari suatu persamaan regresi Firdaus, 2004.
Mitchell dan Carson 1989 dalam Hanley and Spash 1993 merekomendasikan 15 sebagai batas mínimum dari R
2
yang realibel. Nilai R
2
yang lebih besar dari 15 menunjukkan tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan CVM.
2. Uji Statistik t
Uji statistik t adalah uji untuk mengetahui masing-masing variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Prosedur pengujian uji statistik t
adalah Ramanathan 1997: H
0 :
β
i
= 0 atau variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variable terikat. H
1
: β
i
≠ 0 atau varibel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
–
................................................6
Jika t hitn- k tα2 maka H
diterima, artinya variabel bebas X
i
tidak berpengaruh nyata terhadap Y. Jika t hitn-
k tα2, maka terima H
1
artinya variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhadap Y.
3. Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Prosedur pengujian menurut Ramanathan
1997 adalah : H
= β
1
= β
2
= β
3
= … β = 0 H
1
= β
1
= β
2
= β
3
= … β ≠ 0
...................................................7
Dimana: JKK = jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom
JKG = jumlah kuadrat galat n = 43
k = 10
Jika Fhit Ftabel maka terima H0 yang artinya secara serentak variabel Xi tidak berpengaruh nyata terhadap Y. Jika Fhit Ftabel, maka terima H
1
yang berarti variabel Xi secara serentak berpengaruh nyata terhadap Y.
4. Uji Terhadap Kolinear Ganda
Model dengan banyak peubah sering terjadi masalah multikolinier yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah tersebut dapat
36 dilihat langsung melalui hasil komputer, dimana apabila Varian Inflation Factor
VIF10 tidak ada masalah multikolinier.
5. Uji Homoskedastisitas
Salah satu asumsi metode pendugaan kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas. Pelanggaran atas asumsi ini disebut juga sebagai
heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Dasar analisis uji heteroskedastisitas
Ghozali 2006: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas.
6. Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t
dapat dikatakan sah. Data pada penelitian ini jumlahnya lebih dari 30, oleh sebab itu diduga data telah mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat
dikatakan sah. Pembuktian untuk meyakini data telah mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah pengujian. Uji yang dapat dilakukan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov. Penerapan uji ini adalah bahwa jika signifikasi dibawah taraf nyata 20 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang
signifikan dengan data normal baku, artinya data tersebut tidak normal.
7. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung
akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi
autokorelasi adalah uji DW Durbin Watson test. Nilai statistik DW berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi Firdaus 2004.
37
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Nanggewer terletak di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah sekitar 446,493 Ha. Kelurahan
Nanggewer dibagi menjadi 10 Rukun Warga RW dan 71 Rukun Tetangga RT dengan jumlah penduduk sebanyak 21.874 jiwa. Adapun batas-batas wilayah
Kelurahan Nanggewer sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kelurahan Nanggewer Mekar Sebelah Timur
: Desa Sentul dan Desa Cijujung Sebelah Selatan
: Desa Cimandala, Kecamatan Sukaraja Sebelah Barat
: Kelurahan Karadenan dan Kelurahan Sukahati Dari aspek aksesibilitas dan mobilitas, Kelurahan Nanggewer terletak di
dua akses jalan utama yaitu jalan Raya Bogor-Jakarta sebelah Timur dan Jalan Raya Pemda sebelah Barat, memiliki fisik jalan beraspal dengan kondisi yang
cukup baik. Akses menuju pusat kota Kecamatan Cibinong berjarak sekitar 4 km dan akses menuju pemerintahan Kabupaten Bogor sekitar 4 km. Peta Kelurahan
Nanggewer dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Peta Kelurahan Nanggewer
38 Sarana dan Prasarana keagamaan yang terdapat di kelurahan Nanggewer
diantaranya 14 buah masjid jami, 37 buah mushola, majelis talim 36 buah, gereja empat buah, dan rumah doa satu buah. Keagamaan masyarakat di Kelurahan
Nanggewer menganut agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Mayoritas penduduknya beragama islam yaitu, sekitar 98,65 Kantor
Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor. Sarana kesehatan di Kelurahan Nanggewer memiliki puskesmas pembantu
satu unit, poliklinik 24 jam satu unit, rumah bersalin dua unit, posyandu 16 unit, dan apotik dua unit. Struktur mata pencaharian penduduk Kelurahan Nanggewer
sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor jasa seperti pegawai negeri, karyawan, buruh, wiraswasta, dan sebagian kecil bermata pencaharian di
sektor pertanian dan peternakan.
5.2 Kondisi Responden Sekitar Kawasan Industri Keramik
Karakteristik umum responden berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan terhadap 47 rumahtangga yang bertempat tinggal di RT 02 RW 05.
Sebagian besar responden didominasi oleh laki-laki karena perannya sebagai kepala keluarga. Kondisi sosial ekonomi responden dijelaskan ke beberapa
variabel meliputi jenis kelamin, usia, lama pendidikan formal, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan kualitas air masyarakat setempat.
5.2.1 Jenis Kelamin
Sebagian besar responden dalam penelitin ini adalah laki-laki. Laki-laki berperan besar dalam keluarga sebagai kepala keluarga dimana pengambilan
keputusan biasanya diambil oleh laki-laki.
Gambar 6 Jenis kelamin
responden
64 36
Laki laki Perempuan